Iklan

Pertanyaan

“Dejavu”, kejadian yang pernah terjadi kembali terulang. Dalam sejarah, setidaknya Indonesia pernah memiliki tiga presiden yang terpaksa harus mengakhiri jabatan dengan beragam alasannya. Mulai dari Soekarno yang diberhentikan oleh MPRS, berlanjut kepada Soeharto yang mengundurkan diri akibat desakan massa, dan berlanjut lagi dengan Abdurrahman Wahid yang diberhentikan MPR. Dari peristiwa sejarah di atas, apa pelajaran penting yang bisa dipetik?

“Dejavu”, kejadian yang pernah terjadi kembali terulang. Dalam sejarah, setidaknya Indonesia pernah memiliki tiga presiden yang terpaksa harus mengakhiri jabatan dengan beragam alasannya. Mulai dari Soekarno yang diberhentikan oleh MPRS, berlanjut kepada Soeharto yang mengundurkan diri akibat desakan massa, dan berlanjut lagi dengan Abdurrahman Wahid yang diberhentikan MPR. Dari peristiwa sejarah di atas, apa pelajaran penting yang bisa dipetik?

  1. Menjadi presiden boleh melakukan hal-hal yang sesuka hati

  2. Seorang Presiden harus bertindak hati-hati dan konstitusional

  3. Presiden adalah jabatan prestisius yang boleh mengeluarkan kebijakan kontroversial

  4. Presiden tidak bisa digulingkan oleh siapapun

  5. Seorang presiden bisa menjabat seumur hidup

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

10

:

23

:

46

Klaim

Iklan

M. El

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Jawaban terverifikasi

Pembahasan

Sejarah adalah pohon tempat bernaung, sejarah juga adalah cermin untuk melihat masa lalu agar masa sekarang dan masa mendatang menjadi jauh lebih baik serta ideal. Sejarah Indonesia mencatat bahwa dari tujuh presiden yang dimiliki tiga presiden harus mengakhiri jabatannya karena faktor-faktor yang beragam. Ada yang diberhentikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat seperti Presiden Soekarno dan Presiden Abdurrahman Wahid, ada juga yang harus mundur karena desakan massa yang menuntut pejabat terkait untuk mundur seperti Presiden Soeharto. Ketiga presiden di atas harus mundur karena dianggap bermasalah dan menyimpang dari konstitusi. Kebijakan dan tindakan yang diambil membuat polemik, kontroversi, dan menimbulkan gejolak perlawanan. Jabatan Soekarno goyah karena kedekatan dan kebijakannya dianggap pro dengan pihak Partai Komunis Indonesia (PKI) yang jelas-jelas melakukan pemberontakan yang merusak sendir-sendi kehidupan berbangsa. Soeharto tumbang karena kebijakan-kebijakannya yang otoriter dan praktik pemerintahan yang dijalankan terkesan penuh praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Abdurrahman Wahid juga runtuh karena kebijakan kontroversial yang dibuatnya seperti mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi pembubaran MPR/DPR, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Dekrit tersebut ternyata ditolak oleh anggota DPR/MPR yang berujung pada pemberhentiannya. Dari narasi di atas, kita bisa mengambil pelajaran penting bahwa seorang presiden harus bertindak hati-hati dan konstitusional. Setiap kebijakan yang akan dibuat harus sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, tidak boleh bertentangan dan menabrak peraturan perundang-undangan yang ada.

Sejarah adalah pohon tempat bernaung, sejarah juga adalah cermin untuk melihat masa lalu agar masa sekarang dan masa mendatang menjadi jauh lebih baik serta ideal. Sejarah Indonesia mencatat bahwa dari tujuh presiden yang dimiliki tiga presiden harus mengakhiri jabatannya karena faktor-faktor yang beragam. Ada yang diberhentikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat seperti Presiden Soekarno dan Presiden Abdurrahman Wahid, ada juga yang harus mundur karena desakan massa yang menuntut pejabat terkait untuk mundur seperti Presiden Soeharto. Ketiga presiden di atas harus mundur karena dianggap bermasalah dan menyimpang dari konstitusi.

 

Kebijakan dan tindakan yang diambil membuat polemik, kontroversi, dan menimbulkan gejolak perlawanan. Jabatan Soekarno goyah karena kedekatan dan kebijakannya dianggap pro dengan pihak Partai Komunis Indonesia (PKI) yang jelas-jelas melakukan pemberontakan yang merusak sendir-sendi kehidupan berbangsa. Soeharto tumbang karena kebijakan-kebijakannya yang otoriter dan praktik pemerintahan yang dijalankan terkesan penuh praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Abdurrahman Wahid juga runtuh karena kebijakan kontroversial yang dibuatnya seperti mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi pembubaran MPR/DPR, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Dekrit tersebut ternyata ditolak oleh anggota DPR/MPR yang berujung pada pemberhentiannya.

 

Dari narasi di atas, kita bisa mengambil pelajaran penting bahwa seorang presiden harus bertindak hati-hati dan konstitusional. Setiap kebijakan yang akan dibuat harus sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, tidak boleh bertentangan dan menabrak peraturan perundang-undangan yang ada.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

1

Iklan

Pertanyaan serupa

Salah satu contoh dari discovery dalam dunia sejarah adalah penemuan lampu listrik oleh Thomas Alva Edison tahun 1879. Penemuan lampu listrik yang bersejarah tersebut dapat memberikan perubahan pada k...

5

5.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02130930000

02130930000

Ikuti Kami

©2025 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia