pengertian teater menurut 6 ahli

<ol><li><strong>Bertolt Brecht</strong>, seorang dramawan dan teoretikus teater asal Jerman, mendefinisikan teater sebagai alat untuk menyampaikan pesan sosial dan politik kepada penonton. Ia menekankan pada efek "alienasi" atau "estrangement effect," yang bertujuan untuk mengajak penonton berpikir kritis tentang realitas sosial dan politik yang dihadapinya.</li><li><strong>Konstantin Stanislavski</strong>, seorang teoretikus dan pembaharu teater asal Rusia, berfokus pada pengembangan karakter dan emosi yang otentik pada para aktor. Ia menyatakan bahwa teater harus menciptakan kenyataan berarti yang kuat bagi penonton dengan memperhatikan kehidupan dalam bentuk yang paling alami.</li><li><strong>Antonin Artaud</strong>, seorang dramawan dan teoretikus teater asal Prancis, memandang teater sebagai sarana untuk menyampaikan pengalaman mistik dan emosional kepada penonton. Ia mendukung konsep "teater kekejaman" yang melibatkan teater fisik dan penggunaan simbolisme yang kuat.</li><li><strong>Augusto Boal</strong>, seorang dramawan dan teoretikus teater asal Brasil, mengembangkan Teater Tindakan atau Teater dari Kaum Terpinggirkan. Boal berpendapat bahwa teater harus menjadi alat untuk membuka dialog dan memobilisasi perubahan sosial. Ia menggagas "teater forum" untuk memungkinkan penonton ikut berpartisipasi dalam mencari solusi bagi masalah sosial.</li><li><strong>Aristotle</strong>, filsuf kuno dari Yunani, memandang teater sebagai bentuk seni yang mimesis, yaitu meniru kehidupan manusia. Ia menekankan pentingnya plot, karakter, gagasan, bahasa, dan suasana dalam drama untuk menciptakan efek katarsis pada penonton.</li><li><strong>Richard Wagner</strong>, komponis dan dramawan asal Jerman, memandang teater sebagai Gesamtkunstwerk atau "seni total." Ia menekankan pada gabungan seni, seperti musik, sastra, seni visual, dan pertunjukan, untuk menciptakan pengalaman teater yang mendalam dan holistik bagi penonton.</li></ol>