Iklan
Pertanyaan
Bumi Tanoshi, Paguyuban Mantan TKI yang Kembangkan Batik Wonosobo
WONOSOBO. KOMPAS.com - Bumi Tanoshi merupakan nama paguyuban perajin batik yang digerakkan oleh pasangan suami istri, Waluyo dan Sa'diyah, warga kampung Penawangan, Kelurahan Tawangsari, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo.
Bumi Tanoshi merupakan singkatan dari Buruh Migran Tanoshi. Nama tersebut diambil oleh pasangan Waluyo dan Sa'diyah untuk membuktikan bahwa mantan buruh migran bisa berkembang menghasilkan sebuah karya yang membanggakan dan dapat memberi manfaat bagi anggota maupun masyarakat.
Paguyuban ini beranggotakan 88 orang mantan tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Wonosobo yang pernah bekerja di luar negeri. Termasuk Waluyo dan Sa'diyah yang merupakan mantan butuh migran di Jepang dan Hongkong.
"Kata tanoshi berasal dari Jepang yang artinya bahagia atau menyenangkan, jadi Bumi Tanoshi maknanya mantan buruh migran yang bahagia dan menyenangkan," ujar Waluyo, tersenyum, Kamis (1/9/2016).
Paguyuban ini menjadi wadah sekaligus wujud solidaritas para mantan buruh migran yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Wonosobo.
Paguyuban yang baru terbentuk sekitar tiga bulan lalu ini bergerak di bidang industri kreatif berupa kerajinan batik khas Wonosobo. Batik berbasis alam dengan motif-motif unik khas dataran tinggi, seperti bunga, satwa, candi, purwaceng hingga buah terkenal khas Wonosobo, buah Carica.
"Kami ingin serius menekuni batik khas Wonosobo, sebab potensi pasarnya masih sangat terbuka dan prospek ke depannya cukup bisa diandalkan," kata Waluyo, yang diamini oleh sang lstri.
Meski baru seumur jagung namun batik karya para anggota Bumi Tonashi sudah dilirik konsumen. Mereka begitu bersemangat dan optimistis mampu bersaing dengan para perajin yang sudah jauh lebih senior.
Belum lama ini, batik mereka meraih Juara Harapan II dalam Iomba fashion show batik khas Wonosobo. Waluyo juga yakin, batik khas Wonosobo akan berkembang baik. Terlebih saat ini Wonosobo menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Jawa Tengah sehingga diharapkan memberikan dampak positif bagi penjualan batik mereka.
Mereka juga tidak malas untuk berinovasi serta mengasah kemampuan membatik dengan mengikuti berbagai pelatihan membatik.
Meski demikian, Waluyo tidak memungkiri jika saat ini masih membutuhkan perhatian, terutama dari Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo. Untuk mengembangkan batiknya, ia masih membutuhkan peralatan pendukung seperti kompor, tabung gas dan belanga besar untuk pencelupan kain yang selesai dibatik.
"Semoga ada perhatian dari pihak Pemerintah sehingga usaha kami ini bisa berkembang lebih cepat," harapnya.
Sa'diyah menambahkan, selain batik, paguyubannya juga mengembangkan bisnis kuliner, dengan menjual beragam jenis kue. Pada musim Lebaran 2016, katanya, pihaknya kebanjiran order kue-kue kering. Tidak kurang dari 1,5 kuintal kue produksi mereka laku terjual.
"Kami pun akan berupaya untuk lebih serius di sektor kuliner ini," tutur Sa'diyah.
Apapun bidang yang akan berkembang nantinya, Waluyo dan Sa'diyah memiliki cita-cita agar rekan-rekan seprofesi yang dahulu menjadi buruh di luar negeri lain untuk maju dan berkembang tanpa bergantung pada orang lain.
Sumber:http://regional.kompas.com/read/2016/09/01/17413911/bumi.tanoshi.paguyuban.mantan.tki.yang.kembangkan.batik.wonosobo diakses pada Rabu, 14 Desember 2016 pukul 15.47 WIB
Apakah yang menyebabkan para anggota kelompok bersatu dalam paguyuban?
Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb
Habis dalam
00
:
10
:
55
:
11
Iklan
N. Puspita
Master Teacher
6
4.8 (6 rating)
Syarif Hidayatullah
Ini yang aku cari!
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia