Rizki R

14 Agustus 2024 11:13

Iklan

Rizki R

14 Agustus 2024 11:13

Pertanyaan

Tentukan penggunaan kata depan kata penghubung, imbuhan dan pengunaan sinonim antonim dalam teks deskripsi Monumen Yogya kembali

Tentukan penggunaan kata depan kata penghubung,  imbuhan dan pengunaan sinonim antonim dalam teks deskripsi Monumen Yogya kembali

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

01

:

18

:

26

:

18

Klaim

1

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Kevin L

Gold

15 Agustus 2024 08:03

Jawaban terverifikasi

Kata Depan * Untuk: Menunjukkan tujuan atau maksud (untuk mengenang) * Di: Menunjukkan tempat atau lokasi (di Yogyakarta) * Pada: Menunjukkan waktu (pada tanggal 1 Maret 1949) * Oleh: Menunjukkan pelaku atau penyebab (dipimpin oleh) Kata Hubung * Dan: Menggabungkan dua kata benda atau klausa (tentara dan rakyat) * Tetapi: Menunjukkan pertentangan atau pengecualian (tidak ada dalam teks ini) * Sementara itu: Menunjukkan hubungan temporal atau kontras antara dua klausa (Sementara itu, pintu selatan dan pintu utara) Imbuhan * -an: Membentuk kata benda dari kata kerja (perjuangan) * -i: Membentuk kata kerja (merebut) * di-: Membentuk kata kerja pasif (dipimpin) * ter-: Membentuk kata sifat (terdapat) Sinonim dan Antonim * Sinonim: Kata-kata yang memiliki arti yang sama atau hampir sama. Contoh: tidak ditemukan sinonim yang jelas dalam teks ini. * Antonim: Kata-kata yang memiliki arti berlawanan. Contoh: tidak ditemukan antonim yang jelas dalam teks ini. Analisis Lebih Lanjut * Pengulangan Kata: Kata "Rakyat Yogyakarta melakukan perang gerilya merebut kembali Kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949. Perang gerilya tersebut dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX" diulang dua kali. Hal ini dapat mengurangi keefektifan teks dan membuat pembaca bosan. * Kekurangan Kata Hubung: Teks ini cenderung kurang menggunakan kata hubung untuk menghubungkan ide-ide secara lebih kompleks. Penggunaan kata hubung seperti "sehingga", "karena", atau "meskipun" dapat membuat teks menjadi lebih kohesif. * Kurangnya Variasi Kata: Teks ini menggunakan kata "Monumen" terlalu sering. Penggunaan sinonim seperti "tugu" atau "patung peringatan" dapat membuat teks menjadi lebih menarik. Saran Perbaikan * Variasikan Kata: Gunakan sinonim untuk menghindari pengulangan kata yang sama. * Tambahkan Kata Hubung: Gunakan kata hubung untuk menghubungkan ide-ide secara lebih kompleks. * Perbaiki Struktur Kalimat: Ubah struktur kalimat yang berulang untuk membuat teks menjadi lebih bervariasi. * Gunakan Bahasa yang Lebih Vivid: Gunakan kata-kata yang lebih menggambarkan untuk membuat teks menjadi lebih hidup. Contoh Kalimat yang telah diperbaiki: > Monumen Yogya Kembali, sebuah tugu peringatan yang megah, berdiri kokoh sebagai saksi bisu perjuangan rakyat Yogyakarta melawan penjajah Belanda. Peristiwa heroik Serangan Umum 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto bersama Sri Sultan Hamengku Buwono IX, berhasil merebut kembali Kota Yogyakarta dari tangan musuh.


Iklan

Ozzy A

15 Agustus 2024 20:01

Jawaban terverifikasi

<p>Dalam teks deskripsi Monumen Yogya Kembali:</p><p>&nbsp;</p><p>1. **Kata Depan**: Digunakan untuk menunjukkan hubungan, seperti "di" (lokasi), "dari" (sumber), dan "dengan" (cara atau alat).</p><p>&nbsp;</p><p>2. **Kata Penghubung**: Menghubungkan ide dan kalimat, misalnya "dan" (penambahan), "namun" (kontras), dan "karena" (sebab).</p><p>&nbsp;</p><p>3. **Imbuhan**: Mengubah makna kata dasar, seperti "dibangun" (imbuhan di-), "menggambarkan" (imbuhan me-), dan "memperlihatkan" (imbuhan me- dan per-).</p><p>&nbsp;</p><p>4. **Sinonim dan Antonim**:<br>&nbsp; - **Sinonim**: Monumen (tugu), perjuangan (pertarungan), sejarah (riwayat).<br>&nbsp; - **Antonim**: Megah (kecil), penting (tidak penting).</p>

Dalam teks deskripsi Monumen Yogya Kembali:

 

1. **Kata Depan**: Digunakan untuk menunjukkan hubungan, seperti "di" (lokasi), "dari" (sumber), dan "dengan" (cara atau alat).

 

2. **Kata Penghubung**: Menghubungkan ide dan kalimat, misalnya "dan" (penambahan), "namun" (kontras), dan "karena" (sebab).

 

3. **Imbuhan**: Mengubah makna kata dasar, seperti "dibangun" (imbuhan di-), "menggambarkan" (imbuhan me-), dan "memperlihatkan" (imbuhan me- dan per-).

 

4. **Sinonim dan Antonim**:
  - **Sinonim**: Monumen (tugu), perjuangan (pertarungan), sejarah (riwayat).
  - **Antonim**: Megah (kecil), penting (tidak penting).


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Lelaki tua itu selalu suka mengenakan LENCANA merah putih yang disematkan di bajunya. Apa padanan kata atau sinonim dari kata "Lencana" tersebut?

2

0.0

Jawaban terverifikasi

Teks 1 Salah Kelas Pagi itu, Joni nampak bahagia sekali. Di meja makan, ibunya bertanya kepada Joni. "Jon, Ibu perhatikan dari tadi kamu senyum-senyum sendiri?" "Anu, Bu, semalam ibu wali kelas membagikan jadwal tatap muka terbatas. Senang rasanya karena besok aku bisa bertemu teman-teman. Belajar daring di rumah membosankan, Bu. Apalagi kalau zoom meeting Matematika." "Memangnya kenapa kalau Matematika, Jon?" Ibu bertanya kembali. "Gurunya galak, Bu, materinya juga susah, wong diajarkan di kelas saja masih susah pahamnya, apalagi daring," jawab Joni. "Oh, begitu," Ibu menimpali. "Ya sudah, Bu. Joni pamit, ya." Joni langsung pergi sambil mencium tangan ibunya. Sekolah sudah nampak ramai. Joni berjalan sambil sesekali melihat jadwal mapel yang dibagikan wali kelasnya. Lalu, dia segera masuk kelas dan ternyata sudah ada guru di dalam kelas. "Selamat pagi, Pak. Maaf, saya terlambat." "Selamat pagi juga, Nak, silakan duduk," sahut Pak Guru. Joni langsung mencari kursi dan duduk tanpa melihat kanan kiri. Saat mengeluarkan buku catatan, Joni mengedarkan pandangannya dan langsung kaget. Semua seperti asing. Dia seperti tidak mengenali teman sekelasnya, apalagi semuanya memakai masker. Dia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa mereka adalah teman kelasnya. Tidak berapa lama, Joni kaget ketika melihat ke papan tulis Pak Guru sedang menjelaskan soal Matematika, padahal seingatnya jadwal pagi itu adalah Bahasa Indonesia. "Astaga, ini kan kelasku satu tahun yang lalu, ini kan kelas satu. Sekarang kan aku sudah naik kelas dua." Keringat dingin keluar di wajah Joni, lalu dia memberanikan diri menemui Pak Guru. "Maaf, Pak, karena sudah satu tahun daring, saya lupa kalau sekarang saya sudah kelas dua. Saya salah masuk kelas, Pak." Semua peserta didik pun tertawa. Dengan wajah malu, Joni keluar kelas. Teks 2 PKH Pada suatu hari, dua orang ibu rumah tangga sedang berbincang-bincang di depan rumah. Mereka sedang asyik membahas tentang bantuan pemerintah yang dinamakan PKH. Bu Tuti : Mar, aku semakin heran dengan pemerintah sekarang. Bu Marni Loh, kenapa, Bu? Ada masalah? (penasaran) Bu Tuti : Ya jelas ada. Kalau enggak ada, buat apa saya repot-repot membahas masalah ini? Bu Marni: Oalah, Bu, sempat-sempatnya memikirkan pemerintah, memangnya pemerintah memikirkan nasib kita? Bu Tuti : Jangan salah. Tuh, lihat tetangga sebelah kita. Dia dapat bantuan dari pemerintah. Setiap bulan, dia rutin mengambil sembako di warung dekat balai desa sana. Bu Marni Masa? Enggak salah, sampeyan, Bu? Dia, kan, lumayan mampu. Lihat saja, kulkas ada, mesin cuci punya, motor dua, kalau pergi perhiasannya selalu menempel di tangannya. Benar enggak salah, Bu? (sedikit tidak percaya) Bu Tuti : Nah, itu yang membuat saya bingung. Kenapa dia dapat bantuan? Padahal, kalau dipikir, dia tergolong keluarga mampu. Coba kita bandingkan dengan tetangga kita yang lain. Ada yang jauh lebih berhak mendapatkan bantuan itu sebenarnya. Bu Marni : Iya betul Bu. Ngomong-ngomong, bantuan apa yang bisa dia dapat, Bu? Bu Tuti Bu Marni: Masa kamu enggak tahu? Itu, loh, bantuan PKH. Oh, yang rumahnya ditempeli stiker "Keluarga Miskin" itu, to? Bu Tuti Nah, itu kamu tahu, Mar. (mengacungkan jempol kepada Bu Marni) Bu Marni Bu Tuti Ya tahu lah, Bu. Apa, sih, yang tidak saya ketahui? Mar, PKH itu apa, to? (penasaran) Bu Marni Program Keluarga Harapan. Bu Tuti : Harapan apa? Bu Marni Harapan biar dikasih sembako tiap bulan, ha...ha...ha... Bu Tuti : Ngawur kamu, Mar. Tulislah persamaan dan perbedaan kedua teks tersebut

4

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Sahabat yang Tergadai Rina dan Maya telah bersahabat sejak kecil. Mereka tinggal di kompleks perumahan yang sama, duduk di bangku sekolah yang sama, bahkan berbagi mimpi untuk bisa terus bersama hingga dewasa. Setiap sore, Rina selalu datang ke rumah Maya untuk bermain atau sekadar mengerjakan PR bersama. Rumah Maya terasa hangat dan nyaman, penuh dengan canda tawa dan rasa kekeluargaan. Maya adalah teman yang selalu mendukung Rina dalam segala hal, tak peduli apa yang terjadi. Namun, suatu hari segalanya berubah. Ayah Maya, yang sebelumnya memiliki usaha sukses, mengalami kebangkrutan. Usahanya gulung tikar setelah dihadapkan pada masalah keuangan yang tak terduga. Keluarga Maya terpaksa menjual rumah mereka dan pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil di pinggiran kota. Maya tak lagi bisa mengenakan seragam baru yang biasa mereka beli bersama di awal tahun ajaran. Kini, pakaian Maya tampak kusam, dan sepatu yang dia kenakan mulai berlubang di ujungnya. Pada awalnya, Rina tetap berteman dengan Maya seperti biasa. Mereka masih bertemu di sekolah, dan Rina sesekali mengundang Maya ke rumahnya. Namun, Rina mulai mendengar bisik-bisik dari teman-teman lainnya. "Kenapa masih berteman dengan Maya? Keluarganya sudah jatuh miskin. Nanti kamu jadi terlihat seperti dia." Salah seorang teman di kelas berkata dengan nada mengejek. Bisikan-bisikan itu semakin keras, bahkan beberapa di antaranya terang-terangan menertawakan Maya di depan Rina. Rina merasa tersudut. Di satu sisi, dia merasa bersalah kepada Maya, sahabatnya sejak kecil, yang tidak pernah memintanya apa-apa kecuali persahabatan tulus. Namun di sisi lain, dia merasa takut dijauhi oleh teman-teman lain yang mulai memandang rendah Maya. Rina mulai menjaga jarak. Suatu sore, Maya mendatangi Rina. "Kenapa kamu menjauh? Aku merindukanmu, Rina," Maya bertanya dengan mata yang penuh harap, mencoba mencari jawaban atas perubahan sikap sahabatnya. Rina menghindari tatapan Maya, menunduk dan berpura-pura sibuk dengan bukunya. "Aku sibuk sekarang, banyak tugas. Maaf, Maya." Maya terdiam. Hatinya hancur. Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia berharap itu tidak benar. Namun, kenyataannya terlalu menyakitkan untuk diabaikan. Sejak itu Maya tak pernah lagi mengajak Rina berbicara. Mereka masih bertemu di sekolah, tetapi Maya belajar untuk menahan diri dari rasa sakit ditinggalkan. Waktu berlalu, dan pertemanan mereka tergerus oleh jarak yang diciptakan Rina. Suatu hari, sekolah mengadakan reuni kecil bagi siswa-siswa angkatan mereka. Maya, yang sekarang telah menemukan jalan hidupnya sendiri, datang dengan percaya diri. Dia tak lagi terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Rina melihat Maya dari jauh, merasa tertampar oleh keberadaan sahabatnya yang dulu. Maya telah tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan sukses, meski tanpa dirinya. Rina mendekat dengan perasaan bersalah. "Maya... maafkan aku." Maya menatapnya, senyumnya tenang. "Rina, aku sudah memaafkanmu sejak lama. Aku hanya belajar bahwa tidak semua hal bisa kita pertahankan, bahkan persahabatan. Kadang, orang berubah, dan itu tidak apa-apa. Yang penting, kita tetap berdiri dan melanjutkan hidup." Rina menahan air matanya. Pada saat itu, dia menyadari bahwa dia telah kehilangan lebih dari sekadar seorang sahabat. Dia telah kehilangan kesempatan untuk setia pada seseorang yang benar-benar berarti dalam hidupnya. Tapi, waktu tak bisa diputar kembali. Rina hanya bisa menerima kenyataan bahwa persahabatan mereka telah tergadai oleh ketakutan dan gengsi. Maya pun berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Rina dalam kesunyian yang menyesakkan. Ubahlah cerpen tersebut menjadi sebuah adegan 1, adegan 2, adegan 3, dan adegan 4

3

0.0

Jawaban terverifikasi