I K

30 September 2025 13:30

Iklan

I K

30 September 2025 13:30

Pertanyaan

saya mau tanya tentang osmosis lebih tepatnya pada kasus isotonis nah pada kasus tsb air kan seimbang ya antara keluar dan masuk apakah air tsb terus menerus masuk dan keluar atau hanya sekali saja jadi 1 arah gituu enggak bolak balik ??

saya mau tanya tentang osmosis lebih tepatnya pada kasus isotonis nah pada kasus tsb air kan seimbang ya antara keluar dan masuk apakah air tsb terus menerus masuk dan keluar atau hanya sekali saja jadi 1 arah gituu enggak bolak balik ?? 

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

10

:

58

:

54

Klaim

8

1


Iklan

Roudhotul B

05 Oktober 2025 13:13

<p>izin jawab ya Jadi pada kasus isotonis, air tetap bergerak masuk dan keluar secara terus-menerus. bukan sekali aja atau hanya searah aja. Meskipun jumlah air yang masuk dan keluar seimbang, setiap molekul air tidak berhenti bergerak dan akan mengalami perpindahan melewati membran.</p><p>&nbsp;Maaf kalo kurang tepatπŸ™</p>

izin jawab ya Jadi pada kasus isotonis, air tetap bergerak masuk dan keluar secara terus-menerus. bukan sekali aja atau hanya searah aja. Meskipun jumlah air yang masuk dan keluar seimbang, setiap molekul air tidak berhenti bergerak dan akan mengalami perpindahan melewati membran.

 Maaf kalo kurang tepatπŸ™


I K

05 Oktober 2025 14:56

terimakasih kak

Iklan

Mau jawaban yang terverifikasi?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Bacalah cerita inspiratif berikut dengan saksama. Bocah Es Krim Pada suatu siang yang panas, seorang bocah laki-laki berlari riang di taman kota. Di tangannya, tergenggam selembar uang Rp20.000. "Es krim besar! Es krim besar!" serunya riang sambil terus berlari ke arah gerobak penjual es krim. Dia terus berseru-seru sebelum berhenti karena melihat seorang kakek di pojok taman. Kakek peminta minta itu terduduk di bawah pohon. Bajunya lusuh dan tampak lemas. Si bocah sempat tertegun. Beberapa detik kemudian, ia terus berjalan ke arah penjual es krim. Namun, pandangannya tetap ke arah si kakek. "Beli apa, Dik?" sapa si penjual es krim ramah, agak mengejutkan si bocah. "Oh, ya," si bocah tersadar, "es krim besarnya satu." "Uangnya bawa? Harganya Rp20.000, ya, Dik," sahut si penjual es. Si bocah mengangkat selembar uangnya. "Ya, aku bawa. lni ... " si bocah baru akan memberikan uangnya. Namun, matanya kembali terpaku ke arah kakek. Ia pun menarik kembali uangnya dan bertanya, "Kalau es krim yang kecil saja berapa?" "Yang kecil Rp10.000." Si bocah berpikir sejenak. "Kalau begitu, aku mau yang kecil saja. Berarti kembali Rp10.000, 'kan, ya?" "lya, benar. Jadi benar yang kecil saja?" tanya si penjual es krim. "Ya," sa hut si bocah yak in sambil menyerahkan uangnya. Si penjual pun memberikan es krim kecil dan uang kembaliannya. Si bocah langsung berlari ke arah si kakek dan memberikan uang kembalian yang Rp10.000. "Kakek, ini untuk Kakek," seru si bocah tulus. Si kakek sempat terpaku, tetapi akhirnya menerima uang itu sambil menitikkan air mata. "Terima kasih, Cu ... " katanya dengan suara bergetar, " ... terima kasih." "Sama-sama, Kek," si bocah pun berlalu sambil menikmati es krim kecilnya. Ia memang tidak mendapat es krim besar, tetapi ia mendapat pahala yang sangat besar karena ketulusan dan kepeduliannya . (Karya Haqi K.) Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan teks "Bocah Es Krim " dengan singkat dan jelas. 2. Apa yang bocah tersebut katakan dengan riang sambil berlari ke arah gerobak penjual es krim?

2

0.0

Jawaban terverifikasi

Teks 1 Salah Kelas Pagi itu, Joni nampak bahagia sekali. Di meja makan, ibunya bertanya kepada Joni. "Jon, Ibu perhatikan dari tadi kamu senyum-senyum sendiri?" "Anu, Bu, semalam ibu wali kelas membagikan jadwal tatap muka terbatas. Senang rasanya karena besok aku bisa bertemu teman-teman. Belajar daring di rumah membosankan, Bu. Apalagi kalau zoom meeting Matematika." "Memangnya kenapa kalau Matematika, Jon?" Ibu bertanya kembali. "Gurunya galak, Bu, materinya juga susah, wong diajarkan di kelas saja masih susah pahamnya, apalagi daring," jawab Joni. "Oh, begitu," Ibu menimpali. "Ya sudah, Bu. Joni pamit, ya." Joni langsung pergi sambil mencium tangan ibunya. Sekolah sudah nampak ramai. Joni berjalan sambil sesekali melihat jadwal mapel yang dibagikan wali kelasnya. Lalu, dia segera masuk kelas dan ternyata sudah ada guru di dalam kelas. "Selamat pagi, Pak. Maaf, saya terlambat." "Selamat pagi juga, Nak, silakan duduk," sahut Pak Guru. Joni langsung mencari kursi dan duduk tanpa melihat kanan kiri. Saat mengeluarkan buku catatan, Joni mengedarkan pandangannya dan langsung kaget. Semua seperti asing. Dia seperti tidak mengenali teman sekelasnya, apalagi semuanya memakai masker. Dia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa mereka adalah teman kelasnya. Tidak berapa lama, Joni kaget ketika melihat ke papan tulis Pak Guru sedang menjelaskan soal Matematika, padahal seingatnya jadwal pagi itu adalah Bahasa Indonesia. "Astaga, ini kan kelasku satu tahun yang lalu, ini kan kelas satu. Sekarang kan aku sudah naik kelas dua." Keringat dingin keluar di wajah Joni, lalu dia memberanikan diri menemui Pak Guru. "Maaf, Pak, karena sudah satu tahun daring, saya lupa kalau sekarang saya sudah kelas dua. Saya salah masuk kelas, Pak." Semua peserta didik pun tertawa. Dengan wajah malu, Joni keluar kelas. Teks 2 PKH Pada suatu hari, dua orang ibu rumah tangga sedang berbincang-bincang di depan rumah. Mereka sedang asyik membahas tentang bantuan pemerintah yang dinamakan PKH. Bu Tuti : Mar, aku semakin heran dengan pemerintah sekarang. Bu Marni Loh, kenapa, Bu? Ada masalah? (penasaran) Bu Tuti : Ya jelas ada. Kalau enggak ada, buat apa saya repot-repot membahas masalah ini? Bu Marni: Oalah, Bu, sempat-sempatnya memikirkan pemerintah, memangnya pemerintah memikirkan nasib kita? Bu Tuti : Jangan salah. Tuh, lihat tetangga sebelah kita. Dia dapat bantuan dari pemerintah. Setiap bulan, dia rutin mengambil sembako di warung dekat balai desa sana. Bu Marni Masa? Enggak salah, sampeyan, Bu? Dia, kan, lumayan mampu. Lihat saja, kulkas ada, mesin cuci punya, motor dua, kalau pergi perhiasannya selalu menempel di tangannya. Benar enggak salah, Bu? (sedikit tidak percaya) Bu Tuti : Nah, itu yang membuat saya bingung. Kenapa dia dapat bantuan? Padahal, kalau dipikir, dia tergolong keluarga mampu. Coba kita bandingkan dengan tetangga kita yang lain. Ada yang jauh lebih berhak mendapatkan bantuan itu sebenarnya. Bu Marni : Iya betul Bu. Ngomong-ngomong, bantuan apa yang bisa dia dapat, Bu? Bu Tuti Bu Marni: Masa kamu enggak tahu? Itu, loh, bantuan PKH. Oh, yang rumahnya ditempeli stiker "Keluarga Miskin" itu, to? Bu Tuti Nah, itu kamu tahu, Mar. (mengacungkan jempol kepada Bu Marni) Bu Marni Bu Tuti Ya tahu lah, Bu. Apa, sih, yang tidak saya ketahui? Mar, PKH itu apa, to? (penasaran) Bu Marni Program Keluarga Harapan. Bu Tuti : Harapan apa? Bu Marni Harapan biar dikasih sembako tiap bulan, ha...ha...ha... Bu Tuti : Ngawur kamu, Mar. Tulislah persamaan dan perbedaan kedua teks tersebut

21

3.7

Jawaban terverifikasi

Iklan

bacalah teks drama berikut ini. Konflik 3 Sahabat Di sebuah SMP, ada kelompok sahabat yang telah menjalin pertemanan sejak duduk di bangku SD. Kelompok itu bernama 3IG dan beranggotakan lntan, lndah, dan Irma. Kelompok itu belum pernah bertengkar sampai suatu peristiwa terjadi. lnilah ceritanya. Pada suatu pagi kelompok 3IG masuk ke kelas bersama sambil mengobrol. Karena terlalu asyik mengobrol, lntan tidak menyadari bahwa dompetnya terjatuh. Dua temannya yang laki-laki, yakni Ivan dan lrwan memungutnya. Ivan dan lrwan berniat menjahili anggota 3IG itu. Ivan : Eh, Wan, gimana kalau kita masukkan dompetnya si lntan ke dalam tasnya Irma? lrwan : Kalau ketahuan gimana? Ivan : Ya, kita cari waktu yang tepat. lrwan : (mengacungkan jempol sambil cekikikan) Kesempatan yang ditunggu - tunggu oleh Ivan dan lrwan datang. Pada saat itu lntan dan lndah sedang dipanggil oleh bapak guru, sedangkan Irma sedang ke kamar mandi. lrwan : Van, sekarang! (sambil memberi kode aman kepada Ivan) Ivan : Oke! (memasukkan dompet lntan ke tas Irma) Irma kembali ke kelas. Ia melihat tas lntan jatuh, lalu mengambil dan meletakkannya kembali ke meja. Beberapa saat kemudian, lntan dan lndah datang. Mereka duduk di tempat masing-masing dan belajar. Kemudian bel jam istirahat siang berbunyi. lndah : Akhirnya, istirahat juga! Irma : lya, akhirnya . .. eh, kita ke kantin yuk! Intan : (mencari-cari sesuatu) Indah : Kenapa, Tan? Intan : Kok, dompetku enggak ada, ya? Irma : Keselip mungkin? Atau ketinggalan di rumah? Intan : Enggak, kok. Aku ingat tadi udah kumasukkin ke tas. Ivan dan lrwan mendengar percakapan mereka bertiga. Kemudian, mereka berdua berjalan melewati meja Irma dan menjatuhkan tas Irma dengan sengaja sehingga isinya keluar. Dompet lntan juga ada di antara isi tas itu. lntan : lh, ini kan dompet aku. Kok, ada di tas kamu? lndah : lya, benar. lni kan dompetnya si lntan? Irma : Aku juga enggak tahu. lntan : Kok bisa enggak tahu? Irma : Beneran. Aku enggak tahu apa-apa. Ivan : Tadi, aku lihat Irma megang tas lntan pas kamu lagi enggak di kelas. lrwan : lya, aku juga lihat. Irma : Tadi tas kamu jatuh, Tan. Jadi, Aku ambil dan taruh di atas meja. Intan : Ya udah kalau gitu. Sini, dompetnya. Semoga enggak ada yang hilang. Yuk, Ndah, kita ke kantin berdua aja. (sambil meraih tangan lndah dan meninggalkan Irma) lndah : Yuk! lntan dan lndah tidak lagi berbicara kepada Irma. Sementara itu, Ivan dan lrwan merasa bersalah. Irwan : Eh, Van. Aku ngerasa bersalah nih sekarang. Ivan : lya . Sama. Irwan : Kayaknya, kita udah keterlaluan, deh, sama mereka. Ivan : Kalau gitu, nanti kita ngaku ke mereka, yuk, pas pulang sekolah. lrwan : Oke! Bel pulang sekolah berbunyi. Ivan dan lrwan bergegas menghampiri lntan dan lndah. Kemudian, mereka juga memanggil Irma untuk berkumpul. lndah : Ada apa, sih, Van, Wan? lntan : lya, ada apa, sih? Aku sama lndah udah mau pulang, tahu. Irwan : lya, sebentar. Kita mau ngomong sesuatu sama kalian. (memberi kode ke Ivan agar Ivan yang mengatakannya) Ivan : Sebenarnya, begini. Tadi pagi dompetnya lntan jatuh. Terus, kita ambil. Nah, pas kalian bertiga enggak ada di kelas, kita masukin dompet kamu ke tas Irma. Jadi, sebenarnya Irma bukan yang ngambil dompet kamu. Lrwan : Emm, tadi itu kita cuma bercanda. Kita mau ngejailin kalian aja. Intan : Ivan! lrwan! Gara-gara kalian, aku jadi nuduh Irma. Indah : Kalian jahat banget, sih! Irwan : lya, kita minta maaf. Irma : Ya udah, tapi jangan diulangi lagi! Ivan dan lrwan : Siap! Kalau begitu, kita pulang dulu, ya! (berjalan meninggalkan mereka bertiga) lntan : Irma, Aku minta maaf karena udah nuduh kamu .... Irma : lya, enggak apa-apa. Aku maafin, kok. (tersenyum) Indah : Berarti kita tetap bersahabat dong? Irma : Pastinya. Karena kita 3IG. lntan : Three! Indah : Incredible! Irma : Girl! Akhirnya, mereka bersatu kembali sebagai sahabat. Pertanyaan: Cocokkanlah pernyataan di bawah ini dengan unsur yang telah disediakan. Pilihan jawaban: a. Latar waktu f. Alur b. Protagonis g. Antagonis c. Latar suasana h. Dialog d. Tokoh i. Amanat e. Latar tempat j. Tema 1. Irma memiliki sifat pemaaf. (....)

8

0.0

Jawaban terverifikasi

Bacalah cerita inspiratif berikut dengan saksama. Bocah Es Krim Pada suatu siang yang panas, seorang bocah laki-laki berlari riang di taman kota. Di tangannya, tergenggam selembar uang Rp20.000. "Es krim besar! Es krim besar!" serunya riang sambil terus berlari ke arah gerobak penjual es krim. Dia terus berseru-seru sebelum berhenti karena melihat seorang kakek di pojok taman. Kakek peminta minta itu terduduk di bawah pohon. Bajunya lusuh dan tampak lemas. Si bocah sempat tertegun. Beberapa detik kemudian, ia terus berjalan ke arah penjual es krim. Namun, pandangannya tetap ke arah si kakek. "Beli apa, Dik?" sapa si penjual es krim ramah, agak mengejutkan si bocah. "Oh, ya," si bocah tersadar, "es krim besarnya satu." "Uangnya bawa? Harganya Rp20.000, ya, Dik," sahut si penjual es. Si bocah mengangkat selembar uangnya. "Ya, aku bawa. lni ... " si bocah baru akan memberikan uangnya. Namun, matanya kembali terpaku ke arah kakek. Ia pun menarik kembali uangnya dan bertanya, "Kalau es krim yang kecil saja berapa?" "Yang kecil Rp10.000." Si bocah berpikir sejenak. "Kalau begitu, aku mau yang kecil saja. Berarti kembali Rp10.000, 'kan, ya?" "lya, benar. Jadi benar yang kecil saja?" tanya si penjual es krim. "Ya," sa hut si bocah yak in sambil menyerahkan uangnya. Si penjual pun memberikan es krim kecil dan uang kembaliannya. Si bocah langsung berlari ke arah si kakek dan memberikan uang kembalian yang Rp10.000. "Kakek, ini untuk Kakek," seru si bocah tulus. Si kakek sempat terpaku, tetapi akhirnya menerima uang itu sambil menitikkan air mata. "Terima kasih, Cu ... " katanya dengan suara bergetar, " ... terima kasih." "Sama-sama, Kek," si bocah pun berlalu sambil menikmati es krim kecilnya. Ia memang tidak mendapat es krim besar, tetapi ia mendapat pahala yang sangat besar karena ketulusan dan kepeduliannya . (Karya Haqi K.) Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan teks "Bocah Es Krim " dengan singkat dan jelas. 1. Apa rencana awal bocah tersebut dengan uang Rp20.000-nya?

3

0.0

Jawaban terverifikasi

Bacalah cerita inspiratif berikut dengan saksama. Bocah Es Krim Pada suatu siang yang panas, seorang bocah laki-laki berlari riang di taman kota. Di tangannya, tergenggam selembar uang Rp20.000. "Es krim besar! Es krim besar!" serunya riang sambil terus berlari ke arah gerobak penjual es krim. Dia terus berseru-seru sebelum berhenti karena melihat seorang kakek di pojok taman. Kakek peminta minta itu terduduk di bawah pohon. Bajunya lusuh dan tampak lemas. Si bocah sempat tertegun. Beberapa detik kemudian, ia terus berjalan ke arah penjual es krim. Namun, pandangannya tetap ke arah si kakek. "Beli apa, Dik?" sapa si penjual es krim ramah, agak mengejutkan si bocah. "Oh, ya," si bocah tersadar, "es krim besarnya satu." "Uangnya bawa? Harganya Rp20.000, ya, Dik," sahut si penjual es. Si bocah mengangkat selembar uangnya. "Ya, aku bawa. lni ... " si bocah baru akan memberikan uangnya. Namun, matanya kembali terpaku ke arah kakek. Ia pun menarik kembali uangnya dan bertanya, "Kalau es krim yang kecil saja berapa?" "Yang kecil Rp10.000." Si bocah berpikir sejenak. "Kalau begitu, aku mau yang kecil saja. Berarti kembali Rp10.000, 'kan, ya?" "lya, benar. Jadi benar yang kecil saja?" tanya si penjual es krim. "Ya," sa hut si bocah yak in sambil menyerahkan uangnya. Si penjual pun memberikan es krim kecil dan uang kembaliannya. Si bocah langsung berlari ke arah si kakek dan memberikan uang kembalian yang Rp10.000. "Kakek, ini untuk Kakek," seru si bocah tulus. Si kakek sempat terpaku, tetapi akhirnya menerima uang itu sambil menitikkan air mata. "Terima kasih, Cu ... " katanya dengan suara bergetar, " ... terima kasih." "Sama-sama, Kek," si bocah pun berlalu sambil menikmati es krim kecilnya. Ia memang tidak mendapat es krim besar, tetapi ia mendapat pahala yang sangat besar karena ketulusan dan kepeduliannya . (Karya Haqi K.) Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan teks "Bocah Es Krim " dengan singkat dan jelas. 6. Tentukan amanat yang terkandung dalam teks tersebut.

1

0.0

Jawaban terverifikasi