Chikaa R

20 Januari 2025 03:00

Iklan

Chikaa R

20 Januari 2025 03:00

Pertanyaan

Teori konflik sosial menurut Karl Marx, Max weber, Ralf Dahrendorf, dan Lewis A. Coser

Teori konflik sosial menurut Karl Marx, Max weber, Ralf Dahrendorf, dan Lewis A. Coser

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

04

:

21

:

47

Klaim

7

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Bianca B

20 Januari 2025 10:21

Jawaban terverifikasi

<p>Berikut penjelasan singkat teori konflik sosial menurut keempat tokoh tersebut:</p><p><strong>1. Karl Marx (1818–1883)</strong><br>Karl Marx melihat konflik sosial sebagai hasil dari pertentangan antara kelas-kelas sosial yang berbeda, terutama kelas borjuis (pemilik modal) dan proletar (buruh).</p><p>Akar Konflik: Kepemilikan alat produksi dan eksploitasi buruh oleh pemilik modal.<br>Solusi Konflik: Marx percaya bahwa konflik ini akan mencapai puncaknya melalui revolusi sosial, di mana kelas buruh akan menggulingkan kelas borjuis dan menciptakan masyarakat tanpa kelas (komunisme).<br>Ciri Utama: Konflik bersifat struktural dan berakar pada ketimpangan ekonomi.</p><p><br><strong>2. Max Weber (1864–1920)</strong><br>Max Weber memiliki pandangan yang lebih kompleks daripada Marx, karena ia tidak hanya melihat konflik dari segi ekonomi, tetapi juga mencakup status sosial dan kekuasaan.</p><p>Akar Konflik: Perbedaan dalam hal kekayaan, status sosial, dan otoritas.<br>Pandangan: Weber menekankan bahwa konflik tidak selalu terjadi antara dua kelas besar, tetapi juga bisa terjadi antara kelompok dengan kepentingan berbeda di berbagai dimensi sosial.<br>Ciri Utama: Konflik bersifat multidimensional (ekonomi, status, dan kekuasaan).</p><p><br><strong>3. Ralf Dahrendorf (1929–2009)</strong><br>Ralf Dahrendorf mengembangkan teori konflik yang menggabungkan gagasan Marx dan Weber, dikenal sebagai teori konflik kelas sosial modern.</p><p>Akar Konflik: Hubungan kekuasaan dan otoritas di dalam masyarakat, terutama antara mereka yang memiliki kekuasaan dan yang tidak.<br>Pandangan: Konflik tidak selalu bersifat destruktif; ia bisa menjadi sumber perubahan sosial.<br>Ciri Utama: Konflik terjadi di berbagai institusi sosial (misalnya, perusahaan, pemerintah), bukan hanya antar-kelas.</p><p><br><strong>4. Lewis A. Coser (1913–2003)</strong><br>Lewis Coser lebih fokus pada fungsi konflik dalam masyarakat dan dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam teori konflik fungsionalis.</p><p>Akar Konflik: Kepentingan yang bertentangan di dalam masyarakat, baik antar-kelompok maupun antar-individu.<br>Pandangan: Konflik tidak selalu merusak, melainkan bisa memperkuat solidaritas kelompok dan membantu menstabilkan sistem sosial.<br>Ciri Utama: Konflik memiliki peran positif dalam menyelesaikan ketegangan sosial dan menciptakan perubahan.</p>

Berikut penjelasan singkat teori konflik sosial menurut keempat tokoh tersebut:

1. Karl Marx (1818–1883)
Karl Marx melihat konflik sosial sebagai hasil dari pertentangan antara kelas-kelas sosial yang berbeda, terutama kelas borjuis (pemilik modal) dan proletar (buruh).

Akar Konflik: Kepemilikan alat produksi dan eksploitasi buruh oleh pemilik modal.
Solusi Konflik: Marx percaya bahwa konflik ini akan mencapai puncaknya melalui revolusi sosial, di mana kelas buruh akan menggulingkan kelas borjuis dan menciptakan masyarakat tanpa kelas (komunisme).
Ciri Utama: Konflik bersifat struktural dan berakar pada ketimpangan ekonomi.


2. Max Weber (1864–1920)
Max Weber memiliki pandangan yang lebih kompleks daripada Marx, karena ia tidak hanya melihat konflik dari segi ekonomi, tetapi juga mencakup status sosial dan kekuasaan.

Akar Konflik: Perbedaan dalam hal kekayaan, status sosial, dan otoritas.
Pandangan: Weber menekankan bahwa konflik tidak selalu terjadi antara dua kelas besar, tetapi juga bisa terjadi antara kelompok dengan kepentingan berbeda di berbagai dimensi sosial.
Ciri Utama: Konflik bersifat multidimensional (ekonomi, status, dan kekuasaan).


3. Ralf Dahrendorf (1929–2009)
Ralf Dahrendorf mengembangkan teori konflik yang menggabungkan gagasan Marx dan Weber, dikenal sebagai teori konflik kelas sosial modern.

Akar Konflik: Hubungan kekuasaan dan otoritas di dalam masyarakat, terutama antara mereka yang memiliki kekuasaan dan yang tidak.
Pandangan: Konflik tidak selalu bersifat destruktif; ia bisa menjadi sumber perubahan sosial.
Ciri Utama: Konflik terjadi di berbagai institusi sosial (misalnya, perusahaan, pemerintah), bukan hanya antar-kelas.


4. Lewis A. Coser (1913–2003)
Lewis Coser lebih fokus pada fungsi konflik dalam masyarakat dan dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam teori konflik fungsionalis.

Akar Konflik: Kepentingan yang bertentangan di dalam masyarakat, baik antar-kelompok maupun antar-individu.
Pandangan: Konflik tidak selalu merusak, melainkan bisa memperkuat solidaritas kelompok dan membantu menstabilkan sistem sosial.
Ciri Utama: Konflik memiliki peran positif dalam menyelesaikan ketegangan sosial dan menciptakan perubahan.


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Jelaskan tentang Identitas sosial, tindakan sosial, dan hubungan sosial. Tidak hanya pengertiannya aja, jelaskan semua materinya

7

5.0

Jawaban terverifikasi