Pemberontakan APRA, ANDI AZIS, RMS dilatarbelakangi adanya konflik kepentingan, uraikan analisis anda!

Peristiwa APRA, Andi Aziz dan RMS dikategorikan konflik kepentingan karena dilatarbelakangi oleh adanya kepentingan kelompok yang tidak selaras dengan kepentingan nasional. Untuk lebih jelasnya, pahamilah penjelasan berikut: Konflik kepentingan terjadi karena adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat pada suatu kelompok (Vested Interest). Kelompok ini pada dasarnya menginginkan untuk bisa mengontrol suatu sistem sosial atau kegiatan atas dasar keuntungan pribadi atau kelompoknya. Mereka tidak mau melepas kontrol atas dominasi kelompoknya sehingga menghalangi suatu proses perubahan untuk kepentingan nasional. Kelompok APRA, RMS, dan Andi Aziz, semuanya berhubungan dengan keberadaan pasukan KNIL atau Tentara Kerajaan (di) Hindia Belanda, yang tidak mau menerima kedatangan tentara Indonesia di wilayah-wilayah yang sebelumnya mereka kuasai. Dalam situasi seperti ini, konflik pun terjadi. Kita akan coba analisis satu persatu latar belakang dari adanya konflik kepentingan yang telah disebutkan diatas: Pertama, Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) kelompok yang dipimpin oleh Raymond Westerling dan terbentuk pada tahun 1949. Kelompok ini terdiri dari milisi bersenjata, yang anggotanya mayoritas berasal dari tentara Belanda: KNIL, yang tidak setuju dengan pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat, yang saat itu masih berbentuk negara bagian Pasundan, Kedua, peristiwa Andi Aziz berawal dari tuntutan Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang berasal dari KNIL (pasukan Belanda di Indonesia) terhadap pemerintah Indonesia agar hanya mereka yang dijadikan pasukan APRIS di Negara Indonesia Timur (NIT). Ketika tentara Indonesia didatangkan ke Sulawesi Selatan dengan tujuan memelihara keamanan, hal ini menyulut ketidakpuasan di kalangan pasukan Andi Aziz. Karena mereka merasa khawatir terutama tentara KNIL akan diperlakukan secara diskriminatif oleh pimpinan APRIS. Pasukan KNIL di bawah pimpinan Andi Aziz ini kemudian bereaksi dengan menduduki beberapa tempat penting, bahkan menawan Panglima Teritorium (wilayah) Indonesia Timur. Ketiga, pemberontakan RMS, terjadi karena kepentingan ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia Serikat dan memerdekakan negara sendiri. yaitu Republik Maluku Selatan. Diproklamasikan oleh mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur, Dr. Ch.R.S. Soumokil pada April 1950, gerakan RMS ini ternyata didalam nya didukung oleh mantan pasukan KNIL (tentara kerajaan Belanda). Dengan demikian, peristiwa APRA, Andi Aziz, dan RMS dilatarbelakangi adanya konflik kepentingan karena sebab utama dari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut tidak lain karena adanya kepentingan kelompoknya yang tidak selaras dengan kepentingan nasional yang mana kepentingan mereka mengancam terjadinya disintegrasi bangsa.