Iklan

Iklan

Pertanyaan

Bunga Rumah Makan
karya Utuy Tatang Sontani

Adegan 1

    Panggung merupakan ruangan rumah makan, dialati oleh tiga stel kursi untuk tamu, lemari tempat minuman, rak kaca tempat kue-kue, meja tulis beserta teIepon, radio, dan lemari es. Pintu ke dalam ada di belakang dan pintu keluar ada di depan sebelah kiri.

Karnaen: (duduk menghadap-meja tulis, asyik menulis)

Iskandar: (masuk dengan rambut kusut dan langkah gontai, memandang ke arah pintu ke belakang)

Karnaen: (berhenti menulis) Ada keperluan apa, Saudara?

Iskandar: Tidak! (pergi keluar)

Karnaen: (heran memandang, kemudian melanjutkan menulis)

Adegan 2

Karnaen: (berdiri) An! Ani!

Ani: (dari dalam) Ya, Mas!

Karnaen: Sudah selesai berpakaian?

Ani: (tampil) Sudah lama selesai, Mas.

Karnaen: Tapi mengapa diam saja di belakang?

Ani: Saya membantu pekerjaan koki.

Karnaen: Oh, engkau turut masak?

Ani: Tidak, Mas, hanya memasak air. Timbangan diam tidak ada kerja, supaya tidak merasa kesal.

Karnaen: Tapi aku pun suka melihat engkau masak, An. Apalagi karena dengan begitu, engkau akan kian jelas kelihatan sebagai wanita yang akan jadi ratu rurnah tangga.

Ani: (pergi mengambil lap di atas gantungan) Ah, Mas, bila mendengar perkataan "rumah tangga" saya suka gemetar. Saya masih suka bekerja, seperti sekarang ini (mengelap radio).

Karnaen: sampai kapan engkau berpendirian demikian, An?

Ani: (tetap mengelap radio,membelakangi Karnaen). Saya bukan Tuhan, Mas, tak dapat menetapkan waktu. (melihat ke arah Karnaen) Kita setel radionya ya Mas?

Karnaen: Ah, dipagi hari begini tidak ada yang aneh. (melangkah mendekati Ani). Dan daripada mendengar radio, aku lebih suka mendengar engkau menceritakan pendirianmu. Engkau lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, An?

Ani: (berdiam perlahan-lahan menjauhi Karnaen) Saya tidak mengatakan bahwa saya lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, Mas. Tapi saya belum hendak memikirkan berumah tangga sebab saya masih senang bekerja.

Karnaen: Tapi, An, ketika engkau dulu kubawa ke sini,  keinginanku bukan hanya melihat engkau jadi pelayan di sini saja. Aku ingin melihat engkau menjadi wanita yang sungguh-sunggu wanita. Dan wanita yang kumaksudkan itu ialah wanita yang cakap mengurus rumah tangga.

Ani: (terkulai menundukkan kepala) Mas, saya tiada mempunyai perkataan untuk menyatakan terima kasih atas kebaikan budi Mas, sudah membawa saya ke sini. Tapi, ketika saya datang ke sini dulu, saya tiada ingin lebih dari jadi pelayan, jadi pegawai sebagaimana kesanggupannya orang miskin dalam mencari sesuap nasi.

Karnaen: (terdiam memalingkan muka) Telepon berbunyi

Ani: (memandang ke arah telepon)

Karnaen: Tentu dari Kapten Suherman, untukmu, An.

Ani: (melangkah menuju meja tulis, tapi baru dua langkah berhenti lagi) Barangkali untukmu, Mas.

Karnaen: (memandang Ani, kemudian segan menuju meja tulis, mengangkat telepon). Ya, di sini Rumah Makan Sambara. Tuan Sudarma belum datang. Saya anaknya. Ya. (telepon diletakkan, terus bermenung lalai)

Ani: (membelakangi Karnaen, mengelap rak)

Adegan 3

    Perempuan yang belanja masuk membawa kantong besar diisi barang belanjaan.

Ani: O, nyonya! Silakan masuk. (menghampiri, lalu meraba-raba kantong). Rupanya baru pulang dari pasar, ya? Oh! Nyonya membeli sandal juga. Berapa harga sandal begitu, Nyonya? 

Perempuan: Tiga rupiah. Mahal, Nona. Saya beli karena saya butuh saja. (mengeluarkan sandal dari kantong, memperlihatkan sandal kepada Ani). 

Ani: Tapi kuat dan bagus, Nyonya. Berani saya membeli tiga rupiah. (memberikan lagi sandal)

Perempuan: Saya pilih yang begini sebab saya sudah tua. Untuk kaki Nona tentu saja mesti lebih bagus dari ini. Dan saya lihat tadi di sana memang ada yang cocok sekali dengan kecantikan Nona.

Ani: (setelah terdiam sejenak) Eh, kopi susu atau susu cokelat yang mesti saya sajikan untuk Nyonya? 

Perempuan: Saya hendak membeli manisan belimbing. Masih ada?

Ani: O, ada, Nyonya. Berapa puluh?

Perempuan: Dua puluh saja, lebih dari dua puluh, uangnya tidak cukup.

Ani: (pergi ketempat kue-kue, mengambil, menghitung, dan membungkus manisan belimbing).

Karnaen: (berjalan ke arah pintu keluar)

Ani: Hendak ke mana, Mas?

Karnaen: Ada perlu dulu sebentar. (terus keluar)

Ani: (memberikan bungkusan kepada perempuan). Hanya ini saja Nyonya?

Perempuan: (memberikan uang) Ya, ini saja. Betul satu rupiah?

Ani: Betul Nyonya. (menerima uang) Terima kasih.

Perempuan: Terima kasih kembali.

Ani: Mau terus pulang saja, Nyonya?

Perempuan: Betul. Maklum di rumah banyak kerja. (tiba-tiba memandang Ani, terus menghela napas) Ah, sayang anak saya yang laki-laki sudah meninggal dunia.

Ani: Mengapa Nyonya?

Perempuan: Kalau dia masih hidup ya, kalau dia masih hidup, mau saja memungut Nona sebagai menantu.

Ani: Ah!

Perempuan: Sudah, ya. Permisi. (berjalan keluar).

Ani: Selamat bekerja di rumah, Nyonya. (mengantar sampai ke pintu)

Adegan 4

Ani: (pergi ke belakang sambil bernyanyi-nyanyi)

Pengemis: (masuk perlahan-lahan dengan kaki pincang, melihat ke kiri ke kanan, ke rak tempat kue-kue, kemudian menuju rak itu dengan langkah biasa, tangannya membuka tutup toples hendak mengambil kue)

Ani: (tampil dari belakang) Hei! Engkau mau mencuri ya?

Pengemis: (cepat menarik tangan, menundukkan kepala)

Ani: Hampir, tiap engkau datang di sini, engkau kuberi uang. Tak nyana, kalau sekarang engkau berani berani datang di sini dengan maksud mencuri.

Pengemis: Ampun, Nona, ampun.

Ani: Ya, kalau sudah ketahuan, minta ampun.

Pengemis: Saya tak akan mencuri, kalau saya punya uang.

Ani: Bohong!

Pengemis: Betul, Nona, sejak kemarin saya belum makan.

Ani: Mau bersumpah, bahwa engkau tak hendak mencuri iagi? ·

Pengemis: Demi Allah, saya tak akan mencuri lagi, Nona. Asal...

Ani: Tidak. Aku tidak akan memberi lagi uang padamu.

Pengemis: (sedih) Ah, Nona, kasihanilah saya.

Ani: Tapi, mengapa tadi kau mau mencuri?

Pengemis: Tidak, Nona, saya tidak akan sekali lagi. Kan saya sudah bersumpah. Ya, saya sudah bersumpah.

Ani: (mengambil uang dari laci meja). Awas, kalau sekali lagi kamu mencuri!

Adegan 5

Sudarma: (masuk menjinjing tas, melihat kepada pengemis) Mengapa kau ada di sini? Ayo keluar! (kepada Ani) Mengapa dia dibiarkan masuk, An?

Ani: Hendak saya beri uang.

Sudarma: Tak perlu. Pemalas biar mati kelaparan. Toh dia datang hanya mengotorkan tempat saja.

Ani: (melempar uang kepada pengemis) Nih! Lekas pergi.

Pengemis: Terima kasih, Nona, moga-moga Nona panjang umur.

Sudarma: Ayo pergi. Jangan kau mendongeng pula. Lekas dan jangan datang lagi ke sini!

Pengemis: (pergi keluar dengan kaki pincang)

Sudarma: Lain kali orang begitu usir saja, An. Jangan rumah makan kita dikotorinya (dengan suara lain). Tak ada yang menanyakan aku?

Ani: Ada, tapi entah dari mana. Karnaenlah yang menerima teleponnya tadi.

Sudarma: Anakku sudah biasa lalai. Barusan dia ketemu di jalan, tapi tidak mengatakan apa-apa. (mengangkat telepon) Sembilan delapan tiga.

Ani: (mengelap kursi)

Sudarma: (kepada Ani) Meja ini masih kotor, An.

Ani: (mengelap meja)

Sudarma: (dengan telepon) Tuan Kepala ada? baik-baik, (menunggu) Waaah, kalau sudah banyak uangnya lama tidak kedengaran suaranya, ya? -lni Sudarma, Bung. -Ha ha ha, betul! Biasasaja, menghilang sebentar untuk kembali berganti bulu (tertawa) -Tapi, Bung, bagaimana dengan benang kanteh yang dijanjikan itu? -Ya, ya, benang kanteh. -Ah, ya! -Bagus, bagus. Lebih cepat, lebih nikmat. Ya, ya sebentar ini juga saya datang. Baik, baik. (telepon diletakkan, kepada Ani). Aku hendak pergi ke kantor pertemuan. Kalau ada yang menanyakan, baik perantaraan telepon atau datang, tanyakan keperluannya lalu kau catat, ya An? (melangkah).

Ani: Ya.

Sudarma: Eh, jika nanti Usman datang ke sini, suruh dia menyusul aku ke kantor pertemuan. Dan engkau jangan bepergian.

Ani: Baik.

Sudarma: (pergi keluar)space 

Bagaimana situasi yang terjadi ketika tokoh mengalami rintangan?

Bagaimana situasi yang terjadi ketika tokoh mengalami rintangan?space 

Iklan

E. Iga

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni Universitas Sanata Dharma

Jawaban terverifikasi

Jawaban

dapat disimpulkan situasi tokoh Ani pada saat itu tengah menghadapi rintangan dari setiap pertanyaan dan pernyataan untuk berumah tangga dari tokoh lainnya. Padahal, tokoh Ani masih teguh dengan pendiriannya, yaitu masih memilih untuk bekerja daripada berumah tangga. Tokoh Ani menjawab pertanyaan tokoh lain dengan tenang dan tetap dengan pendiriannya yang teguh.

dapat disimpulkan situasi tokoh Ani pada saat itu tengah menghadapi rintangan dari setiap pertanyaan dan pernyataan untuk berumah tangga dari tokoh lainnya. Padahal, tokoh Ani masih teguh dengan pendiriannya, yaitu masih memilih untuk bekerja daripada berumah tangga. Tokoh Ani menjawab pertanyaan tokoh lain dengan tenang dan tetap dengan pendiriannya yang teguh.space 

Iklan

Pembahasan

Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog antartokoh dengan maksud untuk diperunjukkan. Drama mengangkat atau menceritakan tentang kisah sehari-hari yang dialami oleh tokohnya. Berdasarkan kutipan: Karnaen: Ah, dipagi hari begini tidak ada yang aneh.(melangkah mendekati Ani). Dan daripada mendengar radio, aku lebih suka mendengar engkau menceritakan pendirianmu. Engkau lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, An? Ani : (berdiam perlahan-lahan menjauhi Karnaen) Saya tidak mengatakan bahwa saya lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, Mas. Tapi saya belum hendak memikirkan berumah tangga sebab saya masih senang bekerja. Perempuan : Kalau dia masih hidup ya, kalau dia masih hidup, mau saja memungut Nona sebagai menantu. Ani : Ah! Perempuan : Sudah, ya. Permisi. (berjalan keluar). Ani : Selamat bekerja di rumah, Nyonya. (mengantar sampai ke pintu) Dengan demikian, dapat disimpulkan situasi tokoh Ani pada saat itu tengah menghadapi rintangan dari setiap pertanyaan dan pernyataan untuk berumah tangga dari tokoh lainnya. Padahal, tokoh Ani masih teguh dengan pendiriannya, yaitu masih memilih untuk bekerja daripada berumah tangga. Tokoh Ani menjawab pertanyaan tokoh lain dengan tenang dan tetap dengan pendiriannya yang teguh.

Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog antartokoh dengan maksud untuk diperunjukkan. Drama mengangkat atau menceritakan tentang kisah sehari-hari yang dialami oleh tokohnya.


Berdasarkan kutipan: 

Karnaen: Ah, dipagi hari begini tidak ada yang aneh. (melangkah mendekati Ani). Dan daripada mendengar radio, aku lebih suka mendengar engkau menceritakan pendirianmu. Engkau lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, An?
Ani : (berdiam perlahan-lahan menjauhi Karnaen) Saya tidak mengatakan bahwa saya lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, Mas. Tapi saya belum hendak memikirkan berumah tangga sebab saya masih senang bekerja.

Perempuan : Kalau dia masih hidup ya, kalau dia masih hidup, mau saja memungut Nona sebagai menantu.
Ani : Ah!
Perempuan : Sudah, ya. Permisi. (berjalan keluar).
Ani : Selamat bekerja di rumah, Nyonya. (mengantar sampai ke pintu)

Dengan demikian, dapat disimpulkan situasi tokoh Ani pada saat itu tengah menghadapi rintangan dari setiap pertanyaan dan pernyataan untuk berumah tangga dari tokoh lainnya. Padahal, tokoh Ani masih teguh dengan pendiriannya, yaitu masih memilih untuk bekerja daripada berumah tangga. Tokoh Ani menjawab pertanyaan tokoh lain dengan tenang dan tetap dengan pendiriannya yang teguh.space 

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

5

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Konflik yang terdapat dalam kutipan naskah tersebut adalah ...

60

5.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia