Iklan
Pertanyaan
[1] Sebagian hidup Maya Angelou adalah kepahitan belaka—kepahitan yang membuat
penulis Afro-Amerika ini menjadi individu yang tak mudah membuka bilik hatinya kepada orang
lain. [2] Letter to My Daughter, yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, merekam
perjalanan hidup yang diwarnai kekerasan dalam hubungan cinta, relasi hambar dengan sang ibu,
serta diskriminasi ras. [3] Memiliki seorang nenek yang penuh perhatian menjadi keberuntungan
Maya, sebab dialah yang membukakan mata tentang apa arti menjadi perempuan keturunan
Afro-Amerika di sebuah negeri yang melahirkan Malcolm-X dan Martin Luther King,
Jr.—sebuah negeri yang di suatu masa terkungkung oleh rasisme.
[4] “Aku melahirkan seorang anak laki-laki, tapi aku memiliki ribuan anak perempuan.
[5] Kau yang berkulit hitam dan putih, kau yang Yahudi dan Muslim, Asia, .... aku berbicara
kepada kalian semua.” [6] Seruan bagi keragaman dan toleransi yang ditorehkan dalam Letter to
My Daughterini terus ia kumandangkan hingga Maya berpulang, 28 Mei 2014. [7] Seruan ini
jadi pengingat bagi kita—orang yang mudah lupa dan terlena oleh identitas yang mengungkung.
[8] Kepahitan telah mengajarinya bagaimana memberi senyum kepada orang lain—selalu ada
harapan di balik kepahitan. [9] “Kita mungkin menjumpai beberapa kekalahan, tapi kita tidak
boleh terkalahkan,” ujarnya. ( Diadaptasi dari
https://indonesiana.tempo.co/read/118853/2017/11/06/desibelkoe/maya-angelou- memetik-
mutiara-di- antara-kepahitan- hidup )
Kalimat yang tidak efektif ditunjukkan pada kalimat…
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
Iklan
N. Juliana
Master Teacher
7
0.0 (0 rating)
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2025 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia