Unsur-unsur yang memiliki kesamaan jumlah elektron valensi disusun dalam satu lajur vertikal yang disebut golongan. Unsur yang berada pada satu golongan cenderung memiliki kemiripan sifat kimia.
Untuk menentukan golongan suatu unsur kita tentukan letak elektron valensi/terluarnya, apakah berada di:
- blok s : jumlah elektron valensinya adalah sejumlah elektron pada subkulit s terluar
- blok p: jumlah elektron valensinya adalah sejumlah elektron pada subkulit s + p terluar
- blok d : jumlah elektron valensinya adalah sejumlah elektron pada subkulit s + d terluar
- blok f : jumlah elektron valensinya adalah sejumlah elektron pada subkulit s + f terluar
Unsur golongan A dengan golongan B dibedakan dengan kulit terluar konfigurasi elektronnya, Unsur golongan A berakhir pada kulit nsx atau ns2 npy pada konfigurasi elektronnya. Dimana n dan x adalah bilang bulat positif. Golongan A ditentukan dari nilai x dan juga 2+y atau elektron valensinya.
Contoh: suatu unsur dengan kulit terluar 3s23p4, maka dari data tersebut elektron valensinya adalah 4+2 yaitu 6 sehingga unsur tersebut terletak pada golongan VIA
Sedangakan untuk golongan B konfigurasi elektron berakhir pada kulit nsx(n−1)dy, x dan y adalah bilangan bulat positif. Nilai x+y adalah jumlah elektron valensi atau sebagai golongan unsur B. Untuk nilai x+y yang bernilai 8, 9, dan 10, maka berada pada golongan VIIB. Sedangkan untuk nilai x+y yang bernilai lebih dari 10, maka untuk menentukan golonganya nilai x+y tersebut dikurangi 10.
Contoh: suatu unsur dengan kulit terluar 4s23d10, maka dari data tersebut elektron valensinya (x+y) bernilai 12, sehingga golongan unsur tersebut adalah 12 dikurang 10 yaitu 2 atau IIB.
Jadi, perbedaan untuk menentukan golongan A dan B terletak pada kulit terluarn dari konfigurasi elektronnya, untuk golongan A berakhir pada kulit nsx atau ns2 npy, sedangkan golongan B berakhir pada nsx(n−1)dy