Pendudukan Jepang di Indonesia, pada dasarnya dilatarbelakangi oleh kebutuhan bahan baku industri seperti minyak bumi dan batu bara. Karena itu, untuk mewujudkannya Jepang memulai ekspansinya ke Indonesia, wilayah yang ketika itu masih bagian dari Belanda. Tepat pada 11 Januari 1942 sejumlah pasukan Jepang berjumlah 20.000 orang mendarat di Pantai Timur wilayah Tarakan, Kalimantan TImur. Pasukan tentara Hindia Belanda (KNIL) mencoba menghalau serangan Jepang namun gagal, Tarakan jatuh ke tangan Jepang pada 12 Januari 1942, menyusul beberapa hari ke depan Kota Pontianak, Samarinda, Balikpapan juga jatuh ke tangan Jepang.
Setelah daerah-daerah pertambangan minyak di Kalimantan, Jepang mulai bergerak ke arah Sumatera tepatnya di Palembang pada 14 Februari 1942 jatuh ke tangan Jepang. Dengan begitu, pergerakan Jepang untuk memasuki pulau Jawa kian terbuka sebab daerah di sekitar Jawa yakni Kalimantan dan Sumatera telah berhasil diduduki.
Pasukan Jepang mulai memasuki Jawa pada 1 Maret 1942 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, dengan menempatkan pasukan di tiga tempat, yaitu Banten di ujung pulau Jawa, Eretan Wetan di Jawa Barat dan Kragan di Rembang, Jawa Tengah. Akhirnya, setelah Jawa mulai diduduki pada awal Maret, hari-hari berikutnya Jepang sudah mulai bisa memasuki Batavia 5 Maret 1942 hingga pada 8 Maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang melalui sebuah Kapitulasi Kalijati, Subang, Jawa Barat oleh Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda Stachouwer dari Belanda dan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dari Jepang.
Dengan demikian, awal penyerbuan Jepang ke wilayah Bandung di awali dengan menguasai pusat pemerintahan kolonial Belanda yaitu kota Batavia, sehingga pasukan kolonial bergerak mundur ke Bandung yang di padati warga sipil, lalu kedua belah pihak mengadakan perundingan dan apabila perundingan ditolak Jepang mengancam akan mengebom hancur kota Bandung.