Zahara Z

21 November 2022 14:18

Iklan

Zahara Z

21 November 2022 14:18

Pertanyaan

Siswa SMA kelas X mendapat tugas penelitian tentang persetujuan orang tua siswa terkait pelaksanaan pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan nomor ganjil dan genap urutan daftar hadir kelas tersebut. Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda-beda. Kelompok pertama bertugas mengumpulkan data dari orang tua siswa kelas X. Kelompok kedua mendapatkan tugas untuk mengumpulkan data dari orang tua siswa kelas XI. Adapun kelompok ketiga bertugas mengumpulkan data dari orang tua siswa kelas XII. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik angket. Dari populasi yang ada, diambil sampel 10%. Hasil pengolahan data menunjukkan 70% responden menjawab setuju. 25% responden menjawab tidak setuju, dan 5% responden tidak menjawab. 1. Berdasarkan contoh kasus tersebut, apakah pengambilan sampel sebanyak 10% dari populasi memiliki validitas? Jelaskan.

Siswa SMA kelas X mendapat tugas penelitian tentang persetujuan orang tua siswa terkait pelaksanaan pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan nomor ganjil dan genap urutan daftar hadir kelas tersebut. Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda-beda. Kelompok pertama bertugas mengumpulkan data dari orang tua siswa kelas X. Kelompok kedua mendapatkan tugas untuk mengumpulkan data dari orang tua siswa kelas XI. Adapun kelompok ketiga bertugas mengumpulkan data dari orang tua siswa kelas XII. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik angket. Dari populasi yang ada, diambil sampel 10%. Hasil pengolahan data menunjukkan 70% responden menjawab setuju. 25% responden menjawab tidak setuju, dan 5% responden tidak menjawab.

1. Berdasarkan contoh kasus tersebut, apakah pengambilan sampel sebanyak 10% dari populasi memiliki validitas? Jelaskan.

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

09

:

22

:

49

Klaim

259

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

A. Jeremy

09 Juni 2023 03:41

Jawaban terverifikasi

<p>Dalam kasus ini, pengambilan sampel sebanyak 10% dari populasi tidak dapat dikatakan memiliki validitas secara langsung. Validitas suatu sampel tergantung pada sejumlah faktor, termasuk ukuran populasi yang ada, cara pengambilan sampel, dan representativitas sampel terhadap populasi secara keseluruhan.</p><p>Pada contoh ini, tidak disebutkan ukuran populasi secara spesifik. Namun, jika kita asumsikan populasi siswa SMA kelas X, XI, dan XII adalah jumlah total siswa di kelas tersebut, maka pengambilan sampel sebanyak 10% dari populasi tersebut mungkin tidak cukup untuk mewakili seluruh populasi dengan akurasi yang tinggi.</p><p>Selain itu, pengambilan sampel dalam contoh tersebut tidak menggunakan metode yang secara acak memilih responden. Sampel diambil berdasarkan pembagian kelas menjadi tiga kelompok berdasarkan nomor ganjil dan genap urutan daftar hadir. Hal ini dapat memperkenalkan bias dalam sampel, terutama jika karakteristik atau pendapat orang tua siswa berkaitan dengan nomor urutan daftar hadir.</p><p>Untuk memastikan validitas pengambilan sampel, lebih baik menggunakan metode pengambilan sampel yang acak, seperti random sampling, untuk memastikan setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Selain itu, ukuran sampel yang lebih besar juga akan meningkatkan validitas sampel dan akurasi hasil penelitian.</p><p>Sehingga, berdasarkan contoh kasus yang diberikan, pengambilan sampel sebanyak 10% dari populasi tidak dapat dikatakan memiliki validitas yang kuat.</p>

Dalam kasus ini, pengambilan sampel sebanyak 10% dari populasi tidak dapat dikatakan memiliki validitas secara langsung. Validitas suatu sampel tergantung pada sejumlah faktor, termasuk ukuran populasi yang ada, cara pengambilan sampel, dan representativitas sampel terhadap populasi secara keseluruhan.

Pada contoh ini, tidak disebutkan ukuran populasi secara spesifik. Namun, jika kita asumsikan populasi siswa SMA kelas X, XI, dan XII adalah jumlah total siswa di kelas tersebut, maka pengambilan sampel sebanyak 10% dari populasi tersebut mungkin tidak cukup untuk mewakili seluruh populasi dengan akurasi yang tinggi.

Selain itu, pengambilan sampel dalam contoh tersebut tidak menggunakan metode yang secara acak memilih responden. Sampel diambil berdasarkan pembagian kelas menjadi tiga kelompok berdasarkan nomor ganjil dan genap urutan daftar hadir. Hal ini dapat memperkenalkan bias dalam sampel, terutama jika karakteristik atau pendapat orang tua siswa berkaitan dengan nomor urutan daftar hadir.

Untuk memastikan validitas pengambilan sampel, lebih baik menggunakan metode pengambilan sampel yang acak, seperti random sampling, untuk memastikan setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Selain itu, ukuran sampel yang lebih besar juga akan meningkatkan validitas sampel dan akurasi hasil penelitian.

Sehingga, berdasarkan contoh kasus yang diberikan, pengambilan sampel sebanyak 10% dari populasi tidak dapat dikatakan memiliki validitas yang kuat.


Iklan

A. Jeremy

07 Agustus 2023 07:02

<p>Pengambilan sampel sebanyak 10% dari populasi untuk penelitian dapat dianggap valid jika dilakukan dengan benar dan memenuhi kriteria yang sesuai. Validitas sampel bergantung pada beberapa faktor, antara lain:</p><p>1. Representatif: Sampel harus mencerminkan secara proporsional karakteristik populasi yang dituju. Artinya, sampel harus mencakup variasi dari setiap kelompok yang ingin diwakili dalam populasi. Dalam contoh kasus ini, jika pengambilan sampel 10% dilakukan dengan memastikan kelompok yang diwakili dalam populasi (kelas X, kelas XI, dan kelas XII) diambil secara acak dan proporsional, maka validitas sampel dapat terpenuhi.</p><p>2. Ukuran Sampel yang Cukup: Ukuran sampel harus mencukupi untuk menghasilkan tingkat kesalahan (margin of error) yang dapat diterima secara statistik. Semakin besar ukuran sampel, semakin representatif dan akurat hasilnya. Jika dalam contoh kasus ini, ukuran sampel dari masing-masing kelompok (kelas X, kelas XI, dan kelas XII) telah dipilih dengan benar untuk mencapai tingkat kesalahan yang dapat diterima, maka validitas sampel dapat terpenuhi.</p><p>3. Metode Pengambilan Sampel: Pengambilan sampel harus menggunakan metode yang sesuai dan acak, seperti random sampling atau stratified random sampling. Jika dalam contoh kasus ini, pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak dan proporsional untuk setiap kelompok, maka validitas sampel dapat terpenuhi.</p><p>4. Tingkat Respons: Jumlah responden yang memberikan jawaban dalam sampel juga harus memadai. Jika tingkat respons yang mencapai 100% atau mendekati 100%, maka validitas sampel menjadi lebih kuat karena hasilnya mencerminkan sikap mayoritas populasi. Dalam contoh kasus ini, meskipun ada 5% responden yang tidak menjawab, namun jika tingkat respons masih tinggi dan mencerminkan kecenderungan mayoritas orang tua siswa, validitas sampel tetap bisa dianggap memadai.</p><p>Jika semua faktor di atas telah dipertimbangkan dan dijalankan dengan benar dalam pengambilan sampel, maka validitas sampel 10% dari populasi dalam contoh kasus tersebut dapat dianggap baik. Namun, untuk penelitian yang lebih akurat, ukuran sampel yang lebih besar mungkin diperlukan, terutama jika ingin membuat generalisasi yang lebih luas terhadap populasi yang lebih besar.</p>

Pengambilan sampel sebanyak 10% dari populasi untuk penelitian dapat dianggap valid jika dilakukan dengan benar dan memenuhi kriteria yang sesuai. Validitas sampel bergantung pada beberapa faktor, antara lain:

1. Representatif: Sampel harus mencerminkan secara proporsional karakteristik populasi yang dituju. Artinya, sampel harus mencakup variasi dari setiap kelompok yang ingin diwakili dalam populasi. Dalam contoh kasus ini, jika pengambilan sampel 10% dilakukan dengan memastikan kelompok yang diwakili dalam populasi (kelas X, kelas XI, dan kelas XII) diambil secara acak dan proporsional, maka validitas sampel dapat terpenuhi.

2. Ukuran Sampel yang Cukup: Ukuran sampel harus mencukupi untuk menghasilkan tingkat kesalahan (margin of error) yang dapat diterima secara statistik. Semakin besar ukuran sampel, semakin representatif dan akurat hasilnya. Jika dalam contoh kasus ini, ukuran sampel dari masing-masing kelompok (kelas X, kelas XI, dan kelas XII) telah dipilih dengan benar untuk mencapai tingkat kesalahan yang dapat diterima, maka validitas sampel dapat terpenuhi.

3. Metode Pengambilan Sampel: Pengambilan sampel harus menggunakan metode yang sesuai dan acak, seperti random sampling atau stratified random sampling. Jika dalam contoh kasus ini, pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak dan proporsional untuk setiap kelompok, maka validitas sampel dapat terpenuhi.

4. Tingkat Respons: Jumlah responden yang memberikan jawaban dalam sampel juga harus memadai. Jika tingkat respons yang mencapai 100% atau mendekati 100%, maka validitas sampel menjadi lebih kuat karena hasilnya mencerminkan sikap mayoritas populasi. Dalam contoh kasus ini, meskipun ada 5% responden yang tidak menjawab, namun jika tingkat respons masih tinggi dan mencerminkan kecenderungan mayoritas orang tua siswa, validitas sampel tetap bisa dianggap memadai.

Jika semua faktor di atas telah dipertimbangkan dan dijalankan dengan benar dalam pengambilan sampel, maka validitas sampel 10% dari populasi dalam contoh kasus tersebut dapat dianggap baik. Namun, untuk penelitian yang lebih akurat, ukuran sampel yang lebih besar mungkin diperlukan, terutama jika ingin membuat generalisasi yang lebih luas terhadap populasi yang lebih besar.


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Identifikasikan lima dampak positif konflik sosial!

173

0.0

Jawaban terverifikasi