Soekarno menyatakan bahwa Pancasila bukanlah ide baru yang diciptakan, melainkan nilai-nilai yang telah lama ada dan dipraktikkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Nilai-nilai Pancasila ini tercermin dalam perilaku dan tradisi masyarakat Indonesia yang sudah ada sebelum kemerdekaan, bahkan sebelum masa penjajahan. Berikut adalah contoh perilaku dan tradisi yang mencerminkan sila-sila Pancasila:
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
- Perilaku dan Tradisi:
- Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia sudah memiliki kepercayaan kepada Tuhan atau kekuatan tertinggi. Masyarakat di berbagai suku sudah mengenal pemujaan terhadap dewa, roh leluhur, atau kekuatan alam yang mereka percayai sebagai perwujudan dari kekuatan ilahi.
- Tradisi ritual keagamaan, seperti upacara adat dan upacara persembahan kepada dewa atau leluhur, menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengakui adanya kekuatan spiritual yang Maha Kuasa.
- Penghormatan terhadap kebebasan beragama sudah ada sejak lama di mana berbagai suku, meskipun menganut kepercayaan yang berbeda, hidup berdampingan secara damai.
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
- Perilaku dan Tradisi:
- Tradisi gotong royong adalah salah satu contoh paling nyata dari pengamalan kemanusiaan yang adil dan beradab. Gotong royong menunjukkan rasa peduli terhadap sesama, saling membantu tanpa pamrih, dan memastikan bahwa semua orang diperlakukan dengan adil.
- Nilai kekeluargaan yang kuat di masyarakat Indonesia sejak dulu juga merupakan wujud dari kemanusiaan yang beradab. Hubungan antarsesama tidak hanya berdasarkan kepentingan pribadi tetapi juga saling menjaga martabat dan kehormatan sebagai manusia.
- Perilaku menghormati hak-hak orang lain dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat, di mana masyarakat diajarkan untuk menghargai orang tua, tetangga, dan sesama manusia secara adil.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
- Perilaku dan Tradisi:
- Persatuan dan kesatuan sudah menjadi bagian penting dalam masyarakat suku-suku di Indonesia, terutama ketika mereka dihadapkan dengan ancaman dari luar. Tradisi alliances atau persekutuan antar suku untuk melindungi tanah air mereka dari ancaman luar menunjukkan semangat persatuan.
- Tradisi kebangsaan juga telah ada di beberapa kerajaan besar di Nusantara, seperti Majapahit dan Sriwijaya, yang mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam wilayah yang sangat beragam.
- Pesta rakyat atau upacara bersama antar desa merupakan bentuk nyata dari persatuan dalam masyarakat tradisional yang menghargai kebersamaan dan kekompakan.
4. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
- Perilaku dan Tradisi:
- Nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal tradisi musyawarah dalam pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak. Setiap keputusan penting diambil melalui rapat desa atau musyawarah adat di mana pemimpin masyarakat mendengarkan pendapat dari para tetua dan masyarakat.
- Tradisi permufakatan dalam setiap pengambilan keputusan, seperti dalam penentuan hukum adat, menunjukkan penghormatan terhadap prinsip kerakyatan di mana keputusan diambil secara kolektif dan berdasarkan kebijaksanaan bersama.
- Pemimpin adat biasanya dipilih berdasarkan kemampuan, kearifan, dan pengalaman, bukan karena warisan atau kekuasaan mutlak, yang menunjukkan prinsip perwakilan dalam pengambilan keputusan.
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
- Perilaku dan Tradisi:
- Nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal nilai-nilai keadilan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah sistem gotong royong dalam pertanian atau pembangunan infrastruktur desa di mana semua warga, baik kaya maupun miskin, berpartisipasi secara adil.
- Dalam beberapa kebudayaan tradisional, ada pembagian hasil secara adil dalam kegiatan pertanian. Masyarakat saling membantu dan berbagi hasil panen untuk memastikan tidak ada yang kekurangan.
- Tradisi tolong-menolong antara warga desa, seperti membantu keluarga yang sedang kesulitan atau berbagi sumber daya secara adil, merupakan wujud nyata dari penerapan keadilan sosial di masyarakat tradisional.
Kesimpulan:
Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah lama hidup dan berkembang dalam tradisi nenek moyang bangsa Indonesia. Tradisi gotong royong, musyawarah, kebersamaan, penghormatan terhadap keyakinan spiritual, dan keadilan sosial semuanya merupakan cerminan dari lima sila Pancasila yang telah diwariskan secara turun-temurun. Oleh karena itu, Soekarno melihat bahwa Pancasila bukan sekadar ideologi baru, tetapi merupakan kearifan lokal dan nilai-nilai luhur yang sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia.