Sri R
25 Juli 2024 15:30
Iklan
Sri R
25 Juli 2024 15:30
Pertanyaan
Soal 3-3
Pada tanggal 31 Desember 1991, PT Selekta mempunyai data yang berhu- bungan dengan persediaan barang dagangan sebagai berikut:
Persediaan, 1 Januari
100 unit @ Rp40.000,00
Pembelian selama bulan Januari
300 unit
Rp42.000,00
Pembelian selama bulan Februari
500 unit
@ Rp44.000,00
Pembelian selama bulan April
900 unit
@Rp45.000,00
Pembelian selama bulan Juni
1.200 unit
@ Rp42.000,00
Pembelian selama bulan September
700 unit
@Rp46.000,00
Pembelian selama bulan November
400 unit
@ Rp49.000,00
Penjualan selama tahun 1991
3.600 unit
dengan total nilai penjualan
Rp273.600.000,00
Jumlah biaya operasi selama tahun 1993 adalah Rp89.500.000,00
Diminta:
1. Buatlah laporan rugi-laba, apabila perusahaan menggunakan metoda periodik:
a. FIFO (MPKP)
b. LIFO (MTKP)
c. Rata-rata tertimbang
2. Tentukan metoda mana yang menghasilkan laba bersih yang paling besar!
3. Tentukan metoda mana yang memberikan gambaran yang paling realistis untuk pelaporan di neraca! Jelaskan!
5
1
Iklan
Nanda R
Community
27 Juli 2024 08:54
Untuk membuat laporan rugi-laba dan menentukan metode mana yang memberikan gambaran yang paling realistis, kita perlu menghitung biaya persediaan dan laba kotor dengan menggunakan tiga metode: FIFO (First-In, First-Out), LIFO (Last-In, First-Out), dan Rata-rata Tertimbang. Berikut adalah langkah-langkahnya:
### 1. **Perhitungan Biaya Persediaan dan Laporan Rugi-Laba**
#### a. **FIFO (First-In, First-Out)**
**FIFO** menyatakan bahwa barang yang pertama kali dibeli adalah barang yang pertama kali dijual.
1. **Hitung Biaya Pokok Penjualan (HPP) menggunakan FIFO:**
**Persediaan Awal:**
- 100 unit @ Rp40.000 = Rp 4.000.000,00
**Pembelian:**
- Januari: 300 unit @ Rp42.000 = Rp 12.600.000,00
- Februari: 500 unit @ Rp44.000 = Rp 22.000.000,00
- April: 900 unit @ Rp45.000 = Rp 40.500.000,00
- Juni: 1.200 unit @ Rp42.000 = Rp 50.400.000,00
- September: 700 unit @ Rp46.000 = Rp 32.200.000,00
- November: 400 unit @ Rp49.000 = Rp 19.600.000,00
**Total Persediaan:**
\[
\text{Total Unit} = 100 + 300 + 500 + 900 + 1.200 + 700 + 400 = 4.100 \text{ unit}
\]
**Total Nilai Persediaan:**
\[
\text{Total Nilai} = Rp 4.000.000 + Rp 12.600.000 + Rp 22.000.000 + Rp 40.500.000 + Rp 50.400.000 + Rp 32.200.000 + Rp 19.600.000 = Rp 181.300.000,00
\]
**HPP dengan FIFO:**
- Penjualan: 3.600 unit
- Menggunakan urutan FIFO:
- 100 unit @ Rp40.000 = Rp 4.000.000,00
- 300 unit @ Rp42.000 = Rp 12.600.000,00
- 500 unit @ Rp44.000 = Rp 22.000.000,00
- 900 unit @ Rp45.000 = Rp 40.500.000,00
- 1.200 unit @ Rp42.000 = Rp 50.400.000,00
- Total HPP = Rp 4.000.000 + Rp 12.600.000 + Rp 22.000.000 + Rp 40.500.000 + Rp 50.400.000 = Rp 129.500.000,00
2. **Hitung Laba Kotor:**
- Penjualan: Rp273.600.000,00
- HPP (FIFO): Rp129.500.000,00
- **Laba Kotor** = Penjualan - HPP
\[
\text{Laba Kotor (FIFO)} = Rp 273.600.000,00 - Rp 129.500.000,00 = Rp 144.100.000,00
\]
- Biaya Operasi: Rp 89.500.000,00
- **Laba Bersih (FIFO):**
\[
\text{Laba Bersih (FIFO)} = Rp 144.100.000,00 - Rp 89.500.000,00 = Rp 54.600.000,00
\]
#### b. **LIFO (Last-In, First-Out)**
**LIFO** menyatakan bahwa barang yang terakhir kali dibeli adalah barang yang pertama kali dijual.
1. **Hitung HPP menggunakan LIFO:**
- Menggunakan urutan LIFO:
- 400 unit @ Rp49.000 = Rp 19.600.000,00
- 700 unit @ Rp46.000 = Rp 32.200.000,00
- 1.200 unit @ Rp42.000 = Rp 50.400.000,00
- 900 unit @ Rp45.000 = Rp 40.500.000,00
- 500 unit @ Rp44.000 = Rp 22.000.000,00
- Total HPP = Rp 19.600.000 + Rp 32.200.000 + Rp 50.400.000 + Rp 40.500.000 + Rp 22.000.000 = Rp 164.700.000,00
2. **Hitung Laba Kotor:**
- Penjualan: Rp273.600.000,00
- HPP (LIFO): Rp164.700.000,00
- **Laba Kotor (LIFO)** = Penjualan - HPP
\[
\text{Laba Kotor (LIFO)} = Rp 273.600.000,00 - Rp 164.700.000,00 = Rp 108.900.000,00
\]
- Biaya Operasi: Rp 89.500.000,00
- **Laba Bersih (LIFO):**
\[
\text{Laba Bersih (LIFO)} = Rp 108.900.000,00 - Rp 89.500.000,00 = Rp 19.400.000,00
\]
#### c. **Rata-rata Tertimbang**
**Metode Rata-rata Tertimbang** menghitung rata-rata tertimbang dari biaya per unit untuk menentukan HPP.
1. **Hitung Harga Rata-rata Tertimbang:**
- Total biaya pembelian:
\[
\text{Total Biaya} = Rp 12.600.000 + Rp 22.000.000 + Rp 40.500.000 + Rp 50.400.000 + Rp 32.200.000 + Rp 19.600.000 = Rp 181.300.000,00
\]
- Total unit pembelian:
\[
\text{Total Unit} = 300 + 500 + 900 + 1.200 + 700 + 400 = 4.100 \text{ unit}
\]
- **Harga Rata-rata Tertimbang per Unit:**
\[
\text{Harga Rata-rata} = \frac{\text{Total Biaya}}{\text{Total Unit}} = \frac{Rp 181.300.000,00}{4.100} = Rp 44.000,00 \text{ per unit}
\]
2. **Hitung HPP dengan Rata-rata Tertimbang:**
- Penjualan: 3.600 unit @ Rp44.000,00
- **HPP Rata-rata Tertimbang:**
\[
\text{HPP} = 3.600 \text{ unit} \times Rp 44.000,00 = Rp 158.400.000,00
\]
3. **Hitung Laba Kotor:**
- Penjualan: Rp273.600.000,00
- HPP (Rata-rata Tertimbang): Rp158.400.000,00
- **Laba Kotor (Rata-rata Tertimbang)** = Penjualan - HPP
\[
\text{Laba Kotor (Rata-rata Tertimbang)} = Rp 273.600.000,00 - Rp 158.400.000,00 = Rp 115.200.000,00
\]
- Biaya Operasi: Rp 89.500.000,00
- **Laba Bersih (Rata-rata Tertimbang):**
\[
\text{Laba Bersih (Rata-rata Tertimbang)} = Rp 115.200.000,00 - Rp 89.500.000,00 = Rp 25.700.000,00
\]
### 2. **Metode Mana yang Menghasilkan Laba Bersih Paling Besar**
Berdasarkan perhitungan di atas:
- Laba Bersih (FIFO): Rp54.600.000,00
- Laba Bersih (LIFO): Rp19.400.000,00
- Laba Bersih (Rata-rata Tertimbang): Rp25.700.000,00
**FIFO** menghasilkan laba bersih yang paling besar.
### 3. **Metode Mana yang Memberikan Gambaran Paling Realistis untuk Pelaporan di Neraca**
**FIFO** biasanya memberikan gambaran yang paling realistis dalam pelaporan neraca karena:
- **FIFO** mencerminkan nilai persediaan yang lebih mendekati harga pasar saat ini, karena barang-barang yang paling lama disimpan (yang biasanya lebih murah) sudah terjual, dan barang-barang yang lebih baru (yang biasanya lebih mahal) masih ada dalam persediaan.
**LIFO** sering kali menghasilkan nilai persediaan yang lebih rendah karena barang-barang terbaru (yang lebih mahal) telah dijual, sedangkan barang-barang lama (yang lebih murah) masih ada dalam persediaan. Ini bisa mengakibatkan nilai persediaUntuk membuat laporan rugi-laba dan menentukan metode mana yang memberikan gambaran yang paling realistis, kita perlu menghitung biaya persediaan dan laba kotor dengan menggunakan tiga metode: FIFO (First-In, First-Out), LIFO (Last-In, First-Out), dan Rata-rata Tertimbang. Berikut adalah langkah-langkahnya:
### 1. **Perhitungan Biaya Persediaan dan Laporan Rugi-Laba**
#### a. **FIFO (First-In, First-Out)**
**FIFO** menyatakan bahwa barang yang pertama kali dibeli adalah barang yang pertama kali dijual.
1. **Hitung Biaya Pokok Penjualan (HPP) menggunakan FIFO:**
**Persediaan Awal:**
- 100 unit @ Rp40.000 = Rp 4.000.000,00
**Pembelian:**
- Januari: 300 unit @ Rp42.000 = Rp 12.600.000,00
- Februari: 500 unit @ Rp44.000 = Rp 22.000.000,00
- April: 900 unit @ Rp45.000 = Rp 40.500.000,00
- Juni: 1.200 unit @ Rp42.000 = Rp 50.400.000,00
- September: 700 unit @ Rp46.000 = Rp 32.200.000,00
- November: 400 unit @ Rp49.000 = Rp 19.600.000,00
**Total Persediaan:**
\[
\text{Total Unit} = 100 + 300 + 500 + 900 + 1.200 + 700 + 400 = 4.100 \text{ unit}
\]
**Total Nilai Persediaan:**
\[
\text{Total Nilai} = Rp 4.000.000 + Rp 12.600.000 + Rp 22.000.000 + Rp 40.500.000 + Rp 50.400.000 + Rp 32.200.000 + Rp 19.600.000 = Rp 181.300.000,00
\]
**HPP dengan FIFO:**
- Penjualan: 3.600 unit
- Menggunakan urutan FIFO:
- 100 unit @ Rp40.000 = Rp 4.000.000,00
- 300 unit @ Rp42.000 = Rp 12.600.000,00
- 500 unit @ Rp44.000 = Rp 22.000.000,00
- 900 unit @ Rp45.000 = Rp 40.500.000,00
- 1.200 unit @ Rp42.000 = Rp 50.400.000,00
- Total HPP = Rp 4.000.000 + Rp 12.600.000 + Rp 22.000.000 + Rp 40.500.000 + Rp 50.400.000 = Rp 129.500.000,00
2. **Hitung Laba Kotor:**
- Penjualan: Rp273.600.000,00
- HPP (FIFO): Rp129.500.000,00
- **Laba Kotor** = Penjualan - HPP
\[
\text{Laba Kotor (FIFO)} = Rp 273.600.000,00 - Rp 129.500.000,00 = Rp 144.100.000,00
\]
- Biaya Operasi: Rp 89.500.000,00
- **Laba Bersih (FIFO):**
\[
\text{Laba Bersih (FIFO)} = Rp 144.100.000,00 - Rp 89.500.000,00 = Rp 54.600.000,00
\]
#### b. **LIFO (Last-In, First-Out)**
**LIFO** menyatakan bahwa barang yang terakhir kali dibeli adalah barang yang pertama kali dijual.
1. **Hitung HPP menggunakan LIFO:**
- Menggunakan urutan LIFO:
- 400 unit @ Rp49.000 = Rp 19.600.000,00
- 700 unit @ Rp46.000 = Rp 32.200.000,00
- 1.200 unit @ Rp42.000 = Rp 50.400.000,00
- 900 unit @ Rp45.000 = Rp 40.500.000,00
- 500 unit @ Rp44.000 = Rp 22.000.000,00
- Total HPP = Rp 19.600.000 + Rp 32.200.000 + Rp 50.400.000 + Rp 40.500.000 + Rp 22.000.000 = Rp 164.700.000,00
2. **Hitung Laba Kotor:**
- Penjualan: Rp273.600.000,00
- HPP (LIFO): Rp164.700.000,00
- **Laba Kotor (LIFO)** = Penjualan - HPP
\[
\text{Laba Kotor (LIFO)} = Rp 273.600.000,00 - Rp 164.700.000,00 = Rp 108.900.000,00
\]
- Biaya Operasi: Rp 89.500.000,00
- **Laba Bersih (LIFO):**
\[
\text{Laba Bersih (LIFO)} = Rp 108.900.000,00 - Rp 89.500.000,00 = Rp 19.400.000,00
\]
#### c. **Rata-rata Tertimbang**
**Metode Rata-rata Tertimbang** menghitung rata-rata tertimbang dari biaya per unit untuk menentukan HPP.
1. **Hitung Harga Rata-rata Tertimbang:**
- Total biaya pembelian:
\[
\text{Total Biaya} = Rp 12.600.000 + Rp 22.000.000 + Rp 40.500.000 + Rp 50.400.000 + Rp 32.200.000 + Rp 19.600.000 = Rp 181.300.000,00
\]
- Total unit pembelian:
\[
\text{Total Unit} = 300 + 500 + 900 + 1.200 + 700 + 400 = 4.100 \text{ unit}
\]
- **Harga Rata-rata Tertimbang per Unit:**
\[
\text{Harga Rata-rata} = \frac{\text{Total Biaya}}{\text{Total Unit}} = \frac{Rp 181.300.000,00}{4.100} = Rp 44.000,00 \text{ per unit}
\]
2. **Hitung HPP dengan Rata-rata Tertimbang:**
- Penjualan: 3.600 unit @ Rp44.000,00
- **HPP Rata-rata Tertimbang:**
\[
\text{HPP} = 3.600 \text{ unit} \times Rp 44.000,00 = Rp 158.400.000,00
\]
3. **Hitung Laba Kotor:**
- Penjualan: Rp273.600.000,00
- HPP (Rata-rata Tertimbang): Rp158.400.000,00
- **Laba Kotor (Rata-rata Tertimbang)** = Penjualan - HPP
\[
\text{Laba Kotor (Rata-rata Tertimbang)} = Rp 273.600.000,00 - Rp 158.400.000,00 = Rp 115.200.000,00
\]
- Biaya Operasi: Rp 89.500.000,00
- **Laba Bersih (Rata-rata Tertimbang):**
\[
\text{Laba Bersih (Rata-rata Tertimbang)} = Rp 115.200.000,00 - Rp 89.500.000,00 = Rp 25.700.000,00
\]
### 2. **Metode Mana yang Menghasilkan Laba Bersih Paling Besar**
Berdasarkan perhitungan di atas:
- Laba Bersih (FIFO): Rp54.600.000,00
- Laba Bersih (LIFO): Rp19.400.000,00
- Laba Bersih (Rata-rata Tertimbang): Rp25.700.000,00
**FIFO** menghasilkan laba bersih yang paling besar.
### 3. **Metode Mana yang Memberikan Gambaran Paling Realistis untuk Pelaporan di Neraca**
**FIFO** biasanya memberikan gambaran yang paling realistis dalam pelaporan neraca karena:
- **FIFO** mencerminkan nilai persediaan yang lebih mendekati harga pasar saat ini, karena barang-barang yang paling lama disimpan (yang biasanya lebih murah) sudah terjual, dan barang-barang yang lebih baru (yang biasanya lebih mahal) masih ada dalam persediaan.
**LIFO** sering kali menghasilkan nilai persediaan yang lebih rendah karena barang-barang terbaru (yang lebih mahal) telah dijual, sedangkan barang-barang lama (yang lebih murah) masih ada dalam persediaan. Ini bisa mengakibatkan nilai persedia
· 0.0 (0)
Iklan
Tanya ke Forum
Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu
LATIHAN SOAL GRATIS!
Drill Soal
Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian
Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!