Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil dari perjuangan para pahlawan yang terdiri dari tokoh pemuda progresif, tokoh daerah, alim ulama, dan diplomasi. Sejak awal penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing, penduduk Indonesia telah bersatu dan berupaya mempertahan kemerdekaan. Mulai dari berbagai peperangan yang dilakukan oleh tokoh daerah seperti Pangeran Diponegoro (Yogyakarta), Pangeran Antasari (Banjar), Cut Nyak Dien (Aceh), dsb. Selain itu peranan para ulama dalam menyebarkan syiar-syiar untuk membasmi penjajahan begitu lekat di Indonesia mengingat banyaknya rakyat Indonesia yang beragama Islam. Perjuangan yang dilakukan pada saat ini cenderung kedaerahan dan menimbulkan banyak korban jiwa serta habisnya harta benda untuk mempersenjatai peperangan.
Berbeda dengan perjuangan sebelumnya yang cenderung mengandalkan kekuatan fisik, perjuangan juga berlanjut pada masa pergerakan nasional. Pada masa ini muncul para intelektual (golongan terpelajar) serta tokoh nasionalis Indonesia yang mendirikan berbagai organisasi untuk memperjuangkan hak-hak bumiputra serta menghimpun kekuatan baru dalam ranah politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga Pendidikan. Organisasi tersebut diantaranya: Perhimpunan Indonesia, Sarekat Dagang Islam yang kemudian berganti menjadi Sarekat Islam, Jong Java, Budi Utomo, dll. Meski telah dinyatakan merdeka pada 17 Agustus 1945, nyatanya Belanda masih belum mengakui kedaulatan Indonesia. Berbagai perundingan dan perjanjian pun dilakukan sebagai upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, seperti Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville, Perundingan Roem Royen, dll. Dengan menggunakan diplomasi sebagai soft power, Indonesia berhasil mempertahankan eksistensinya dikancah internasional dan mendapat dukungan penuh dari negara-negara di dunia seperti Mesir, Arab Saudi, Suriah, Irak, Yaman, dll.
Dengan demikian, pengorbanan para pahlawan untuk memperebutkan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada awalnya dilakukan dengan menggunakan kekuatan fisik yang menimbulkan kerugian harta, benda, dan hilangnya nyawa. Namun, seiring berkembangnya zaman para pejuang (kaun terpelajar) mulai menggunakan langkah strategis lain dengan mendirikan organisasi-organisasi untuk mewadahi dan menghimpun kekuatan baru. Pasca kemerdekaan perjuangan masih gencar dilakukan dengan jalur diplomasi sebagai soft power untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia atas Belanda.