Agung S

15 Maret 2022 18:12

Iklan

Agung S

15 Maret 2022 18:12

Pertanyaan

Pada tanggal 23 Juli 1952, terjadilah Coup d’etat yang dipimpin oleh …. A. Ibrahim Pasha B. Arabi Pasha C. Saad Zaghlul Pasha D. Jenderal muhammad Najib E. Kemal Pasha

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

15

:

19

:

54

Klaim

3

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

P. Rafika

19 Maret 2022 13:15

Jawaban terverifikasi

Halo Agung S., kakak bantu jawab ya. Jawaban yang tepat untuk pertanyaan di atas adalah D. Untuk lebih detailnya, yuk simak penjelasan berikut. Pada Aprill 1936, Raja Farouk diangkat sebagai raja Mesir pada usia tujuh belas tahun. Raja Farouk naik menjadi raja menggantikan ayahnya Raja Fuad yang meninggal dunia. Raja Farouk sangat pandai untuk menarik simpati rakyat Mesir. Raja Farouk selalu bersikap baik dan ramah kepada rakyatnya untuk memberikan kesan bahwa Raja Farouk adalah pemimpin yang bijaksana. Namun, pada Agustus 1936 terjadi perjanjian antara Inggris dengan Mesir yang berdampak pada penempatan pasukan Inggris di Terusan Suez. Penempatan kembali pasukan-pasukan Inggris di wilayah Mesir sama halnya dengan kembalinya penguasaan Inggris atas wilayah dan pemerintahan di Mesir. Menanggapi keadaan tersebut, terjadi demonstrasi menentang perjanjian antara Inggris dan Mesir tersebut. Berbagai protes dan demonstrasi dilancarkan melalui media surat kabar, maupun televisi. Guna meredam demonstrasi tersebut, dilakukanlah penangkapan oleh sejumlah oknum dalam rangka mengurangi perlawanan. Meskipun demikian, Raja Farouk tetap bersikeras melanjutkan perjanjian bilateralnya dengan pemerintahan Inggris dalam rangka menjaga keamanan Mesir. Kondisi di atas ditambah dengan kekacauan politik dalam tubuh pemerintahan. Diantaranya kegagalan membentuk kabinet serta muncul kalangan yang menentang pemerintahan Raja Farouk yang pro Inggris. Pemerintahan Mesir di bawah Raja Farouk juga mengalami kemerosotan dalam berbagai bidang. Diantara kemerosotan tersebut, yaitu tidak adanya pembatasan kekuasaan raja, membuat raja bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Selain itu, juga maraknya korupsi yang dilakukan oleh kalangan bangsawan termasuk Raja Farouk, kriminalitas, dan ketidakadilan membuat kekecewaan dikalangan kelompok-kelompok masyarakat. Keadaan tersebut mendorong munculnya banyak kelompok oposisi dalam masyarakat yang diwakili oleh Free Officers (Perwira Bebas) dan Ikhwanul Muslimin. Free Officers (Perwira Bebas) dan Ikhwanul Muslimin sama-sama merasa prihatin terhadap kondisi Mesir dan memberikan kontribusi yang besar dalam mewujudkan Revolusi Mesir 23 Juli 1952. Free Officers (Perwira Bebas) di bawah komando Gamal Abdul Nasser menggerakkan pemberontakan untuk menggulingkan Raja Farouk. Puncak revolusi terjadi pada tanggal 23 Juli 1952 ditandai dengan banyaknya pusat-pusat pemerintahan yang diduduki oleh kelompok militer anti Raja Farouk. Revolusi tersebut berhasil sekaligus mengakhiri kekuasaan Raja Farouk di Mesir. Kelompok Free Officer tersebut terdiri delapan puluh sembilan perwira militer, diantaranya, yaitu Gamal Abdel Nasser, Hussein Hamouda, Khaled Mohieddin, Kamal el-Din Hussein, Salah Naṣr, Abdel Hakim Amer, dan Sa’ad Tawfiq, Muhammad Naguib. Setelah revolusi, M. Naquib kemudian diangkat sebagai Presiden Mesir. Oleh karena itu, salah satu perwira yang terlibat dalam Revolusi Mesir pada 23 Juli 1952 adalah Jenderal M. Naguib. Semoga membantu ya...


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Apakah benar NIBKD dan MBKS dibentuk guna menghadapi kekuatan Belanda? Jelaskan!

100

5.0

Jawaban terverifikasi