Strategi Radikal-Non Kooperatif dan Moderat-Kooperatif Dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, berbagai pergerakan nasional Indonesia mengembangkan strategi dan taktik perjuangannya, yaitu radikal non kooperatif dan moderat kooperatif. Organisasi pergerakan nasional dengan strategi radikal non kooperatif secara tegas menuntut kemerdekaaan Indonesia dan menolak bekerja sama dengan pemerintahan kolonial Belanda. Sebaliknya organisasi pergerakan nasional bersikap moderat mereka mengembangkan sikap kooperatif dengan pemerintah Belanda dengan menyuarakan kepentingan rakyat Indonesia melalui lembaga perwakilan bentukan Belanda, yaitu Volksraad. Mengapa organisasi-organisasi masa pergerakan nasional memiliki strategi yang berbeda-beda?

Jawaban yang tepat adalah, karena adanya perbedaan situasi dan kondisi pada masa itu. Untuk lebih jelasnya, yuk simak pembahasan berikut. 1. Strategi bersifat radikal dengan taktik non-kooperatif Strategi perjuangan radikal non kooperatif merupakan perjuangan dengan menggunakan cara yang keras dalam menentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Non kooperatif berarti tidak mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda. Taktik non kooperatif menekankan bahwa kemerdekaan harus diusakan sendiri. Faktor yang mempengaruhi organisasi pergerakan nasional bersifat radikal antara lain: a. Timbulnya krisis ekonomi tahun 1921 yang merupakan dampak dari Perang Dunia I yakni terjadi hiperinflasi di negara negara Eropa. b. Pergantian kepala pemerintahan yang lebih bersifat reaksioner. Pada tahun 1921, terjadi pergantian pemerintahan di Hindia Belanda. Dirk Fock menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda menggantikan Van Limburg Stirum. Dirk Fock lebih reaksioner dengan membuat beberapa kebijakan yakni mempersulit hak untuk berserikat, memperkuat dinas intelejen Hindia Belanda, menerapkan pasal penyebaran kebencian, melakukan penghematan besar besaran yang menyebabkan banyak PHK. Adanya sifat radikal yang dilakukan menyebabkan pemerintah kolonial belanda melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap organisasi organisasi pergerakan nasional. 2. Strategi bersifat moderat dengan taktik kooperatif. Perjuangan yang dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda untuk menghindari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Upaya yang dilakukan dengan taktik kooperatif antara lain mengirimkan wakilnya ke Volksraad (dewan rakyat) tujuannya adalah dapat memperjuangkan kepentingan rakyat. Pergerakan moderat memiliki prinsip bahwa kemerdekaan ekonomi bagi kesejahteraan rakyat harus tercapai lebih dahulu. Adapun faktor yang mempengaruhi kelangan pergerakan bersifat moderat antara lain: a. Krisis ekonomi dunia tahun 1929 atau dikenal dengan nama Krisis Malaise b. Pembatasan berserikat yang dilakukan oleh belanda terhadap organisasi pegerakan nasional c. Banyak tokoh pegerakan nasional yang ditangkap oleh Belanda antara lain tokoh dari Partai Nasional Indonesia yaitu Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepridinata dan Maskun Sumadiredja. Dengan demikian, organisasi-organisasi masa pergerakan nasional memiliki strategi yang berbeda-beda karena adanya perbedaan situasi dan kondisi pada masa itu.