Pemberontakan DI/TII di Aceh akhirnya dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah. Hal ini mengandung makna bahwa .... a. dalam menangani masalah hendaknya diselesaikan dengan jalan musyawarah b. rakyat Aceh pada dasarnya cinta damai c. kekuatan DI/TII sedang melemah d. Daud Beurueh pada dasarnya bukan pemberontak e. adanya intervensi asing dalam masalah di Aceh

Jawaban yang tepat adalah A. dalam menangani masalah hendaknya diselesaikan dengan jalan musyawarah. Pada 20 September 1953 terjadi peristiwa pemberontakan DI/TII di wilayah Aceh, hal ini terjadi karena pernyataan proklamasi akan berdirinya negara Islam Indonesia yang digagas oleh Daud Beureueh. Dibawah pimpinan Imam besar NII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo menyatakan proklamasi bahwa Aceh bagian dari negara Islam Indonesia. Masyarakat Aceh kecewa terhadap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pusat, sehingga masyarakat memutuskan untuk melakukan aksi Pemberontakan Daud Beureueh ( DI / TII Aceh ) pada tahun 1953. Peleburan Aceh untuk dapat bergabung dalam provinsi Sumatra Utara di tahun 1950, menyebabkan kericuhan dimana rakyat menentang kebijakan pusat, serta menuntut agar dikenlaikan status provinsi Aceh yang otonom. Pemberontakan yang terjadi menyebabkan kerugian kedua belah pihak baik dari pemerintah republik Indonesia dan masyarakat Aceh, kemudian pemerintah Indonesia mengirim utusan khusus agar dapat melakukan musyawarah dengan pihak pemberontak khususnya Teungku Muhammad Daud Beureueh. Pemerintah Indonesia juga melakukan operasi militer yang dilakukan TNI. Pemberontakan berakhir dengan damai karena adanya proses negosiasi yang di sepakati bahwa status otonomi khusus diberikan kepada daerah Aceh. Status otonomi khusus tersebut adalah dengan terbentuknya daerah istimewa Aceh dengan kebebasan dalam menjalankan unsur-unsur syariat Islam di dalamnya. Jadi, jawaban yang tepat adalah A. dalam menangani masalah hendaknya diselesaikan dengan jalan musyawarah.