Lutfiana P

22 September 2024 08:03

Iklan

Lutfiana P

22 September 2024 08:03

Pertanyaan

Saat ini kejahatan phishing, marak terjadi. Penipu mencari informasi penting dengan cara mengarahkan korban masuk puling atau melaman situs palsu. Jelaskan objek kajian sosiologi berdasarkan fenomena tersebut!

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

07

:

47

:

44

Klaim

2

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Aquata A

22 September 2024 16:05

Jawaban terverifikasi

Objek Kajian Sosiologi dalam Kejahatan Phishing Kejahatan phishing merupakan fenomena sosial yang kompleks dengan berbagai aspek yang menarik untuk dikaji dari perspektif sosiologi. Berikut adalah beberapa objek kajian utama: 1. Interaksi Sosial dalam Dunia Maya: Phishing menunjukkan bagaimana teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi. Sosiolog dapat mengamati bagaimana pelaku phishing membangun relasi (meski palsu) dengan korban, bagaimana korban merespons upaya penipuan, dan bagaimana norma-norma sosial dalam dunia maya terbentuk dan dilanggar. 2. Peran Teknologi dalam Kehidupan Sosial: Phishing menggarisbawahi bagaimana teknologi, khususnya internet, dapat digunakan untuk tujuan yang merugikan. Sosiolog dapat meneliti dampak teknologi terhadap struktur sosial, perilaku individu, dan hubungan sosial. 3. Stratifikasi Sosial dan Kejahatan: Phishing dapat dipandang sebagai bentuk kejahatan yang terkait dengan stratifikasi sosial. Pelaku phishing mungkin berasal dari latar belakang sosial tertentu, dan korban phishing mungkin memiliki karakteristik sosial yang berbeda. Sosiolog dapat menganalisis bagaimana faktor-faktor sosial seperti kelas, status, dan kekuasaan memengaruhi peluang seseorang untuk menjadi pelaku atau korban phishing. 4. Budaya dan Nilai: Phishing mencerminkan nilai-nilai dan norma yang ada dalam suatu masyarakat. Misalnya, jika masyarakat sangat mengejar keuntungan materi, maka kejahatan seperti phishing mungkin lebih mudah terjadi. Sosiolog dapat mengkaji bagaimana budaya dan nilai-nilai mempengaruhi perilaku individu dalam konteks kejahatan siber. 5. Kontrol Sosial dan Deviasi: Phishing merupakan bentuk deviasi sosial. Sosiolog dapat menganalisis bagaimana masyarakat berusaha untuk mengontrol perilaku deviasi ini, seperti melalui hukum, pendidikan, dan kesadaran publik. 6. Dampak Psikologis: Phishing tidak hanya memiliki dampak sosial, tetapi juga dampak psikologis terhadap korban. Korban phishing seringkali mengalami stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Sosiolog dapat bekerja sama dengan psikolog untuk memahami dampak psikologis dari kejahatan ini. Melalui kajian ini, sosiologi dapat memberikan wawasan tentang bagaimana kejahatan phishing tidak hanya merupakan masalah individu, tetapi juga fenomena yang dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya yang lebih luas.


Iklan

Rendi R

Community

23 Oktober 2024 01:07

Jawaban terverifikasi

<p>Kejahatan phishing yang marak terjadi saat ini merupakan salah satu fenomena sosial yang bisa dikaji dari perspektif sosiologi. Fenomena ini memiliki objek kajian sosiologi terkait dengan <strong>interaksi sosial</strong>, <strong>perubahan sosial</strong>, <strong>perilaku menyimpang</strong>, dan <strong>dampak sosial teknologi</strong>. Berikut adalah penjelasan objek kajian sosiologi terkait fenomena phishing:</p><p><strong>Interaksi Sosial dan Pola Komunikasi Digital</strong><br>Phishing adalah sebuah tindakan di mana pelaku menggunakan taktik manipulatif untuk memperoleh informasi penting dari korban. Dari sudut pandang sosiologi, fenomena ini dapat dikaji dalam konteks <strong>interaksi sosial</strong> yang terjadi di dunia maya. Penipuan ini biasanya terjadi melalui <strong>komunikasi digital</strong> seperti email, pesan singkat, atau situs palsu. Bentuk komunikasi ini menciptakan <strong>relasi kekuasaan</strong> yang tidak seimbang antara pelaku dan korban, di mana pelaku memanfaatkan kelemahan atau kepercayaan korban terhadap pesan yang diterimanya.</p><p><strong>Perubahan Sosial dan Teknologi</strong><br>Dengan perkembangan teknologi digital, terjadi perubahan dalam cara orang berinteraksi dan mengakses informasi. Sosiologi mengkaji bagaimana perubahan sosial yang disebabkan oleh kemajuan teknologi menciptakan peluang bagi munculnya modus kejahatan baru seperti phishing. Fenomena ini menunjukkan bagaimana <strong>perubahan sosial</strong> dapat menghasilkan efek positif dan negatif dalam kehidupan sosial.</p><p><strong>Deviant Behavior (Perilaku Menyimpang)</strong><br>Phishing termasuk dalam perilaku menyimpang karena bertentangan dengan norma hukum dan moral. Kajian sosiologi melihat bagaimana norma dan nilai dalam masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, serta bagaimana pelaku phishing bertindak di luar norma dan nilai sosial. Hal ini bisa dikaitkan dengan <strong>teori penyimpangan sosial</strong> seperti <strong>teori label</strong> atau <strong>teori anomi</strong> yang menjelaskan bagaimana masyarakat memberikan label “penipu” pada pelaku dan dampak dari penyimpangan tersebut terhadap kehidupan sosial korban.</p><p><strong>Dampak Sosial dari Teknologi Informasi</strong><br>Fenomena phishing juga mencerminkan <strong>dampak sosial dari kemajuan teknologi informasi</strong>. Di satu sisi, kemajuan teknologi memungkinkan akses informasi yang lebih luas, tetapi di sisi lain, menciptakan risiko baru seperti meningkatnya kejahatan dunia maya. Sosiologi dapat mengkaji bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap teknologi dipengaruhi oleh insiden-insiden seperti phishing dan bagaimana keamanan informasi menjadi isu sosial penting yang perlu diperhatikan.</p><p><strong>Institusi Sosial dan Regulasi</strong><br>Fenomena phishing dapat dilihat dari bagaimana <strong>institusi sosial</strong> seperti pemerintah dan lembaga keamanan siber berperan dalam melindungi masyarakat. Sosiologi juga meneliti bagaimana regulasi atau aturan hukum berkembang untuk menanggapi fenomena ini, serta peran <strong>norma dan hukum</strong> dalam menjaga keteraturan dan keamanan di masyarakat.</p><p><strong>Budaya Digital dan Kepercayaan</strong><br>Sosiologi mempelajari bagaimana budaya digital mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Phishing memanfaatkan kepercayaan yang terbangun melalui komunikasi digital. Fenomena ini menunjukkan pentingnya literasi digital dalam masyarakat modern dan bagaimana masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan tersebut agar tidak mudah tertipu.</p><p>Dengan kajian ini, sosiologi berusaha untuk memahami fenomena phishing tidak hanya sebagai kejahatan teknologi, tetapi juga sebagai bagian dari <strong>konteks sosial yang lebih luas</strong> di mana interaksi sosial, perubahan teknologi, dan pengaruh budaya digital memainkan peran penting.</p>

Kejahatan phishing yang marak terjadi saat ini merupakan salah satu fenomena sosial yang bisa dikaji dari perspektif sosiologi. Fenomena ini memiliki objek kajian sosiologi terkait dengan interaksi sosial, perubahan sosial, perilaku menyimpang, dan dampak sosial teknologi. Berikut adalah penjelasan objek kajian sosiologi terkait fenomena phishing:

Interaksi Sosial dan Pola Komunikasi Digital
Phishing adalah sebuah tindakan di mana pelaku menggunakan taktik manipulatif untuk memperoleh informasi penting dari korban. Dari sudut pandang sosiologi, fenomena ini dapat dikaji dalam konteks interaksi sosial yang terjadi di dunia maya. Penipuan ini biasanya terjadi melalui komunikasi digital seperti email, pesan singkat, atau situs palsu. Bentuk komunikasi ini menciptakan relasi kekuasaan yang tidak seimbang antara pelaku dan korban, di mana pelaku memanfaatkan kelemahan atau kepercayaan korban terhadap pesan yang diterimanya.

Perubahan Sosial dan Teknologi
Dengan perkembangan teknologi digital, terjadi perubahan dalam cara orang berinteraksi dan mengakses informasi. Sosiologi mengkaji bagaimana perubahan sosial yang disebabkan oleh kemajuan teknologi menciptakan peluang bagi munculnya modus kejahatan baru seperti phishing. Fenomena ini menunjukkan bagaimana perubahan sosial dapat menghasilkan efek positif dan negatif dalam kehidupan sosial.

Deviant Behavior (Perilaku Menyimpang)
Phishing termasuk dalam perilaku menyimpang karena bertentangan dengan norma hukum dan moral. Kajian sosiologi melihat bagaimana norma dan nilai dalam masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, serta bagaimana pelaku phishing bertindak di luar norma dan nilai sosial. Hal ini bisa dikaitkan dengan teori penyimpangan sosial seperti teori label atau teori anomi yang menjelaskan bagaimana masyarakat memberikan label “penipu” pada pelaku dan dampak dari penyimpangan tersebut terhadap kehidupan sosial korban.

Dampak Sosial dari Teknologi Informasi
Fenomena phishing juga mencerminkan dampak sosial dari kemajuan teknologi informasi. Di satu sisi, kemajuan teknologi memungkinkan akses informasi yang lebih luas, tetapi di sisi lain, menciptakan risiko baru seperti meningkatnya kejahatan dunia maya. Sosiologi dapat mengkaji bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap teknologi dipengaruhi oleh insiden-insiden seperti phishing dan bagaimana keamanan informasi menjadi isu sosial penting yang perlu diperhatikan.

Institusi Sosial dan Regulasi
Fenomena phishing dapat dilihat dari bagaimana institusi sosial seperti pemerintah dan lembaga keamanan siber berperan dalam melindungi masyarakat. Sosiologi juga meneliti bagaimana regulasi atau aturan hukum berkembang untuk menanggapi fenomena ini, serta peran norma dan hukum dalam menjaga keteraturan dan keamanan di masyarakat.

Budaya Digital dan Kepercayaan
Sosiologi mempelajari bagaimana budaya digital mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Phishing memanfaatkan kepercayaan yang terbangun melalui komunikasi digital. Fenomena ini menunjukkan pentingnya literasi digital dalam masyarakat modern dan bagaimana masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan tersebut agar tidak mudah tertipu.

Dengan kajian ini, sosiologi berusaha untuk memahami fenomena phishing tidak hanya sebagai kejahatan teknologi, tetapi juga sebagai bagian dari konteks sosial yang lebih luas di mana interaksi sosial, perubahan teknologi, dan pengaruh budaya digital memainkan peran penting.


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Cermati teks berikut! Semangat gotong royong Saat ini masyarakat tengah menghadapi cuaca ekstrim akibat musim pancaroba. Musim pancaroba adalah perallihan dari musim panas ke musim hujan, seperti terjadinya hujan deras yang disertai dengan petir dan angin kencang. Kondisi tersebut terjadi di berbagai daerah di indonesia. Bahkan ada beberapa daerah yang dilanda angin puting beliung. Bersyukur kejadian tersebut tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa walaupun kerugian materi yang diderita cukup besar. Tindakan warga sekitar sangat cepat, mereka segera membantu warga yang terkena dampak bencana. Mereka juga secara swadaya menyediakan bahan-bahan bangunan dan tenaga untuk memperbaiki bangunan-bangunan yang rusak. Peran para pemuka agama juga cukup besar bagi warga yang terkena bencana, mereka memberikan bimbingan mental atau nasehat agar warga tetap tabah dan tidak patah semangat dalam menghadapi bencana tersebut. Mereka memotivasi warga agar dapat menghadapi bencana tersebut agar dapat bangkit dan segera melakukan tindakan- tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki keadaan ke kondisi semula atau bahkan menjadi lebih baik. Pihak pemerintah daerah juga melakukan berbagai upaya pertolongan, seperti pendirian posko pengungsian dan dapur umum serta penyediaan tenaga medis dan tenaga SAR untuk membantu warga yang terdampak. Pemerintah juga segera memperbaiki sarana dan prasarana umum yang rusak serta menyediakan bantuan untuk rekonstruksi rumah warga yang rusak. Berkat partisipasi dan tindakan cepat dari berbagai pihak tersebut, proses pemulihan lokasi bencana dapat berjalan dengan baik dan lancar. Wargapun dapat kembali beraktifitas seperti semula Berdasarkan teks semangat gotong royong, perhatikan paragraf pertama pada kalimat "Tindakan warga sekitar sangat cepat, mereka segera membantu warga yang terkena dampak bencana. Mereka juga secara swadaya menyediakan bahan-bahan bangunan dan tenaga untuk memperbaiki bangunan-bangunan yang rusak." Kalimat tersebut merupakan contoh dari tindakan sosial yaitu..... A. tindakan afektif B. tradisional C. berorientasi nilai D. rasional instrumental E. insidental

57

0.0

Jawaban terverifikasi

Sahabat yang Tergadai Rina dan Maya telah bersahabat sejak kecil. Mereka tinggal di kompleks perumahan yang sama, duduk di bangku sekolah yang sama, bahkan berbagi mimpi untuk bisa terus bersama hingga dewasa. Setiap sore, Rina selalu datang ke rumah Maya untuk bermain atau sekadar mengerjakan PR bersama. Rumah Maya terasa hangat dan nyaman, penuh dengan canda tawa dan rasa kekeluargaan. Maya adalah teman yang selalu mendukung Rina dalam segala hal, tak peduli apa yang terjadi. Namun, suatu hari segalanya berubah. Ayah Maya, yang sebelumnya memiliki usaha sukses, mengalami kebangkrutan. Usahanya gulung tikar setelah dihadapkan pada masalah keuangan yang tak terduga. Keluarga Maya terpaksa menjual rumah mereka dan pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil di pinggiran kota. Maya tak lagi bisa mengenakan seragam baru yang biasa mereka beli bersama di awal tahun ajaran. Kini, pakaian Maya tampak kusam, dan sepatu yang dia kenakan mulai berlubang di ujungnya. Pada awalnya, Rina tetap berteman dengan Maya seperti biasa. Mereka masih bertemu di sekolah, dan Rina sesekali mengundang Maya ke rumahnya. Namun, Rina mulai mendengar bisik-bisik dari teman-teman lainnya. "Kenapa masih berteman dengan Maya? Keluarganya sudah jatuh miskin. Nanti kamu jadi terlihat seperti dia." Salah seorang teman di kelas berkata dengan nada mengejek. Bisikan-bisikan itu semakin keras, bahkan beberapa di antaranya terang-terangan menertawakan Maya di depan Rina. Rina merasa tersudut. Di satu sisi, dia merasa bersalah kepada Maya, sahabatnya sejak kecil, yang tidak pernah memintanya apa-apa kecuali persahabatan tulus. Namun di sisi lain, dia merasa takut dijauhi oleh teman-teman lain yang mulai memandang rendah Maya. Rina mulai menjaga jarak. Suatu sore, Maya mendatangi Rina. "Kenapa kamu menjauh? Aku merindukanmu, Rina," Maya bertanya dengan mata yang penuh harap, mencoba mencari jawaban atas perubahan sikap sahabatnya. Rina menghindari tatapan Maya, menunduk dan berpura-pura sibuk dengan bukunya. "Aku sibuk sekarang, banyak tugas. Maaf, Maya." Maya terdiam. Hatinya hancur. Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia berharap itu tidak benar. Namun, kenyataannya terlalu menyakitkan untuk diabaikan. Sejak itu Maya tak pernah lagi mengajak Rina berbicara. Mereka masih bertemu di sekolah, tetapi Maya belajar untuk menahan diri dari rasa sakit ditinggalkan. Waktu berlalu, dan pertemanan mereka tergerus oleh jarak yang diciptakan Rina. Suatu hari, sekolah mengadakan reuni kecil bagi siswa-siswa angkatan mereka. Maya, yang sekarang telah menemukan jalan hidupnya sendiri, datang dengan percaya diri. Dia tak lagi terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Rina melihat Maya dari jauh, merasa tertampar oleh keberadaan sahabatnya yang dulu. Maya telah tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan sukses, meski tanpa dirinya. Rina mendekat dengan perasaan bersalah. "Maya... maafkan aku." Maya menatapnya, senyumnya tenang. "Rina, aku sudah memaafkanmu sejak lama. Aku hanya belajar bahwa tidak semua hal bisa kita pertahankan, bahkan persahabatan. Kadang, orang berubah, dan itu tidak apa-apa. Yang penting, kita tetap berdiri dan melanjutkan hidup." Rina menahan air matanya. Pada saat itu, dia menyadari bahwa dia telah kehilangan lebih dari sekadar seorang sahabat. Dia telah kehilangan kesempatan untuk setia pada seseorang yang benar-benar berarti dalam hidupnya. Tapi, waktu tak bisa diputar kembali. Rina hanya bisa menerima kenyataan bahwa persahabatan mereka telah tergadai oleh ketakutan dan gengsi. Maya pun berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Rina dalam kesunyian yang menyesakkan. Ubahlah cerpen tersebut menjadi sebuah adegan 1, adegan 2, adegan 3, dan adegan 4

54

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Soal Essay nomor 1-5! Hadiah : 5.000 poin 1) Apa perbedaan antara kejujuran dan kebohongan? Sebutkan dan jelaskan beberapa contoh! (Jika ada) 2) Apa perbedaan antara sisi terang💡dan sisi gelap? Sebutkan dan jelaskan beberapa contoh! (Jika ada) 3) Negara kita menempatkan peringkat kedua, sebagai negara paling tidak jujur dalam akademik di dunia. Selama ketidakjujuran masih ada, kita tidak dapat memberi harapan untuk bisa jadi negara maju di tahun 2035-2045 mendatang. Padahal kita mempunyai sebuah aplikasi Ruangguru untuk membantu belajar dari kelas 1 SD sampai kelas 12 SMA. Sayangnya jumlah unduhan siswa hanya sekitar 25 juta orang dari 278 juta orang di seluruh Indonesia. Alasan tidak semua orang download apk adalah sebagian besar orang sudah pada kerja, sebagian pada penganggur, dan sebagian kecil pelajar belum mencoba apk ini. Bahkan orang menengah kebawah tidak bisa main apk Ruangguru, kalau tidak punya HP. Akibatnya, negara bangsa kita jadi tercemar, gara-gara manusia tidak jujur dan lemah hukum dari pemerintah otonomi daerah. Berdasarkan keburukan diatas, mengapa apk ruangguru tidak seramai di FYP medosos dan apa saja pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari sisi gelap NKRI tersebut? Jelaskan harapan dan kesempatan! (Jika perlu) 4) Perhatikan Ilustrasi berikut! (berdasarkan nomor 2 atas) Sebagian orang yang melihat berita ini merasa, kalau negara kita sudah tidak ada harapan lagi untuk bisa memajukan negara. Karena negara kita semakin tertinggal dari negara lain. Tidak heran kalau suatu saat nanti ada negara menyerang NKRI, maka hancurlah semua harapan kehidupan dan mengambil ahli semua tanah kita dari negara asing. Akhirnya beberapa kelompok orang seluruh daerah menulis surat untuk mengakhiri hidupnya dengan cara b*n*h diri. Cara ini sebagai bentuk pasrah bagi sebagian rakyat negara, sampai dunia internasional jadi kaget. Berdasarkan ilustrasi tadi, mengapa rakyat begitu cemas sama situasi ketidakjujuran dan apa jadinya kalau 278 juta jiwa mengakhiri hidup barengan? Jelaskan dampaknya! 5) Setelah membaca nomor 3 dan 4, kita semakin paham betapa kejamnya manusia sebagai ketidakpedulian sesamanya. Walaupun begitu, bukan berarti kita langsung mengakhiri hidup. Perlu di ingat, bahwa tidak semua penduduk Indonesia antara penjabat atau rakyat itu jahat lho. Masih banyak orang yang peduli mengenai sosial postif dan kerjasama. Kalau sosial tidak ada, maka teknologi, makanan cepat saji, dan kendaraan gak bakalan ada sampai saat ini. Bandingkan sama negara lain, yang paling bahaya itu justru perang senjata yang bisa memakan banyak korban di timur tengah. Solusinya hanya satu, yaitu memperkuat hukum dalam UU tentang masalah kejujuran. Hukuman ini akan diberatkan, tergantung tingkat keparahan suatu negara. Berdasarkan diatas, bagaimana tanggapanmu?

24

5.0

Jawaban terverifikasi