Miftahul M

05 Oktober 2023 00:24

Iklan

Miftahul M

05 Oktober 2023 00:24

Pertanyaan

Pada masa Perang Dingin Indonesia dihadapkan pada dua kekuatan besar yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Bagaiman cara bangsa Indonesia menyikapi dua kekuatan tersebut?

Pada masa Perang Dingin Indonesia dihadapkan pada dua kekuatan besar yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Bagaiman cara bangsa Indonesia menyikapi dua kekuatan tersebut?

alt

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

07

:

07

:

28

Klaim

145

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Vincent M

Community

05 Oktober 2023 08:03

Jawaban terverifikasi

<p>Pada masa Perang Dingin, Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno, mengambil pendekatan politik luar negeri yang dikenal sebagai "politik luar negeri bebas dan aktif." Pendekatan ini dirancang untuk mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Indonesia sambil menjaga kemerdekaan dalam urusan internasional dan menghindari keterlibatan langsung dalam blok-blok kekuatan utama yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Berikut adalah cara bangsa Indonesia menyikapi dua kekuatan besar tersebut:</p><p>Non-Blok: Indonesia menjadi salah satu pendiri Gerakan Non-Blok pada Konferensi Asia-Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955. Gerakan ini bertujuan untuk mempromosikan kemerdekaan, kedaulatan, dan ketidak-penetrasi negara-negara berkembang oleh kekuatan besar, baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet. Dengan menjadi anggota Gerakan Non-Blok, Indonesia berusaha mempertahankan kemerdekaannya dan menghindari terlibat dalam aliansi militer dengan salah satu dari dua kekuatan besar tersebut.</p><p>Hubungan Diplomatik: Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan baik dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Meskipun ada tekanan dari kedua kekuatan besar untuk mendapatkan dukungan, Indonesia mencoba menjaga hubungan yang seimbang dengan keduanya. Hal ini termasuk dalam hal perdagangan, bantuan pembangunan, dan kerja sama dalam berbagai bidang.</p><p>Peran Mediasi: Indonesia berperan sebagai mediator dalam beberapa konflik regional yang melibatkan kekuatan besar, seperti Perang Vietnam. Presiden Sukarno mencoba memediasi konflik tersebut untuk mencapai solusi damai.</p><p>Memaksimalkan Bantuan Ekonomi: Indonesia mencoba memanfaatkan bantuan ekonomi dari kedua kekuatan besar untuk memajukan pembangunan ekonomi negara. Bantuan ini digunakan untuk proyek-proyek pembangunan, infrastruktur, dan pembangunan sosial.</p><p>Pendekatan politik luar negeri bebas dan aktif ini memungkinkan Indonesia untuk mempertahankan kedaulatannya dan memanfaatkan dukungan ekonomi dari kedua kekuatan besar tanpa terjebak dalam konflik ideologi Perang Dingin. Meskipun pada akhirnya politik luar negeri Indonesia berubah selama masa Orde Baru dengan penguatan hubungan dengan Amerika Serikat, pendekatan awal ini adalah contoh nyata bagaimana negara-negara berkembang berusaha menghadapi tekanan dan tantangan Perang Dingin.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p>

Pada masa Perang Dingin, Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno, mengambil pendekatan politik luar negeri yang dikenal sebagai "politik luar negeri bebas dan aktif." Pendekatan ini dirancang untuk mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Indonesia sambil menjaga kemerdekaan dalam urusan internasional dan menghindari keterlibatan langsung dalam blok-blok kekuatan utama yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Berikut adalah cara bangsa Indonesia menyikapi dua kekuatan besar tersebut:

Non-Blok: Indonesia menjadi salah satu pendiri Gerakan Non-Blok pada Konferensi Asia-Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955. Gerakan ini bertujuan untuk mempromosikan kemerdekaan, kedaulatan, dan ketidak-penetrasi negara-negara berkembang oleh kekuatan besar, baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet. Dengan menjadi anggota Gerakan Non-Blok, Indonesia berusaha mempertahankan kemerdekaannya dan menghindari terlibat dalam aliansi militer dengan salah satu dari dua kekuatan besar tersebut.

Hubungan Diplomatik: Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan baik dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Meskipun ada tekanan dari kedua kekuatan besar untuk mendapatkan dukungan, Indonesia mencoba menjaga hubungan yang seimbang dengan keduanya. Hal ini termasuk dalam hal perdagangan, bantuan pembangunan, dan kerja sama dalam berbagai bidang.

Peran Mediasi: Indonesia berperan sebagai mediator dalam beberapa konflik regional yang melibatkan kekuatan besar, seperti Perang Vietnam. Presiden Sukarno mencoba memediasi konflik tersebut untuk mencapai solusi damai.

Memaksimalkan Bantuan Ekonomi: Indonesia mencoba memanfaatkan bantuan ekonomi dari kedua kekuatan besar untuk memajukan pembangunan ekonomi negara. Bantuan ini digunakan untuk proyek-proyek pembangunan, infrastruktur, dan pembangunan sosial.

Pendekatan politik luar negeri bebas dan aktif ini memungkinkan Indonesia untuk mempertahankan kedaulatannya dan memanfaatkan dukungan ekonomi dari kedua kekuatan besar tanpa terjebak dalam konflik ideologi Perang Dingin. Meskipun pada akhirnya politik luar negeri Indonesia berubah selama masa Orde Baru dengan penguatan hubungan dengan Amerika Serikat, pendekatan awal ini adalah contoh nyata bagaimana negara-negara berkembang berusaha menghadapi tekanan dan tantangan Perang Dingin.

 

 

 


Iklan

Salsabila M

Community

26 April 2024 23:44

Jawaban terverifikasi

<p>Selama masa Perang Dingin, Indonesia dihadapkan pada persaingan dan pengaruh dua kekuatan besar dunia, Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet. Bagaimana cara bangsa Indonesia menyikapi kedua kekuatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:</p><p><strong>Non-Blok</strong>: Indonesia mengambil jalur non-blok atau netral dalam konflik antara AS dan Uni Soviet. Meskipun pada awalnya Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan AS, termasuk menerima bantuan militer dan ekonomi dari AS, namun Indonesia juga menjaga hubungan diplomatik dengan Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur lainnya. Posisi non-blok ini tercermin dalam pembentukan Gerakan Non-Blok pada Konferensi Bandung pada tahun 1955, di mana Indonesia bersama dengan negara-negara Asia dan Afrika lainnya menegaskan kemerdekaan politik dan ekonomi mereka serta menolak intervensi asing.</p><p><strong>Hubungan Diplomatik</strong>: Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan kedua kekuatan tersebut secara paralel. Meskipun ada periode ketegangan dengan AS pada masa pemerintahan Sukarno, terutama terkait dengan kebijakan nasionalisasi dan konfrontasi dengan Malaysia, namun hubungan dengan AS tetap berlanjut. Sementara itu, Indonesia juga menjalin hubungan dengan Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur, termasuk menerima bantuan ekonomi dan teknis dari Uni Soviet.</p><p><strong>Prinsip Kemerdekaan dan Kedaulatan</strong>: Indonesia secara konsisten menegaskan prinsip kemerdekaan dan kedaulatan nasionalnya dalam menghadapi kedua kekuatan besar tersebut. Meskipun menerima bantuan dan dukungan dari AS dan Uni Soviet, Indonesia tetap menegakkan kemerdekaan politiknya dan menentang intervensi asing dalam urusan dalam negeri. Prinsip ini tercermin dalam sikap Indonesia terhadap penyelesaian konflik regional dan internasional, di mana Indonesia berperan sebagai mediator dan pendukung perdamaian.</p><p><br>&nbsp;</p>

Selama masa Perang Dingin, Indonesia dihadapkan pada persaingan dan pengaruh dua kekuatan besar dunia, Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet. Bagaimana cara bangsa Indonesia menyikapi kedua kekuatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Non-Blok: Indonesia mengambil jalur non-blok atau netral dalam konflik antara AS dan Uni Soviet. Meskipun pada awalnya Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan AS, termasuk menerima bantuan militer dan ekonomi dari AS, namun Indonesia juga menjaga hubungan diplomatik dengan Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur lainnya. Posisi non-blok ini tercermin dalam pembentukan Gerakan Non-Blok pada Konferensi Bandung pada tahun 1955, di mana Indonesia bersama dengan negara-negara Asia dan Afrika lainnya menegaskan kemerdekaan politik dan ekonomi mereka serta menolak intervensi asing.

Hubungan Diplomatik: Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan kedua kekuatan tersebut secara paralel. Meskipun ada periode ketegangan dengan AS pada masa pemerintahan Sukarno, terutama terkait dengan kebijakan nasionalisasi dan konfrontasi dengan Malaysia, namun hubungan dengan AS tetap berlanjut. Sementara itu, Indonesia juga menjalin hubungan dengan Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur, termasuk menerima bantuan ekonomi dan teknis dari Uni Soviet.

Prinsip Kemerdekaan dan Kedaulatan: Indonesia secara konsisten menegaskan prinsip kemerdekaan dan kedaulatan nasionalnya dalam menghadapi kedua kekuatan besar tersebut. Meskipun menerima bantuan dan dukungan dari AS dan Uni Soviet, Indonesia tetap menegakkan kemerdekaan politiknya dan menentang intervensi asing dalam urusan dalam negeri. Prinsip ini tercermin dalam sikap Indonesia terhadap penyelesaian konflik regional dan internasional, di mana Indonesia berperan sebagai mediator dan pendukung perdamaian.


 


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Pernyataan berikut ini yang bukan latar belakang dari Reformasi Gereja adalah .... a. menolak indulgensi b. penyimpangan-penyimpangan dalam tubuh gereja c. gereja menjadi pusat monopoli d. lebih merupakan reaksi langsung atas gerakan Protestanisme e. bertujuan menata kembali gereja sesuai dengan ajaran lnjil

132

3.7

Jawaban terverifikasi