Iklan

Pertanyaan

ANALISIS PENGGUNAAN TATA BAHASA INDONESIA DALAM PENULISAN
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ARTIKEL ILMIAH

 Retno Asihanti Setiorini


1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

    Disadari atau tidak, penggunaan bahasa akan berubah sesuai dengan kebutuhan penuturnya. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan saat seseorang berpidato atau berceramah dalam sebuah seminar akan berbeda dengan bahasa yang digunakannya saat mengobrol atau bercengkrama dengan keluarganya. Bahasa itu akan berubah lagi saat ia menawar atau membeli sayuran di pasar. Kesesuaian antara bahasa dan pemakaianya ini disebut ragam bahasa. Dalam penggunaan bahasa (Indonesia) dikenal berbagai macam ragam bahasa dengan pembagiannya masing-masing, seperti ragam formal-semi; formal-nonformal; ujaran-tulisan; jurnalistik; iklan; populer dan ilmiah.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) dijelaskan bahwa ilmiah adalah bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang bersifat keilmuan. Sifat keilmuan ini terlihat pula dalam penggunaan bahasanya. Ragam bahasa yang digunakan dalam sebuah karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa ilmiah merupakan bahasa dalam dunia pendidikan. Karena penutur ragam bahasa ini adalah orang yang berpendidikan, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang dipelajari di sekolah/institusi pendidikan. Ragam bahasa ini dikenal pula dengan istilah ragam bahasa baku/standar. Menurut Hasan Alwi dkk. (2003: 13-14), ragam bahasa ini memiliki dua ciri, yaitu kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Kemantapan dinamis berarti aturan dalam ragam bahasa ini telah berlaku dengan mantap, tetapi bahasa ini tetap terbuka terhadap perubahan (terutama dalam kosakata dan-istilah). Ciri kecendekiaan terlihat dalam penataan penggunaan bahasa secara teratur, logis, dan masuk akal. Ragam bahasa ini bersifat kaku dan terikat pada aturan-aturan bahasa yang berlaku. 

    Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa ilmiah. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia baku. Tata bahasa Indonesia yang baku meliputi penggunaan kata, kalimat, dan paragraf yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa lndonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa lndonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan sesuai dengan ragam bahasanya, aturan-aturan ini mengikat penggunaan bahasa dalam karya tulis ilmiah.

    Karya tulis ilmiah terbagi menjadi enam jenis, yaitu skripsi, tesis, disertasi (tugas akhir dalam pendidikan tinggi); laporan penelitian; makalah seminar; artikel ilmiah; makalah; dan laporan eksekutif. Pembahasan karya tulis ilmiah dalam tulisan ini akan difokuskan pada artikel ilmiah. Pemilihan ini dilakukan dengan dasar pemikiran artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal/majalah ilmiah. Jurnal ilmiah merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan.

1.2 Rumusan Masalah

    Penggunaan bahasa ilmiah diikuti dengan tuntutan mengikuti kaidah tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang baku. Namun, ada pula penulis artikel Ilmiah yang menggunakan susunan kalimat kurang baku. Ada dua rumusan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini. Rumusan masalah tersebut adalah bagaimana ciri penggunaan bahasa ilmiah yang baik? Bagaimana implementasi penggunaan tata bahasa Indonesia pada artikel ilmiah?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

    Tujuan dalam penulisan ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri bahasa ilmiah dalam karya tulis ilmiah, khususnya artikel ilmiah, serta melihat implementasi penggunaan tata bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah. Tulisan ini diharapkan dapat membantu memberi gambaran mengeriai bahasa ilmiah. Analisis ini dapat digunakan sebagai acuan para penulis artikel untuk menulis dengan menggunakan tata bahasa yang baku.

1.4 Metode

    Analisis penggunaan tata bahasa dalam artikei ilmiah pada tulisan ini dilakukan dengan analisis pustaka dan observasi terhadap penggunaan bahasa dalam majalah-majalah ilmiah. Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan bahasa ilmiah, digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. lmplementasi penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah dilihat secara acak dalam beberapa artikel ilmiah berbahasa Indonesia.

    Pembahasan mengenai penggunaan bahasa dalam karya tulis ilmiah ini dibagi dalam tujuh bagian. Bagian pertama, pendahuluan, menjelaskan dasar pemikiran tulisan ini secara sederhana. Bagian-bagian selanjutnya, menjelaskan penggunaan ragam bahasa ilmiah tersebut secara spesifik yaitu format penulisan, pilihan kata, kalimat efektif, kesatuan wacana, dan pedoman penulisan (ejaan). Sebagai penutup, disajikan pula simpulan singkat.

2. Hasil Pembahasan

2.1 Format Penulisan

    Artikel ilmiah merupakan tulisan ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Setiap jurnal memiliki syarat penyajian tulisan yang berbeda-beda. Walaupun begitu, unsur-unsur tulisan yang biasa dapat ditemui adalah abstrak, kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tujuan, masalah penelitian, dan metode penelitian), batang tubuh (hasil dan pembahasan penelitian), dan simpulan. Karena keterbatasan tempat dalam jurnal ilmiah, pembatasan jumlah halaman dalam artikel ilmiah berlaku ketat.

    Tiap bidang ilmu mempunyai konvensi naskah yang berbeda-beda. Namun secara umum, pembagian dalam sebuah kerangka pikiran (tulisan maupun ujaran) terdiri atas pendahuluan, isi, dan penutup. Setiap bagian tersebut berkaitan satu sama lain sehingga membangun satu kepaduan yang utuh.

    Tiap bidang ilmu mempunyai konvensi naskah yang berbeda-beda. Namun secara umum, pembagian dalam sebuah kerangka pikiran (tulisan maupun ujaran) terdiri atas pendahuluan, isi, dan penutup. Setiap bagian tersebut berkaitan satu sama lain sehingga membangun satu kepaduan yang utuh.

    Secara tradisional, bidang ilmu dibagi menjadi ilmu alam dan sosial. "Jika diperhatikan, ada perbedaan format penulisan pada karya tulis ilmiah dua bidang ilmu ini. Ilmu alam menggunakan alam sebagai objek penelitiannya. Dalam penulisan karya tulis ilmiah bidang ilmu alam, langkah-langkah penelitian dicantumkan secara terperinci sehingga keteraturan/urutan penulisan terlihat secara eksplisit.

    Berbeda dengan ilmu alam, ilmu sosial menggunakan perilaku manusia sebagai objek penelitiannya. Oleh karena itu, dalam karya tulis ilmiah bidang sosial, pembahasan penelitian disajikan dalam bentuk penggambaran (deskriptif).

2.2 Pilihan Kata (Diksi)

    Pilihan kata atau diksi dalam sebuah karya tulis ilmiah akan memengaruhi kesan dan makna yang ditimbulkan. Hal ini merupakan salah satu unsur dalam artikel ilmiah. Pemilihan kata dalam satu ragam bahasa berkaitan dengan ketepatan pemilihan kata dan kesesuaian pemilihan kata.

    Menurut Gorys Keraf (2005: 87), ketepatan pemilihan kata berkaitan dengan menggunakan kata secara tepat yang berarti menggunakan kata sesuai dengan makna yang ingin dicapai. Sementara itu, kesesuaian pemilihan kata berkaitan dengan suasana dan lingkungan berbahasa. Dalam artikel ilmiah, suasana dan lingkungan bahasa yang digunakan adalah formal dengan bahasa standar/baku. Dalam makalah ini, dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian pemilihan kata dalam artikel ilmiah, yaitu sebagai berikut.

2.2.1 Sinonim

    Perhatikan contoh berikut.
mengemukakan-mengatakan-menyuarakan.

  • Ia mengemukakan pendapatnya
  • Ia mengatakan pendapatnya
  • Ia menyuarakan pendapatnya

    Untuk menghindari kebosanan karena menggunakan kata yang itu-itu saja, dapat dipilih sinonim yang penggunaannya tepat (sesuai dengan konteks).

2.2.2 Kata umum-kata khusus

    Kendaraan-Kendaraan bermotor-Kendaraan (bermotor) umum-Angkot

  • Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan dianggap berhasil.
  • Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan bermotor dianggap berhasil.
  • Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan umum dianggap berhasil.
  • Penelitian terhadap gas yang dihasilkan angkot dianggap berhasil.

    Setiap kata yang digunakan pada kalimat-kalimat di atas, semakin lama semakin khusus. Hal ini terlihat dari semakin khusus (sempit) makna yang digunakan pada kata-kata di atas (sesuai urutannya). Kata yang semakin sempit tujuannya itulah yang disebut dengan kata khusus.

2.2.3 Kata indria

    Kata indria merupakan kata yang menunjukkan perasaan/pengalaman dengan pancaindra, seperti panas, manis, keras, apak, desing, dan mengilat. Penggunaan kata-kata indria ini dapat saling tumpang tindih. Gejala seperti ini disebut dengan sinestesia. Perhatikan contoh berikut.

  • Ibu membuat teh manis.
  • Gadis itu manis sekali.

2.2.4 Kelangsungan pilihan kata

    Kelangsungan pilihan kata berkaitan kata demi kata yang dipilih sehingga dapat menyampaikan gagasan secara tepat, efektif, dan efisien. Hal ini menyangkut penghamburan kata, ambiguitas makna, kesalahan ejaan, dan sebagainya. Perhatikan contoh-contoh berikut.

2.2.5 lstilah dan jargon

    lstilah adalah kata atau gabungan kata yang secara cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu tertentu. Sementara itu, jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya (Keraf, 2005: 107). Antara istilah dan jargon, terdapat ketumpangtindihan makna. Pada dasarnya, jargon merupakan bahasa atau kata yang khusus sekali.

2.2.6 Kata populer dan ilmiah

    Kata populer adalah kata yang lazim digunakan oleh masyarakat luas dalam kegiatan sehari-hari. Kata ini tentu berbeda dengan kata ilmiah yang merujuk pada bahasa ilmiah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.

  • orang sakit-pasien (kata populer-kata ilmiah)
  • pecahan-fraksi (kata populer-kata ilmiah)
  • kolot-konservatif (kata populer-kata ilmiah)

2.2.7 Kata slang

    Kata slang adalah kata yang digunakan pada ragam percakapan yang khas. Misalnya, bahasa gaul. Bahasa seperti ini tidak bisa digunakan dalam karya tulis ilmiah karena merupakan bahasa nonstandar.

2.2.8 Idiom

    Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau gramatikal dengan bertumpu pada makna-makna yang membentuknya (Keraf, 2005:109). Contohnya, makan garam, banting tulang. Selain itu, dalam menulis karya tulis ilmiah perhatikan pula penggunaan kata depan yang dilekatkan secara idiomatis pada kata kerja tertentu, seperti berbahaya bagi, selaras dengan, terdiri atas

2.3 Kalimat efektif

    Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya dengan baik sehingga pendengar/pembaca akan menangkap gagasan di balik kalimat tersebut dengan tepat. Karena tujuan seseorang menulis adalah mengomunikasikan gagasan yang dimilikinya, kalimat efektif merupakan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kegiatan menulis, populer maupun ilmiah, laporan maupun artikel, kalimat yang digunakan berupa kalimat efektif.

    Menurut Gorys Keraf (1993), syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut

2.3.1 Kesatuan Gagasan

    Kesatuan gagasan mengacu pada bagaimana perilaku fungsi-fungsi kalimat dalam satu kalimat. Syarat utama untuk membentuk sebuah kalimat lengkap adalah adanya fungsi subjek dan predikat. Jika dirasa perlu, fungsi-fungsi ini dapat ditambahkan dan diperluas dengan fungsi lainnya.

Contoh:

    Karena asam amino ini merupakan faktor pembatas pada pakan nabati.

    Kata karena merupakan konjungsi yang menunjukkan hubungan alasan/sebab. Konjungsi ini berfungsi menghubungkan anak kalimat (alasan/sebab) dengan induk kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Pada kalimat di atas, penyebab (induk kalimat) tidak tampak.

2.3.2 Koherensi yang baik dan kompak

    Koherensi yang baik dan kompak mengacu pada hubungan antarunsur pembentuk kalimat. Dalam hal ini, urutan kata menjadi hal yang perlu diperhatikan. Perhatikan contoh berikut:

  • Tes tersebut dibuat oleh guru bidang studi yang berjumlah 25 item.
  • Tes yang berjumlah 25 item tersebut dibuat oleh guru bidang studi.

2.3.3 Penekanan

    Dalam sebuah kalimat, umumnya terdapat satu hal/topik yang ingin ditekankan. Melalui beberapa cara, penekanan tersebut akan terasa nyata. Coba perhatikan contoh berikut ini:

  • Beberapa daerah sudah mencapai TFR kurang dari dua dan angka prevelensi kontrasepsi yang cukup tinggi.
  • TFR kurang dari dua dan angka prevelensi kontrasepsi yang cukup tinggi sudah dicapai beberapa daerah.
  • Beberapa daerah pun sudah mencapai kurang dari dua angka prevelensi kontrasepsi yang cukup tinggi.

    Dari contoh di atas, terlihat cara untuk memberi penekanan adalah meletakkan topik di awal kalimat atau menggunakan partikel penekan (pun). Selain cara di atas, dapat pula digunakan pertentangan atau repetisi (pengulangan).

2.3.4 Variasi

    Untuk menghindari kebosanan karena menggunakan kata atau pola kalimat yang itu-itu saja, digunakan variasi. Dalam kosakata, variasi berkaitan erat dengan sinonim. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali pembahasan mengenai pilihan kata (sinonim).

2.3.5 Paralelisme

    Paralelisme menekankan pada penggunaan jenis dan pola yang sama dalam kalimat. Fungsi-fungsi dalam satu kalimat terbentuk dari pola yang sama. Misalnya, jika dalam sebuah kalimat terdapat predikat lebih dari satu, imbuhan dalam predikat-predikat tersebut sama. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.

  • Fungsi enzim di antaranya adalah membantu proses metabolisme dan dapat digunakan untuk mencegah infeksi.
  • Fungsi enzim di  antaranya adalah membantu proses metabolisme dan mencegah infeksi

2.3.6 Penalaran atau logika

    Salah satu ciri bahasa ilmiah adalah logis. Hal ini berarti pernyataan dalam kalimat yang digunakan dalam karya tulis ilmiah sesuai dengan logika. Perhatikan contoh berikut.

    Secara umum, pendekatan kultural lebih optimis daripada kedua pendekatan sebelumnya...

    Pertanyaan yang muncul dari kalimat di atas adalah, siapa yang merasa lebih optimis? Apakah mungkin, sebuah pendekatan (dalam hal ini pendekatan kultural) dapat merasakan optimisme? Perasaan (optimis) tentunya dapat dirasakan oleh manusia, bukan pendekatan.

2.4 Paragraf

    Dalam buku Komposisi (Keraf, 1997:62-66) dikatakan bahwa paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf merupakan perluasan pikiran dari kalimat. Pembagian paragraf berdasarkan fungsinya dalam satu karangan akan mempermudah pembaca memahami struktur karangan.

    Sebuah karangan yang dalam studi kasus ini berupa artikel ilmiah minimal terdiri atas tiga pembagian, yaitu pendahuluuan, isi, penutup. Hal ini berlaku pula dalam penulisan paragraf. Dalam sebuah paragraf, terdapat kalimat pembuka, isi, dan penutup.  Oleh karena itu, sebuah paragraf yang standar minimal terdiri atas tiga kalimat.

    Dalam sebuah paragraf, terdapat kalimat yang menunjukkan gagasan utamanya. Kalimat tersebut disebut kalimat topik. Dari kalimat topik inilah sebuah paragraf kemudian dikembangkan. Dalam mengembangkan satu kalimat topik menjadi paragraf, perlu ppula diperhatikan masalah urutan yang logis dan kepaduan bahasa. Kepaduan bahasa ini akan terlihat dari penggunaan kata-kata yang merujuk pada bagian sebelumnya sehingga topik yang dibahas dalam sebuah paragraf tidak meluas tak terarah.

2.5 Pedoman Penulisan

    Dalam setiap bahasa, terdapat pedoman penulisan yang perlu diperhatikan. Pedoman ini dibuat untuk mempermudah penggunaan dan pemahaman terhadap suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia, terdapat dua panduan yang dijadikan acuan, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. KBBI merupakan pedoman mengenai tata cara penulisan dan makna kata. Hal ini berbeda dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang berisi aturan-aturan mengenai pungtuasi (tanda baca).

    Pedoman penulisan yang terdapat dalam KBBI dan Ejaan Bahasa Indonesia bersifat mengikat penggunanya. Makalah ini tidak akan membahas aturan dalam kedua pedoman tersebut satu per satu. Apabila dibutuhkan, seorang peneliti/penulis tidak perlu merasa ragu atau malu untuk membuka-buka kembali keedua pedoman ini. Hal yang akan dibahas dalam makalah ini hanyalah aturan-aturan yang bersifat khusus.

    Setiap bidang ilmu mempunyai kekhasan dalam tata cara penulisan. Ada aturan-aturan khusus yang berlaku mengikat penggunanya. Berikut ini beberapa aturan khusus kebidangan.

2.5.1 Penggunaan istilah asing

    Dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia telah dijelaskan bahwa huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

    Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kata atau ungkapan asing dalam artikel ataupun karya tulis lainnya diperbolehkan. Namun, apabila kata atau ungkapan yang digunakan tersebut belum banyak digunakan, ada baiknya diberikan penjelasan. Dengan begitu, pembaca tidak bingung. Perhatikan contoh berikut.

  • Pengambilan keputusan strategik sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai (value) atau harapan (expectation).
  • Investasi (pembiayaan)

2.5.2 Lambang

    Ada banyak karya tulis yang menggunakan satuan. Mien A. Rifai (1995) menyatakan, "Satuan dasar yang dianut secara universal memakai Satuan Sistem Internasional (biasa disingkat SI dari System International D'unites)." Misalnya, kilogram—kg → 5 kg; meter—m → 10 m; ampere—A → 2 A

    Penulisan satuan tidak diawali dengan huruf kapital. Namun, jika satuan tersebut diambil dari nama orang, penulisan dalam bentuk singkatnya menggunakan huruf kapital. Penulisan satuan dalam bentuk singkat tidak menggunakan titik.

    Sama seperti satuan dasar, penulisan satuan mata uang tidak diawali dengan huruf kapital. Namun, penulisan satuan mata uang dalam bentuk singkat, menggunakan lambang dan huruf kapital. Perhatikan contoh berikut.

10.000 rupiah → Rp10.000,00

80.5 dolar Amerika → US$80.5

25 yen → Y25

2.5.3 Penulisan nama latin

    Dalam bidang keilmuan tertentu, penggunaan nama Latin tidak bisa dihindarkan. Penggunaan nama Latin akan menjelaskan spesies makhluk hidup secara spesifik. Lalu, bagaimanakah cara penulisannya?

    Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2016) disebutkan, "Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang." Namun, bagaimana dengan unsur--unsur nama hewan atau tumbuhan? Selain itu, disebutkan pula, "Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya." Penjelasan lebih lanjut mengenai penulisan nama Latin ini dijelaskan Mien. A Rifai (1995:14), huruf miring digunakan pada nama ilmiah, marga, jenis, anak jenis, varietas, dan forma makhluk. Akan tetapi, nama ilmiah takson di atas tingkat marga tidak diitulis dengan huruf miring. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh-contoh berikut:

  • Oryza sativa Linnaeus
  • Oryza sativa Linn.

    Oryza sativa merupakan nama Latin untuk padi. Sebagaimana dijelaskan pada EBI, penulisan nama diawali dengan huruf kapital. Oleh karena itu, huruf O pada Oryza ditulis kapital. Namun, berbeda dengan tata cara penulisan nama orang, huruf kapital hanya dipakai pada huruf pertama kata pertama. Jadi, huruf s pada kata sativa tidak kapital. Huruf L pada kata Linnaeus Linn. mengacu pada nama orang (penemu). Oleh karena itu, tidak ditulis dengan huruf miring.

2.5.4 Antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

    Bahasa Inggris diakui sebagai bahasa internasional. Begitu pula dalam karya tulis ilmiah. Agar dapat memublikasikan hasil penelitiannya pada masyarakat luas (dalam hal ini masyarakat internasional), ada banyak peneliti yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam karya tulis ilmiahnya.

    Jika karya tulis ilmiah menggunakan bahasa pengantar Inggris (atau bahasa asing lainnya), pedoman dan aturan yang digunakan sesuai dengan bahasa yang digunakan. Jadi, jika bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Inggris, pedoman dan aturan yang digunakan adalah pedoman dan aturan bahasa Inggris. Oleh karena itu, penggunaan bahasa di luar bahasa Indonesia (bahasa Inggris atau Latin) ditulis dalam cetak miring.

3. Simpulan

    Ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah atau disebut juga bahasa standar (baku). Sebagai salah satu jenis dari karya tulis ilmiah, artikel ilmiah pun ditulis dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa standar ini adalah bahasa yang dipelajari dalam institusi pendidikan. Sebagai bahasa standar, ada aturan-aturan tata bahasa dan pedoman ejaan yang perlu
diikuti.

    Standar berbahasa yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ini meliputi pemilihan kata yang tepat, kalimat efektif, kepaduan paragraf, dan pedoman penulisan. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa dalam artikel ilmiah masih dapat ditemui penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan standar aturan berbahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai tersebut dapat ditemukan berupa ketidaktepatan dalam penggunaan/penyusunan kata, kalimat, paragraf, dan pedoman penulisan.

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende—Flores: Penerbit Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Diknas RI. 1989. Pedoman Umum Pembentukan Istilah.     Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Diknas RI. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.      Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemdikbud.

Rifai, Mien A. 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Utorodewo, Felicia N. 2003. "Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah". (http://pdpt.ui.ac.id/mobm/BahasaIndonesia.html)

Utorodewo, Felicia N. 2003. Bahasa Jurnalistik dalam seminar Sejarah Bahasa Melayu/Bahasa Indonesia dalam Jurnalistik. Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Jakarta, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Sumber: http://www.pnri.go.id/majalahonlineadd.aspx?id-134space 

Apakah karya ilmiah tersebut disusun secara sistematis dan logis?

Apakah karya ilmiah tersebut disusun secara sistematis dan logis?space 

8 dari 10 siswa nilainya naik

dengan paket belajar pilihan

Habis dalam

01

:

21

:

19

:

11

Klaim

Iklan

E. Iga

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni Universitas Sanata Dharma

Jawaban terverifikasi

Pembahasan

Karya ilmiah adalah karya tulis yang dibuat untuk memecahkan suatu permasalahan melalui landasan teori dan metode-metode ilmiah. Sistematika penulisan karya ilmiah secara umum yaitu: Judul Pendahuluan: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian Kerangka Teori: landasan teori, hipotesis penelitian Metode Penelitian: jenis penelitian, definisi konsep, populasi dan sampel, jenis, sumber, dan teori pengumpulan data, teknik analisis data Hasil dan Pembahasan Penutup: simpulan, saran Daftar Pustaka Lampiran Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, karya tulis ilmiah tersebut telah disusun secara sistematis dan logis, karena sistematika penulisan disajikan secara urut dari pendahuluan hingga daftar pustaka. Karya ilmiah tersebut juga bersifat logis karena berisi fakta-fakta.

Karya ilmiah adalah karya tulis yang dibuat untuk memecahkan suatu permasalahan melalui landasan teori dan metode-metode ilmiah. Sistematika penulisan karya ilmiah secara umum yaitu:

  1. Judul
  2. Pendahuluan: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
  3. Kerangka Teori: landasan teori, hipotesis penelitian
  4. Metode Penelitian: jenis penelitian, definisi konsep, populasi dan sampel, jenis, sumber, dan teori pengumpulan data, teknik analisis data
  5. Hasil dan Pembahasan
  6. Penutup: simpulan, saran
  7. Daftar Pustaka
  8. Lampiran


Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, karya tulis ilmiah tersebut telah disusun secara sistematis dan logis, karena sistematika penulisan disajikan secara urut dari pendahuluan hingga daftar pustaka. Karya ilmiah tersebut juga bersifat logis karena berisi fakta-fakta.space 

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

14

Exsances

Pembahasan lengkap banget

Padli Hidayat

Pembahasan lengkap banget

Iklan

Pertanyaan serupa

Rumusan masalah yang dapat digunakan dalam karya tulis yaitu....

2

5.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia