Iklan

Pertanyaan

Bagaimana sikap orang Indonesia ketika orang Barat datang lebih awal ....

Bagaimana sikap orang Indonesia ketika orang Barat datang lebih awal ....undefined 

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

19

:

46

:

05

Klaim

Iklan

N. Puspita

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Jawaban

sikap orang Indonesia atas datangnya bangsa Barat diawali dengan sambutan ramah, namun karena Portugis dan Belanda bertindak semena-mena, maka rakyat kemudian melakukan perlawanan.

sikap orang Indonesia atas datangnya bangsa Barat diawali dengan sambutan ramah, namun karena Portugis dan Belanda bertindak semena-mena, maka rakyat kemudian melakukan perlawanan. 

Pembahasan

Pembahasan
lock

Tahun 1512 Di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque Portugis sampai di Maluku. Kedatangan Portugis awalnya diterima baik oleh Sultan Ternate yang pada waktu itu sedang bermusuhan dengan Tidore. Portugis bahkan berhasil mendirikan benteng dan mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah-rempah. Namun rakyat berbalik melawan setelah mengetahui niat tamak Portugis. Perlawanan tersebut muncul di beberapa daerah, seperti kesultanan Aceh dibawah Sultan Iskandar Muda, serta kesultanan Ternate dan Tidore dibawah Sultan Baabulah. Sedangkan kedatangan Belanda ke Indonesia tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman di Banten. Pada saat itu Banten berada di bawah pemerintahan Maulana Muhammad. Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman, pada mulanya diterima baik oleh masyarakat Banten dan juga diizinkan untuk berdagang di Banten. Namun, karenanya sikap yang kurang baik dan semena-mena, akhirnya Belanda diusir dari Kesultanan Banten. Pada upaya ekspedisi kedua, tahun 1598 di bawah pimpinan Jacob van Neck, Belanda tiba di Banten. Kedatangan Belanda diterima dengan baik karena hubungan Banten dengan Portugis sedang memburuk. Belajar dari pengalaman sebelumnya, Sikap Belanda menjadi sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para penguasa Banten. Hal ini menguntungkan Belanda karena tiga buah kapal mereka penuh dengan muatan rempah-rempah (lada) dan dikirim ke Negeri Belanda, sedangkan lima buah kapalnya yang lain menuju ke Maluku. Sesampai di Maluku, Belanda disambut ramah. Bahkan Kesultanan Ternate bekerja sama dengan Belanda pada 1605 untuk berperang mengusir Portugis yang lebih dulu memonopoli perdagangan di sana. Keuntungan berlipat dari perdagangan di Nusantara membuat para pengusaha Belanda berlomba-lomba ke sana. Belanda sampai membuat kongsi dagang Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Kehadiran VOC di Indonesia ternyata semakin menyengsarakan rakyat. Berbagai perlawanan dilakukan rakyat Indonesia. Seperti Perlawanan kesultanan Mataram di bawahSultan Agung, Perlawanan Kesultanan Banten di bawah Sultan Ageng Tirtayasa serta Perlawanan Kesultanan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin. Dengan demikian sikap orang Indonesia atas datangnya bangsa Barat diawali dengan sambutan ramah, namun karena Portugis dan Belanda bertindak semena-mena, maka rakyat kemudian melakukan perlawanan.

Tahun 1512 Di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque Portugis sampai di Maluku. Kedatangan Portugis awalnya diterima baik oleh Sultan Ternate yang pada waktu itu sedang bermusuhan dengan Tidore. Portugis bahkan berhasil mendirikan benteng dan mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah-rempah. Namun rakyat berbalik melawan setelah mengetahui niat tamak Portugis. Perlawanan tersebut muncul di beberapa daerah, seperti kesultanan Aceh dibawah Sultan Iskandar Muda, serta kesultanan Ternate dan Tidore dibawah Sultan Baabulah.

Sedangkan kedatangan Belanda ke Indonesia tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman di Banten.  Pada saat itu Banten berada di bawah pemerintahan Maulana Muhammad. Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman, pada mulanya diterima baik oleh masyarakat Banten dan juga diizinkan untuk berdagang di Banten. Namun, karenanya sikap yang kurang baik dan semena-mena, akhirnya Belanda diusir dari Kesultanan Banten.

Pada upaya ekspedisi kedua, tahun 1598 di bawah pimpinan Jacob van Neck, Belanda tiba di Banten. Kedatangan Belanda diterima dengan baik karena hubungan Banten dengan Portugis sedang memburuk.  Belajar dari pengalaman sebelumnya, Sikap Belanda menjadi sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para penguasa Banten. Hal ini menguntungkan Belanda karena tiga buah kapal mereka penuh dengan muatan rempah-rempah (lada) dan dikirim ke Negeri Belanda, sedangkan lima buah kapalnya yang lain menuju ke Maluku. Sesampai di Maluku, Belanda disambut ramah. Bahkan Kesultanan Ternate bekerja sama dengan Belanda pada 1605 untuk berperang mengusir Portugis yang lebih dulu memonopoli perdagangan di sana. Keuntungan berlipat dari perdagangan di Nusantara membuat para pengusaha Belanda berlomba-lomba ke sana.  Belanda sampai membuat kongsi dagang Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Kehadiran VOC di Indonesia ternyata semakin menyengsarakan rakyat. Berbagai perlawanan dilakukan rakyat Indonesia. Seperti Perlawanan kesultanan Mataram di bawah Sultan Agung, Perlawanan Kesultanan Banten di bawah Sultan Ageng Tirtayasa serta Perlawanan Kesultanan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin.


Dengan demikian sikap orang Indonesia atas datangnya bangsa Barat diawali dengan sambutan ramah, namun karena Portugis dan Belanda bertindak semena-mena, maka rakyat kemudian melakukan perlawanan. 

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

68

sitti rahma

Ini yang aku cari! Pembahasan lengkap banget Makasih ❤️ Bantu banget

Iklan

Pertanyaan serupa

Jelaskan pendapatmu kondisi masyarakat Indonesia pada masa kedatangan Bangsa Barat...

19

3.3

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia