Iklan

Pertanyaan

Bacalah informasi dalam artikel berikut. Popularitas, Ancaman Nyata Gunung Padang Popularitas Situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, tiba-tiba melonjak. Kabar penemuan koin, semen purba, batu bulat rolling stone , dan "kujang" Gunung Padang berhasil mengangkat situs itu ke panggung diskursus nasional. Selama 23 hari, Tim Terpadu Riset Mandiri (lTRM) Gunung Padang berusaha memverifikasi keberadaan struktur punden berundak di situs itu. Mereka menggali dan mengebor di teras dua dan lima serta penggalian di bagian lereng bukit sebelah barat dan timur. Menurut Ketua Arkeologi TIRM Gunung Padang Ali Akbar, konstruksi Gunung Padang mirip seperti Machu Picchu di Peru. Di setiap meter, ada jeda lapisan tanah dan setelah digali ada struktur batu lagi di bawahnya." Kami menggunakan data pengeboran, georadar, dan geolistrik dalam penelitian. Hal seperti ini tidak pernah dilakukan para arkeolog di Indonesia yang setia dengan teknik-teknik penggalian konvensional," kata Ali Akbar akhir tahun lalu. Dalam penelitian, TIRM melibatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu untuk menggabungkan data pengeboran, georadar, dan geolistrik dalam penelitian. Setelah menggali dan mengebor, mereka menemukan beberapa artefak, seperti koin logam, semen purba, batu bulat ( rolling stone ), dan batuan berbentuk seperti sekop yang kemudian disebut "kujang" Gunung Padang. "Pemerhati memberi informasi, koin itu buatan 1855, tapi kok bisa berada di kedalaman 11 meter yang penanggalan karbonnya berusia 5.200 SM," ujarnya. Menanggapi temuan itu, geolog Sujatmiko mengatakan, semua batuan di Gunung Padang ialah batuan alamiah. "Batuan rolling stone yang di dalamnya terdapat batu ada di mana-mana. ltu sangat umum. Jadi, janganlah temuan seperti ini langsung diumumkan kepada publik. Apa yang disebut semen purba itu hanyalah bijih besi dengan kandungan besi 40 persen. Kadar besi semen sendiri maksimal 6 persen," kata Miko. Arkeolog prasejarah Pusat Arkeologi Nasional, Bagyo Prasetyo, memperkirakan, koin yang ditemukan di Gunung Padang bukanlah benda tua karena teknologi logam baru muncul sesudah Masehi. "Tidak bisa disimpulkan begitu saja bahwa koin logam Gunung Padang berasal dari masa 5.200 SM. Arkeologi tidak bisa hidup tanpa konteks," katanya. Di tengah kontroversi tentang Gunung Padang, Ketua lkatan Asosiasi Arkeolog Indonesia (IAAI) Junus Satrio Atmodjo memandang, berbagai macam paradigma perlu ditempatkan dalam konsep pelestarian lebih luas. Karena tidak paham, sebagian masyarakat di sekitar Gunung Padang melakukan hal yang merugikan diri mereka sendiri. Gejala itu terlihat dengan munculnya investor-investor yang membeli tanah di sekitar situs sembari memberikan iming­ iming kepada warga bahwa mereka akan direkrut menjadi pegawai hotel atau penginapan yang akan dibangun. Untuk menghindari maraknya percaloan tanah dan pembangunan di sekitar Situs Gunung Padang, IAAI mengusulkan adanya moratorium pembangunan di sekitar kawasan Gunung Padang. "Kami mengusulkan pembatasan pembangunan di kawasan itu minimal sejauh 5 kilometer. Sebab, pembangunan yang tak beraturan akan merusak pemandangan Gunung Padang," katanya. Sebelumnya, mantan Direktur Jenderal Kebudayaan Kacung Marijan juga mengatakan, pemerintah ingin mengembalikan lagi penelitian Gunung Padang pada penelitian akademik murni. Perang pendapat tentang Gunung Padang belum mampu menguak sepenuhnya misteri situs itu. Sebaliknya, kondisi cagar budaya berbentuk punden berundak itu justru semakin memprihatinkan seiring datangnya ribuan manusia dengan sejumlah kepentingan. ( Sumber: http://travel. kompas. com/read/20 16/01/05/18150032 7 / Popularitas.Ancaman. Nyata. Gunung. Padang 5 Januari 2015 dengan penyesuaian ) Apa yang menjadi pokok permasalahan dalam artikel tersebut?

Bacalah informasi dalam artikel berikut.

Popularitas, Ancaman Nyata Gunung Padang Popularitas Situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, tiba-tiba melonjak. Kabar penemuan koin, semen purba, batu bulat rolling stone, dan "kujang" Gunung Padang berhasil mengangkat situs itu ke panggung diskursus nasional. Selama 23 hari, Tim Terpadu Riset Mandiri (lTRM) Gunung Padang berusaha memverifikasi keberadaan struktur punden berundak di situs itu. Mereka menggali dan mengebor di teras dua dan lima serta penggalian di bagian lereng bukit sebelah barat dan timur. Menurut Ketua Arkeologi TIRM Gunung Padang Ali Akbar, konstruksi Gunung Padang mirip seperti Machu Picchu di Peru. Di setiap meter, ada jeda lapisan tanah dan setelah digali ada struktur batu lagi di bawahnya."

Kami menggunakan data pengeboran, georadar, dan geolistrik dalam penelitian. Hal seperti ini tidak pernah dilakukan para arkeolog di Indonesia yang setia dengan teknik-teknik penggalian konvensional," kata Ali Akbar akhir tahun lalu. Dalam penelitian, TIRM melibatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu untuk menggabungkan data pengeboran, georadar, dan geolistrik dalam penelitian. Setelah menggali dan mengebor, mereka menemukan beberapa artefak, seperti koin logam, semen purba, batu bulat (rolling stone), dan batuan berbentuk seperti sekop yang kemudian disebut "kujang" Gunung Padang.

"Pemerhati memberi informasi, koin itu buatan 1855, tapi kok bisa berada di kedalaman 11 meter yang penanggalan karbonnya berusia 5.200 SM," ujarnya. Menanggapi temuan itu, geolog Sujatmiko mengatakan, semua batuan di Gunung Padang ialah batuan alamiah. "Batuan rolling stone yang di dalamnya terdapat batu ada di mana-mana. ltu sangat umum. Jadi, janganlah temuan seperti ini langsung diumumkan kepada publik. Apa yang disebut semen purba itu hanyalah bijih besi dengan kandungan besi 40 persen. Kadar besi semen sendiri maksimal 6 persen," kata Miko. Arkeolog prasejarah Pusat Arkeologi Nasional, Bagyo Prasetyo, memperkirakan, koin yang ditemukan di Gunung Padang bukanlah benda tua karena teknologi logam baru muncul sesudah Masehi. "Tidak bisa disimpulkan begitu saja bahwa koin logam Gunung Padang berasal dari masa 5.200 SM. Arkeologi tidak bisa hidup tanpa konteks," katanya.

Di tengah kontroversi tentang Gunung Padang, Ketua lkatan Asosiasi Arkeolog Indonesia (IAAI) Junus Satrio Atmodjo memandang, berbagai macam paradigma perlu ditempatkan dalam konsep pelestarian lebih luas. Karena tidak paham, sebagian masyarakat di sekitar Gunung Padang melakukan hal yang merugikan diri mereka sendiri. Gejala itu terlihat dengan munculnya investor-investor yang membeli tanah di sekitar situs sembari memberikan iming­ iming kepada warga bahwa mereka akan direkrut menjadi pegawai hotel atau penginapan yang akan dibangun. Untuk menghindari maraknya percaloan tanah dan pembangunan di sekitar Situs Gunung Padang, IAAI mengusulkan adanya moratorium pembangunan di sekitar kawasan Gunung Padang. "Kami mengusulkan pembatasan pembangunan di kawasan itu minimal sejauh 5 kilometer. Sebab, pembangunan yang tak beraturan akan merusak pemandangan Gunung Padang," katanya. Sebelumnya, mantan Direktur Jenderal Kebudayaan Kacung Marijan juga mengatakan, pemerintah ingin mengembalikan lagi penelitian Gunung Padang pada penelitian akademik murni. Perang pendapat tentang Gunung Padang belum mampu menguak sepenuhnya misteri situs itu. Sebaliknya, kondisi cagar budaya berbentuk punden berundak itu justru semakin memprihatinkan seiring datangnya ribuan manusia dengan sejumlah kepentingan.

(Sumber: http://travel. kompas. com/read/20 16/01/05/18150032 7 / Popularitas.Ancaman. Nyata. Gunung. Padang 5 Januari 2015 dengan penyesuaian)

Apa yang menjadi pokok permasalahan dalam artikel tersebut?

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

07

:

01

:

57

Iklan

I. Uga

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Jawaban

pokok permasalahan dalam artikel tersebut adalah adanya kabar penemuan koin, semen purba, batu rolling stone , dan "kujang" Gunung Padang yang langsung mengangkat situs itu ke panggung diskursus nasional hingga menarik minat pengunjung untuk datang tanpa mengindahkan kelestarian lingkungan.

pokok permasalahan dalam artikel tersebut adalah adanya kabar penemuan koin, semen purba, batu rolling stone, dan "kujang" Gunung Padang yang langsung mengangkat situs itu ke panggung diskursus nasional hingga menarik minat pengunjung untuk datang tanpa mengindahkan kelestarian lingkungan.

Pembahasan

Pembahasan
lock

Pokok permasalahan dalam artikel tersebut adalah adanya kabar penemuan koin, semen purba, batu rolling stone , dan "kujang" Gunung Padang yang langsung mengangkat situs itu ke panggung diskursus nasional. Padahal setelah diteliti oleh tim arkeologi dan geologi, mereka menyatakan bahwa tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa penemuan tersebut merupakan murni peninggalan masa praaksara Indonesia. Semua batuan di Gunung Padang merupakan batuan alamiah. Kabar yang terlanjur dibesar-besarkan ini telah menarik masyarakat umum untuk berbondong-bondong mengunjungi cagar budaya tersebut hingga bukannya memerdulikan lingkungan, tapi justru membuat cagar budaya semakin memprihatinkan akibat sering datangnya ribuan manusia. Dengan demikian, pokok permasalahan dalam artikel tersebut adalah adanya kabar penemuan koin, semen purba, batu rolling stone , dan "kujang" Gunung Padang yang langsung mengangkat situs itu ke panggung diskursus nasional hingga menarik minat pengunjung untuk datang tanpa mengindahkan kelestarian lingkungan.

Pokok permasalahan dalam artikel tersebut adalah adanya kabar penemuan koin, semen purba, batu rolling stone, dan "kujang" Gunung Padang yang langsung mengangkat situs itu ke panggung diskursus nasional. Padahal setelah diteliti oleh tim arkeologi dan geologi, mereka menyatakan bahwa tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa penemuan tersebut merupakan murni peninggalan masa praaksara Indonesia. Semua batuan di Gunung Padang merupakan batuan alamiah. Kabar yang terlanjur dibesar-besarkan ini telah menarik masyarakat umum untuk berbondong-bondong mengunjungi cagar budaya tersebut hingga bukannya memerdulikan lingkungan, tapi justru membuat cagar budaya semakin memprihatinkan akibat sering datangnya ribuan manusia.

Dengan demikian, pokok permasalahan dalam artikel tersebut adalah adanya kabar penemuan koin, semen purba, batu rolling stone, dan "kujang" Gunung Padang yang langsung mengangkat situs itu ke panggung diskursus nasional hingga menarik minat pengunjung untuk datang tanpa mengindahkan kelestarian lingkungan.

Buka akses jawaban yang telah terverifikasi

lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

1

Iklan

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!