R N

23 Januari 2022 15:09

Iklan

R N

23 Januari 2022 15:09

Pertanyaan

Sampan Pak Salim Angin laut bertiup sendu, menyampaikan pesan alam bagi mereka para penghuni pesisir Pulau Pekasih bahwa air sudah mulai pasang. Beberapa nelayan telah menurunkan kendaraan mereka, siap sedia bersama semua jaring dan jala, menjadi senjata utama untuk menangkap hasil alam yang berkeliaran di bawah kedalaman birunya lautan. Di sana, seorang kakek tua paruh enam puluhan sedang mengulur sampannya dengan tergesa-gesa. Kakek itu sendiri adalah salah satu pelaut di kampung kecil itu. Kampung nelayan khas masyarakat Melayu yang terpencil di daerah kepulauan Batam. Ia merupakan salah satu dari beberapa bag ian kecil rakyat yang masih menumpang hid up dari alam untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Mayoritas penduduk di kepu lauan itu mengandalkan hasil laut untuk bertahan hidup. Lahan pertanian atau perkebunan tidak dimiliki semua orang. Tanah-tanah sudah diatasnamakan pemilik yang sah. Bagi mereka, menumbuhkan sebatang pohon kelapa di tanah yang tidak legal sama dengan pengg unaan infrastruktur yang melanggar hukum. Mereka tidak memiliki tanah warisan dan tidak mempunyai ijazah memadai. Hanya lautlah tempat terakhir mereka berta rung mengais rezeki. Pak Salim sendiri sudah enam puluh tahun sekian tinggal di kampung itu. Ia lahir di keluarga miskin. lstri nya juga berasal dari keluarga miskin. Suami istri itu tidak sekolah ka rena memang kemampuan ekonomi dan kapabil itas pada zamannya tidak memberi mereka pel uang untuk itu. Akan tetapi, mereka bersyukur karena setida knya bisa meng hidupi anak-anaknya dengan pendidikan sekolah formal. Keenam anaknya bersekolah dari jenjang terenda h hingga jenjang atas, yaitu SD, SMP, dan SMA. Anak-anak mereka memang tidak menjadi Sarjana, tetapi bukan berarti mereka tidak beru ntu ng. Bagi Pak Salim yang sudah tua, telah menyelesaikan tugas dengan memberi pendidikan bagi anak-anaknya merupakan keberu ntungan besar tersendiri. Hal itu bisa di lakukan bukan menganda lkan hasil kebun mel impah atau gaji bulanan yang sangat besar, melainkan menganda lkan satu-satunya keahlian ya ng dia miliki di dunia ini, yaitu melaut. Hasil laut memberinya kehidupan. Tidak banyak, tetapi cukup membuat mereka bisa hidup sampai sekarang. Mungkin, banyak ya ng akan menggelengkan kepala dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin seorang nelayan miskin yang hanya melaut menggunakan sampan lapuk dan jala yang tidak lebih Iebar dari setengah lapangan voli itu bisa memberikan kehidupan layak, makanan, pakaian, pendidikan, dan kehormatan bagi anak-anaknya? "Aku ini miskin. Manakah mungkin bisa menyekolahkan anak-ana kku seperti orangorang berada, dengan jumlah sebanyak itu? Oleh karena itu, kuaja rkan mereka untuk hidup keras dan tawakal. Karena miskin, mereka harus belajar untuk berjuang” jelas Pak Salim. Pak Salim pergi keIaut setiap hari. Dia mencari dan mencari, terus tanpa henti, bergumul dengan gelombang panjang yang tidak kenai Ieiah. Dia bertarung dengan alam demi mendapatkan penghasilan setiap harinya. Dari situ Pak Salim memperlihatkan pada anakana knya, bahwasa nya manusia miskin seperti mereka tidak mungkin bisa tumbuh tanpa bergerak. Pak Salim dan sampan kecilnya tidak mungkin bisa mewujudkan mimpi mereka. Oleh karena itu, Pa k Sa lim memberikan kunci penting kepada anak-ana knya agar tumbuh menjadi manusia yang lebih baik. Pak Salim mengajarkan kepada anak-anaknya untuk bekerja keras dan tidak malas. Anak-anaknya pun memahami betul kondisi orang tuanya. Mereka tidak membuang waktu untuk diam di tempat dan menadahkan tangan, memintaminta kepada orang tuanya. Mereka turun ke lapangan untuk bekerja. Kedua anak perempuan nya menjahit. Ada pun anak lelakinya bekerja sebagai kuli bangunan, ikut menjaring bersama dengan orang-orang berkapal besar ke laut dalam, mengurus kebun kelapa milik orang kaya, dan membuat kue apam. Berkat kerja kerasnya, semua anak Pak Salim tumbuh menjadi orang dewasa yang tegar. Sekarang, keenamnya sudah berkeluarga dan mempunyai kehidupan masing-masing. Mung kin mereka akan bilang, kehidupannya saat ini bukan berkat tetes keringat Pak Salim, melainkan dari kerja keras mereka sendiri. Ungkapan tersebut mung kin benar, tetapi bisa salah. Kerja keras memang datang dari diri mereka sendiri. Akan tetapi, prinsip hidup dan semangat mereka tumbuh berkat ajaran Pak Salim. Mereka memahami berat ayah mereka membanting tulang setiap hari, menempuh ombak deras yang mungkin bisa menelungkupkan sampan lapuknya, bahkan bisa membunuhnya. Ada pun ibu mereka hanya bisa duduk di rumah karena sakit. Berkat tuturan dan pendidikan akhlak serta motivasi hidup dari Pak Salim, anak-anaknya bisa menjadi seperti saat ini. "Bapak akan pergi melaut juga hari ini?" tanya istrinya berdiri di samping sebuah pohon kelapa dengan tongkatnya, memperhatikan Pak Salim yang akan naik ke sampan. "Apa lagi yang aku boleh buat? lni pekerjaanku, bukan?"jawab Pak Salim. "Anak-anak kita mau pulang siang ini. Bapak duduklah dulu di rumah, tunggu mereka” kata istri nya. "Kau tunggulah mereka pulang. Mereka bukan anak-anak lagi. Mereka sudah dewasa. Tahulah mereka balik sendiri:' Pak Salim naik ke sampan. Ia menoleh sebentar sebelum akhirnya berujar "Tunggulah mereka. Aku nanti pulang bawa ikan. Kita makan bersama-sama” "lyalah, Pak. Hati-hati kalau begitu” Setelah menerima pesan tersebut, Pak Salim meluncur dengan kedua dayung tuanya. Tangan-tangannya yang menghitam dan rapuh akibat sengatan matahari dan gelitikan udara malam menggerakkan kendaraannya dengan Iancar. Sampan Pak Salim meluncur di laut bergelombang. Dari kejauhan, istrinya melihat dengan pandangan tabah. Pak tua itu masih belum berhenti berjuang. Mungkin, dia tidak akan berhenti sebelum ajal nya datang menjemput, ia pergi menuju Tuhan. Perjuangan adalah apa yang Pak Salim telah turunkan kepada anak-anaknya. Sumber: http://cerpenmu.com!cerpen-kehidupan/sampan-pak-salim.html, dengan pengubahan seperlunya. soal di mana tempat terjadinya cerita?

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

01

:

49

:

39

Klaim

1

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

F. Siregar

Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Medan

01 Februari 2022 01:10

Jawaban terverifikasi

Halo, R N. Terima kasih sudah bertanya di Roboguru :) Kakak bantu jawab, ya. Tempat terjadinya cerita di atas adalah pesisir pulau, yaitu kampung nelayan di kepulauan Batam. Perhatikan penjelasan berikut, ya. Cerpen adalah bentuk karya sastra berupa prosa yang menggambarkan suatu tokoh serta lingkungannya, disertai berbagai permasalahan yang menimpa para tokoh tersebut serta bagaimana solusi untuk memecahkan permasalahan itu. Salah satu unsur pembangun cerpen, yaitu latar atau setting. Latar adalah penggambaran tempat, situasi dan waktu terjadinya peristiwa yang ada dalam cerita itu. Latar terbagi atas 3, yaitu: 1. Latar tempat, yaitu berisikan gambaran tempat atau lokasi peristiwa dalam cerpen diceritakan. Misalnya, di sekolah, di taman, dan lainnya. 2. Latar waktu, yaitu latar yang menunjukkan waktu terjadinya peristiwa dalam cerpen. Misalnya, di sore hari, petang, dan lainnya. 3. Latar suasana, yaitu kondisi, keadaan dan suasana yang tergambar dalam peristiwa pada cerpen. Misalnya, haru, bahagia, menakutkan, dan lainnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, pertanyaan di atas berkaitan dengan latar tempat. Latar tempat cerita di atas adalah pesisir pulau atau tepi pantai. Hal tersebut ditunjukkan melalui kutipan-kutipan berikut. 1. Kutipan "Angin laut bertiup sendu, menyampaikan pesan alam bagi mereka para penghuni pesisir Pulau Pekasih bahwa air sudah mulai pasang." 2. Kakek itu sendiri adalah salah satu pelaut di kampung kecil itu. Kampung nelayan khas masyarakat Melayu yang terpencil di daerah kepulauan Batam. Dengan demikian, tempat terjadinya cerita di atas adalah pesisir pulau, yaitu kampung nelayan di kepulauan Batam. Semoga membantu :)


Iklan

Khansa N

24 Januari 2022 13:23

lautan


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Bambang Pamungkas adalah sosok striker nomor satu di timnas. Ia menekuni profesi sebagai pesepakbola memang sedari kecil. Ia bukan dari keluarga yang berkecukupan, namun karena kegigihannya berlatih, sekarang ia menjadi tulang punggung di garis depan tim sepakbola Indonesia. Hal yang patut diteladani dari tokoh dalam kutipan biografi tersebut adalah

142

5.0

Jawaban terverifikasi