Yumnaa Y

29 September 2024 08:46

Iklan

Yumnaa Y

29 September 2024 08:46

Pertanyaan

penyebab berakhirnya demokrasi liberal adalah

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

03

:

58

:

49

Klaim

26

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Yogi P

29 September 2024 08:49

Jawaban terverifikasi

<p>Penyebab berakhirnya Demokrasi Liberal di Indonesia pada tahun 1959 adalah kegagalan sistem parlementer dalam menciptakan stabilitas politik dan ekonomi. Konflik antarpartai politik yang sering terjadi menyebabkan pemerintahan tidak stabil, seringnya pergantian kabinet, serta ketidakmampuan menyelesaikan masalah-masalah negara, seperti pemberontakan daerah dan krisis ekonomi. Hal ini mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang membubarkan Konstituante dan memberlakukan kembali UUD 1945, sehingga mengakhiri era Demokrasi Liberal dan memulai era Demokrasi Terpimpin.</p>

Penyebab berakhirnya Demokrasi Liberal di Indonesia pada tahun 1959 adalah kegagalan sistem parlementer dalam menciptakan stabilitas politik dan ekonomi. Konflik antarpartai politik yang sering terjadi menyebabkan pemerintahan tidak stabil, seringnya pergantian kabinet, serta ketidakmampuan menyelesaikan masalah-masalah negara, seperti pemberontakan daerah dan krisis ekonomi. Hal ini mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang membubarkan Konstituante dan memberlakukan kembali UUD 1945, sehingga mengakhiri era Demokrasi Liberal dan memulai era Demokrasi Terpimpin.


Iklan

Ilham S

29 September 2024 11:18

Jawaban terverifikasi

<p>Berakhirnya demokrasi liberal di Indonesia pada tahun 1959 disebabkan oleh beberapa faktor utama yang berkaitan dengan ketidakstabilan politik, konflik antar partai, dan kegagalan konstitusional. Berikut adalah beberapa penyebab pentingnya:</p><p>1. Ketidakstabilan politik:</p><p>Demokrasi liberal di Indonesia (1950-1959) ditandai dengan seringnya pergantian kabinet. Dalam kurun waktu tersebut, terjadi tujuh kali pergantian kabinet, yang mencerminkan ketidakstabilan politik dan ketidakmampuan pemerintah untuk mencapai konsensus dalam pengambilan kebijakan.</p><p>Banyak partai politik yang bersaing untuk kekuasaan tanpa adanya mayoritas dominan, sehingga mengakibatkan pemerintahan koalisi yang rapuh.</p><p>&nbsp;</p><p>2. Konflik ideologi:</p><p>Indonesia pada masa demokrasi liberal mengalami ketegangan ideologi antara kelompok nasionalis, agama (Islam), dan komunis. Konflik ideologi ini membuat konsensus politik semakin sulit dicapai dan menyebabkan polarisasi di antara elit politik dan rakyat.</p><p>Ketegangan antara kelompok-kelompok ini menyebabkan kekacauan politik yang berkontribusi pada berakhirnya sistem demokrasi liberal.</p><p>&nbsp;</p><p>3. Kegagalan Konstituante:</p><p>Konstituante yang dibentuk untuk menyusun konstitusi baru setelah UUD Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Perdebatan yang berkepanjangan antara pendukung negara Islam dan pendukung negara berdasarkan Pancasila membuat sidang-sidang Konstituante berlarut-larut tanpa hasil.</p><p>Kegagalan Konstituante ini memperburuk krisis politik dan meningkatkan ketidakpuasan terhadap sistem demokrasi liberal.</p><p>&nbsp;</p><p>4. Krisis ekonomi dan sosial:</p><p>Kondisi ekonomi yang memburuk, inflasi yang tinggi, dan rendahnya kesejahteraan rakyat semakin memperburuk citra pemerintah demokrasi liberal. Ketidakmampuan pemerintah dalam menangani masalah ekonomi dan sosial memperkuat ketidakpuasan masyarakat.</p><p>Kekacauan sosial di berbagai daerah, termasuk pemberontakan seperti PRRI/Permesta, semakin melemahkan pemerintahan pusat.</p><p>&nbsp;</p><p>5. Peran Presiden Soekarno:</p><p>Presiden Soekarno, yang merasa bahwa sistem demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, mulai mendorong ide demokrasi terpimpin. Soekarno menganggap bahwa sistem parlementer menyebabkan fragmentasi politik dan tidak mampu mempersatukan bangsa.</p><p>Pada 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang membubarkan Konstituante dan kembali ke UUD 1945, sekaligus mengakhiri era demokrasi liberal dan memulai era demokrasi terpimpin yang lebih otoriter.</p><p>&nbsp;</p><p><br>Kombinasi faktor-faktor di atas menyebabkan ketidakmampuan sistem demokrasi liberal untuk bertahan dan menciptakan stabilitas politik yang dibutuhkan.</p>

Berakhirnya demokrasi liberal di Indonesia pada tahun 1959 disebabkan oleh beberapa faktor utama yang berkaitan dengan ketidakstabilan politik, konflik antar partai, dan kegagalan konstitusional. Berikut adalah beberapa penyebab pentingnya:

1. Ketidakstabilan politik:

Demokrasi liberal di Indonesia (1950-1959) ditandai dengan seringnya pergantian kabinet. Dalam kurun waktu tersebut, terjadi tujuh kali pergantian kabinet, yang mencerminkan ketidakstabilan politik dan ketidakmampuan pemerintah untuk mencapai konsensus dalam pengambilan kebijakan.

Banyak partai politik yang bersaing untuk kekuasaan tanpa adanya mayoritas dominan, sehingga mengakibatkan pemerintahan koalisi yang rapuh.

 

2. Konflik ideologi:

Indonesia pada masa demokrasi liberal mengalami ketegangan ideologi antara kelompok nasionalis, agama (Islam), dan komunis. Konflik ideologi ini membuat konsensus politik semakin sulit dicapai dan menyebabkan polarisasi di antara elit politik dan rakyat.

Ketegangan antara kelompok-kelompok ini menyebabkan kekacauan politik yang berkontribusi pada berakhirnya sistem demokrasi liberal.

 

3. Kegagalan Konstituante:

Konstituante yang dibentuk untuk menyusun konstitusi baru setelah UUD Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Perdebatan yang berkepanjangan antara pendukung negara Islam dan pendukung negara berdasarkan Pancasila membuat sidang-sidang Konstituante berlarut-larut tanpa hasil.

Kegagalan Konstituante ini memperburuk krisis politik dan meningkatkan ketidakpuasan terhadap sistem demokrasi liberal.

 

4. Krisis ekonomi dan sosial:

Kondisi ekonomi yang memburuk, inflasi yang tinggi, dan rendahnya kesejahteraan rakyat semakin memperburuk citra pemerintah demokrasi liberal. Ketidakmampuan pemerintah dalam menangani masalah ekonomi dan sosial memperkuat ketidakpuasan masyarakat.

Kekacauan sosial di berbagai daerah, termasuk pemberontakan seperti PRRI/Permesta, semakin melemahkan pemerintahan pusat.

 

5. Peran Presiden Soekarno:

Presiden Soekarno, yang merasa bahwa sistem demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, mulai mendorong ide demokrasi terpimpin. Soekarno menganggap bahwa sistem parlementer menyebabkan fragmentasi politik dan tidak mampu mempersatukan bangsa.

Pada 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang membubarkan Konstituante dan kembali ke UUD 1945, sekaligus mengakhiri era demokrasi liberal dan memulai era demokrasi terpimpin yang lebih otoriter.

 


Kombinasi faktor-faktor di atas menyebabkan ketidakmampuan sistem demokrasi liberal untuk bertahan dan menciptakan stabilitas politik yang dibutuhkan.


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Pada saat sidang BPUPK tanggal 31 Mei 1945, ada 2 usulan yaitu Indonesia menjadi negara monarki atau Republik. Tokoh yang mengusulkan bentuk negara Indonesia Republik adalah... A. Ir. Soekarno B. Mr. Achmad Soebardjo C. Dr. Soepomo D. Mohammad Yamin

23

0.0

Jawaban terverifikasi