Mati suri merupakan sebuah fenomena ketika seseorang kembali hidup setelah dinyatakan meninggal dunia, dalam rentang waktu tertentu. Kejadian mati suri sering dikaitkan dengan pengalaman spiritual yang unik dan berbeda-beda pada tiap orang yang mengalaminya. Dalam fenomena mati suri, dokter mungkin telah menemukan tanda-tanda kematian pada seorang pasien. Seorang pasien dinyatakan meninggal dunia jika:
- Nadi tidak berdenyut dan jantung berhenti berdetak.
- Berhenti bernapas dan suhu tubuh menurun.
- Otot-otot wajah tampak lemas dan pucat.
- Pupil melebar dan tidak reaktif terhadap cahaya.
- Tidak ada respons terhadap rasa sakit.
Namun karena beberapa faktor, pasien bisa kembali bernapas dan jantungnya kembali berdetak setelah berhenti beberapa saat, sehingga disebut mengalami mati suri. Secara medis, kondisi ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
- Hipotermia
Hipotermia bisa menyebabkan detak jantung dan denyut nadi menjadi sangat lemah karena pengaruh suhu udara yang dingin. Pada kondisi tertentu, detak jantung dan denyut nadi itu akan berada pada titik yang terlampau lemah, sehingga tidak terdeteksi dan seseorang dapat dianggap meninggal dunia meski sebetulnya belum.
- Pasca resusitasi jantung
Menurut sejumlah penelitian, mati suri dapat terjadi karena respons tubuh yang terlambat setelah seseorang yang mengalami kondisi kritis diberikan tindakan resusitasi jantung untuk menyelamatkan nyawanya. Sehingga, tenaga medis menilai tindakan tersebut tidak memberi hasil. Setelah sempat dinyatakan meninggal dunia, dalam beberapa waktu kemudian barulah respons tubuh muncul, seolah-olah bangkit dari kematian.
- Hiperkalemia
Hiperkalemia bisa menghambat kembalinya aktivitas jantung dan paru yang sempat terhenti atau return of spontaneous circulation (ROSC). Penderita hiperkalemia memiliki kadar kalium yang tinggi di dalam darah. Akibatnya, fungsi sel saraf dan otot di beberapa bagian tubuh, termasuk di jantung, akan terganggu.
- Obat-obatan tertentu
Dalam melakukan resusitasi jantung, dokter mungkin akan menggunakan obat-obatan tertentu. Namun jika obat tersebut terlambat bereaksi, ROSC atau kembalinya aktivitas dan sirkulasi jantung dan paru akan terhambat. Akibatnya, seseorang yang mengalami kondisi ini dianggap meninggal dunia.
Mati suri juga sering disamakan dengan pengalaman mendekati kematian alias near death experience (NDE). Pengalaman mendekati kematian dikaitkan dengan keberadaan gas karbondioksida di dalam tubuh seseorang. Penelitian yang mengaitkan hal ini menyatakan, adanya gas
kemungkinan memberikan pengaruh pada keseimbangan kimia tubuh.![undefined](data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAAAAQAAAAFCAYAAABirU3bAAAACXBIWXMAAA7EAAAOxAGVKw4bAAAABGJhU0UAAAAEx0lWhwAAAAxJREFUeNpjYKABAAAAVQAB8vOvGAAAAE50RVh0TWF0aE1MADxtYXRoIHhtbG5zPSJodHRwOi8vd3d3LnczLm9yZy8xOTk4L01hdGgvTWF0aE1MIj48bW8+JiN4QTA7PC9tbz48L21hdGg+SHplFQAAAABJRU5ErkJggg==)
Ketika keseimbangan kimia di otak seseorang terganggu, hal tersebut bisa memengaruhi otak, sehingga ia seperti melihat cahaya, terowongan, atau kematian. Pengalaman mati suri yang terkait dengan adanya gas
juga dirasakan oleh para pasien yang selamat dari serangan jantung. Kejadian mati suri yang dialami oleh orang-orang yang selamat dari serangan jantung diyakini terkait dengan terhentinya fungsi otak setelah 20-30 detik jantung berhenti berdetak.
Meski ada banyak teori yang dihubungkan dengan mati suri, sampai saat ini belum ada penelitian yang mampu menjabarkan fenomena ini secara detail. Intinya, mati suri bukanlah fenomena mistis yang perlu ditakuti. Pada dasarnya seseorang yang mati suri bukan hidup kembali, tapi dia memang belum meninggal dunia.