Sejak virus corona atau Covid-19 menyerang 166 negara, tak ada lagi perasaan tenang. Masyarakat seluruh dunia dilanda cemas berlebihan. Khawatir jika pandemi ini menjangkiti dirinya maupun keluarga mereka. Di Indonesia, kasus positif corona terus melonjak. Data terbaru menyebut, jumlah yang sudah terinfeksi virus yang berasal dari Wuhan, Cina itu mencapai 514 pasien. Dari angka itu, 48 orang meninggal dunia dan 29 pasien lainnya dinyatakan sembuh. Penyebaran virus corong di Tanah Air pun kian meluas. Telah meneror 17 provinsi. Terbanyak di DKI Jakarta (307 kasus). Menyusul Jawa Barat (59 kasus), dan Banten (47 kasus). Jumlah orang yang berisiko terpapar virus corona diperkirakan mencapai 600 ribu-700 ribu orang.

     Jika melihat data di atas, bagaimana masyarakat tidak parto alias takut. Akibat ketakutan yang luar biasa, seseorang lebih mudah diserang panik. Kepanikan yang terjadi lantaran wabah virus corona adalah aksi panic buying atau panic shipping. Masyarakat jadi ramai-ramai memborong sembako, masker, cairan pembersih tangan atau hand sanitizer, sabun, bahkan sampai alat pengukur suhu tubuh. Tengok saja di rak-rak sejumlah minimarket dan supermarket besar di Ibu Kota salah satunya, barang- barang kebutuhan pokok kosong melompong. Ludas diborong, seperti beras, telur minyak goreng, gula pasir, mi instan, dan makanan lainnya. Begitupun dengan alat-alat kesehatan. Ini terjadi karena masyarakat takut tak sebagian stok bahan makanan bila pemerintah sampai menerapkan lockdown (karantina aktivitas publik), meskipun akhimya yang dipilih adalah kebijakan #dirumahaja, seperti, belajar, beribadah, dan bekerja dari rumah (Work From Home/WFH). 

Berdasarkan fenomena di atas, menurut Anda solusi apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?