Angga R

01 Juli 2024 09:34

Iklan

Angga R

01 Juli 2024 09:34

Pertanyaan

Pada kegiatan jalan sehat yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga terdapat hadiah utama berupa jalan­-jalan ke Eropa untuk satu keluarga dengan dua orang anak. Pemenang diteneukan atas dasar jumlah kemenangan dalam permainan keluarga yang diadakan, Keluarga Pak Hari memperoleh poin lebih tinggi daripada keluarga Pak Joko. Keluarga Pak Banu mernperoleh poin lebih rendah daripada keluarga Pak Hari. Poin keluarga Pak Joko lebih tinggi dari poin keluurga Pak Banu. Poin yang diperoleh keluarga Pak Putra terletak di antara poin keluarga Pak Dono dan keluarga Pak Banu. Yang memenangkan hadiah jalan­-jalan ke Eropa adalah (A) keluarga Pak Hari (B) keluarga Pak Dono (C) keluarga Pak Joko (D) keluarga Pak Putra (E) keluarga Pak Banu

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

11

:

54

:

41

Klaim

0

0


Empty Comment

Belum ada jawaban 🤔

Ayo, jadi yang pertama menjawab pertanyaan ini!

Mau jawaban yang cepat dan pasti benar?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Temukan jawabannya dari Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Sang Penari Alkisah di Pulau Bali hiduplah seorang pemuda desa yang bernama Putu. Dia hidup bahagia di tengah keluarga yang sederhana. Ayahnya bernama I. Jagra yang menjabat sebagai Ketua Adat yang sangat disegani dan dihormati oleh segenap warga kampung. Ibunya seorang wanita yang bijaksana. Dia juga punya seorang adik perempuan bernama Santi. Dia salah seorang dari pencetus gagasan berdirinya perkumpulan kesenian, yang berhasil menciptakan sebuah tontonan yang menjadi salah satu objek pariwisata. Selain itu Putujuga memerankan tokoh utama cerita sendratari berpasa ngan dengan Anak Agung Ayu Prami yang lebih dikenal dengan nama Gung Ayu, seorang gadis cantik Putri Anak Agu ng Ngrurah Gede, putri seorang bangsawan keturunan langsung dari raja-raja yang pernah bertakhta di Puri. Hubungan antara Putu dengan Gung Ayu bukan sekedar pasangan menari saja tapi mereka sudah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai. Tapi hubungan cinta mereka ditentang oleh ayah mereka karena perbedaan kasta. Ayah Gung Ayu melarang putrinya untuk menari dan mengancam Putu supaya tidak berhubungan lagi dengan putrinya. Sedangkan ayah Putu tidak segan-segan menyuruh anaknya untuk pergi ke Jakarta dan tinggal bersama pamannya yang bernama Pak Made. Di tengah perjalan me nuju Jakarta Putu bertemu dengan seorang calon wartawati yang bernama Netty. Netty seorang gadis yang berpenampilan menarik murah senyum. Tiba di Jakarta Putu di sambut hangat oleh Pak Made, paman dan bibinya serta adik sepupunya yang bernama Darsana yang baru duduk di kelas 6 SD. Selain paman dan bibinya serta adik sepupunya, di rumah pamannya yang mungil juga tinggal 2 orang laki-laki bernama Mas Herman seorang salesman dan Indra yang bekerja sebagai konsultan teknik, juga 5 orang wanita yang semuanya bekerja sebagai pramugari udara. Putu cepat akrab dengan Herman dan Evi. Herman sering mencurahkan perasaannya kepada Putu, Evi yang dihianati oleh kekasihnya yang bernama Freddy juga sering cerita tentang kekecewaan kepada Putu. Di Jakarta, Putu ikut kursus perbankan untuk menghilangkan kejenuhan. Kursus itu terkesan mewah dengan Mbak Diah sebagai costumer service yang begitu ramah, serta Pak Kartono sebagai instruktur kursusnya. Di sana juga Putu berkenalan dengan Benny seorang ternan kursusnya yang berasal dari Batak. Meskipun tinggal berjauhan dengan Gung Ayu, tapi Putu masih tetap berhubungan lewat surat dengan bantuan Duarsa, ternan Putu sernenjak SMA dan Ratni pelayan Gung Ayu kekasihnya Duarsa. Tapi sayang pacta suatu hari sernada (Bujang-Puri) yang pernah ditolak cintanya oleh Ratni, balas dendarn kepada Ratni dengan cara rnernberikan surat dari Putu untuk Gung Ayu kepada Anak Agung Ngurah Gede. Sehingga Anak Agung Ngurah Gede rnarah besar dan rnengusir Ratni dan Puri. Karena rnalu orang tua Ratni ikut-ikutan rnarah dan rnelarangnya untuk berhubungan lagi dengan Duarsa, sehingga Duarsa kehilangan kontak dengan Gung Ayu. Sedangkan Gung Ayu sendiri dititipkan oleh ayahnya di puri parnannya di Ubud. Pada suatu rnalarn Putu nekat kabur dari rurnah parnannya, karena telah terjadi kesalahpaharnan, Putu tidak tahan akan ornelan parnannya yang terus rnenerus rnernberondong dirinya karena cidera ketika diternpeleng prernan yang pernah dipukulnya karena rnengganggu Beni ternan Putu ketika kursus perbankan. Karena hari sudah sangat rnalarn dan karena rnerasa sangat letih, Putu tertidur di depan gereja hingga rnulai terang dan akhirnya diperternukan dengan Pak Johanes seorang laki-laki yang baik hati yang dengan sukarela rnengajak Putu untuk tinggal di rumahnya. Pak Anes tinggal bersarna istrinya dan anak laki-lakinya yang bernarna Andre, dia rnasih duduk di kelas 2 SMP. Kegiata n Pak Anes sehari-hari rnernbuka bengkel dengan dibantu oleh Sarrnan dan Girnin dua orang pernuda asal Jawa Tengah yang rajin sekali bekerja. Pada suatu rnalarn ke rurnah Pak Anes kedatangan seorang tarnu utusan seorang pengusaha kaya yang sedang rnencari seorang guru tari untuk anak-anaknya. Pak Anes mencoba rnenawarkan pekerjaan itu kepada Putu. Putu rnenerirnanya dengan senang hati. Keesokan harinya Putu diantar Pak Johanes ke rurnah Pak Wijaya, pengusaha kaya yang sedang rnencari guru tari untuk anak-anaknya. Tiba di rurnah rnewah tersebut Putu dan Pak Anes disarnbut hangat oleh Nyonya rumah dan dua anak gadisnya yang rnasih belia. Kakaknya bernarna Laras dan adiknya bernarna Julia. Hari itu juga rnereka rnerninta Putu untuk rnernulai rnengajar rnenari. Mereka sangat bersernangat untuk belajar rnenari. Hari-hari bergulir cepat, kernajuan derni kernajuan rnereka capai. Beberapa tarian yang diajarkan kepada rnereka dapat diserap dalarn waktu yang singkat. Di Bali sering diadakan pesta kesenian Bali yang berlangsung selarna sebulan penuh. Kedua gadis tersebut rnau rnenonton pesta kesenian Bali sekalian rnelihat-lihat keindahan Pulau Dewata tersebut. Mereka rnengajak Putu, tetapi Putu belurn rnernberi jawaban atas ajakannya. Suatu hari ayah datang ke rurnah Pak Anes dengan diantar Putu Duarsa, Paman dan Bibi serta Darsana adik sepupunya, untuk rnenjernput Putu kernbali ke Bali. Walaupun dengan berat hati Putu terpaksa rnenyetujui ajakan ayahnya untuk pulang ke Bali. Sebelurn pulang ke Bali, Putu rnernperkenalkan Duarsa dulu kepada Laras dan Julia, sarnbil mernperlihatkan hasil didikannya selarna ini kepada Duarsa. Selain itu juga Putu berpamitan kepada rnereka bahwa dia akan pulang ke Bali dan berjanji akan rnenjernput rnereka di Bandara Ngurah Rai ketika rnereka jadi pergi ke Bali. Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, Laras dan Julia jadi pergi ke Bali dan dijemput oleh Putu di bandara. Hampur tiap hari Putu mengantar mereka menuju tempat-tempat wisata yang penting yang ada di pulau Bali. Hingga pada suatu hari, tanpa ditemani Julia mereka saling mengatakan perasaan cintanya. Dan pada waktu itu pulalah Putu baru mengetahui bahwa Laras sebenarnya orang Bali yang mempunyai nama Anak Agung Putu Larasati. Ayahnya yang pengusaha kaya itu sebenarnya ayah tirinya yang menikahi ibunya ketika dia masih kecil. Sedangkan ayahnya kawin lagi dengan wanita pilihan orang tuanya dan sekarang tinggal di Bali. Suatu malam Putu kembali latihan menari di Balai Banjar bersama pasangan mainnya, yang kali ini bukan Gung Ayu melainkan Damayanti seorang guru kesenian SMP lulusan Diploma tari yang bersifat superior angkuh cenderung seorang-olah dialah yang paling hebat. Meskipun ada keragu-raguan di hati Putu tentang kembalinya kejayaan se ndratari seperti ketika dia menari berpasangan dengan Gung Ayu, tapi Putu mencoba menjalani latihan sebaik-baiknya. Di pagi yang cerah Ibu Putu menerima tamu yang tak lain adalah Laras yang akan mengajak Putu jalan-jalan, Laras kelihatan sangat gembira. Di tengah perjalan Laras meminta Putu untuk membujuk pemilik toko seni supaya menjuallukisannya yang diinginkan Laras kemarin. Ketika lukisan itu diperlihatkan kepada Putu. Putu sangat terkejut kerena lukisan itu adalah lukisan potret seorang wanita yang mirip Laras. Putu berbincang-bincang panjang lebar dengan pemilik toko seni itu tanpa ditemani Laras. Mengenai riwayat lukisan yang diinginkan Laras dan juga mengenai riwayat hidup masing-masing. Ternyata pemilik toko itu bernama Anak Agung Anom yang tak lain dan bukan adalah ayahnya Anak Agung Putu Larasati alias Laras yang jadi korban perceraian ayah dan ibunya hanya perbedaan kasta. Ketika Laras menghampiri Putu seakan-akan sedang dalam mimpi. Ternyata Laras juga masih keturunan raja. Dan yang paling menggembirakan bagi Putu adalah bahwa ayahnya Laras tidak menentang hubungan mereka, kerena takut anaknya menderita. Sumber: http:jjdinarnurillah7.blogspot.com/ 5d. Dari segi siapakah yang menceritakan cerita dalam novel Sang Penari maka sudut pandang apakah yang digunakannya?

1

0.0

Jawaban terverifikasi

1.Bacalah kutipan drama berikut! Abah: "Kalau cari suami harus yang jelas masa depannya, jangan seperti si Kabayan!" Iteung: "Tapi Kang Kabayan mah baik nyaah sama Iteung." Abah: "Baik? Baik apanya? Kalau memang baik pasti suka ngirim uang, paling sedikit ngirim ikan kesenangan Abah. Ikan gurame!" Ambu: "Abah teh kumaha. Apa-apa selalu saja diukur pakai uang." Tokoh Iteung pada kutipan drama tersebut akan lebih menarik jika menggunakan kostum a. celana panjang dan kaos dengan rambut panjang dibiarkan terurai b. celana panjang dan kaos dengan rambut dikepang dua c. kebaya dan celana panjang dengan rambut dibiarkan terurai d. kebaya dan kain dengan rambut di kepang dua 2.Jo : "Hey, jalan yang bener dong!" (keluar dari mobil) Yuda: (tampak terkejut dan menguasai diri) "Maaf Pak." Jo: (melotot) "Maaf, maaf!" (1) Bapak: "Sudahlah Jo, dia sudah minta maaf kok, lagi pula ayah buru- buru nanti terlambat ke kantor." (cepat menyusul keluar dari mobil) Jo : "Tidak bisa, dia harus diberi pela- jaran!" (nyaris melayangkan tinju) (2) Bapak : "Sabar Jo. (melihat kasihan pada Yuda) "Kau pergilah, Nak!" Yuda : "Terima kasih, Pak!" (3) Bapak "Hey, apa yang kau bawa, Nak?" (heran) "Kamu jual lukisan?" Yuda : "lya Pak, ini lukisan kaca." (4) Bapak: "Sungguh baru kali ini aku melihat lukisan kaca, biasanya saya di rumah memajang lukisan kanvas, lukisan kertas, lukisan bulu, dan lain-lain. Tapi, lukisan ini? Ah ya berapa kamu menjual ini?" Yuda: "Yang mana Pak?" (5) Bapak: "Semuanya. Ah sudah jangan bingung, gini aja gimana kalau lukisan itu saya beli lima juta rupiah." Yuda : "Apa? Lima juta!" (6) Bapak: "Apa kurang?" Yuda : "Cu... kup, Pak." Bukti latar waktu dalam kutipan drama tersebut terdapat pada dialog nomor .... a. (1) b. (3) c. (4) d. (6) 3.Perhatikan penggalan drama berikut! "Dari mana saja kau, Badar? Hari sudah petang tapi kau baru pulang," tanya ayah sambil berkacak pinggang. Dialog tersebut diucapkan dengan nada a. keras sambil bercanda b. marah dan serius c. rendah dan penuh tanya d. penuh kasih sayang 4.Cermati kutipan bacaan berikut! "Mohammad-san inilah rumahku." Toshihiko berkata ketika kami sampai di depan sebuah rumah kayu yang sederhana. Lalu berteriak, "Ibu! Ibu! Inilah tamu yang kita tunggu. Lihatlah, seorang Indonesia yang tersesat di kebun anggur Katsunuma. Bukankah ini suatu kehormatan bagi kita?" Bacaan tersebut termasuk teks fiksi karena a. memiliki unsur tema dan tokoh b. bersifat sistematis berdasarkan fakta yang ada c. narasi dan dialog menggunakan ragam bahasa baku d. menggunakan peribahasa untuk membandingkan suatu hal 5.Perhatikan teks berikut! Perkembangan teknologi informatika dalam satu dekade terakhir mengalami lonjakan luar biasa. Munculnya internet memudahkan setiap orang mendapat akses informasi. Tidak hanya sekadar berita, melalui internet orang bisa ber- jualan, memasang iklan, menikmati musik, dan memungkinkan individu mengetahui berbagai peristiwa secara intensif. Berdasarkan wacana tersebut, istilah yang dapat dideretkan dalam indeks dengan tepat adalah a. akses-individu-informatika-informasi- teknologi b. akses-iklan-individu-intensif-internet C. iklan-individu-informasi-intensif-internet d. individu-informasi-intensif-internet-iklan 6.Perhatikan kutipan indeks berikut! Gaib 8 Ilmu Fisika 7 Ilustrasi 57 Imajinasi 59 Implikasi 54 Magnetis 65 Pengetahuan eksakta 46 Pengetahuan keras 47 Pengetahuan lunak 48 Pengetahuan non-eksakta 45 Berikut ini pernyataan yang tidak benar berdasarkan indeks tersebut adalah a. Di halaman 46, kita dapat mempelajari materi pengetahuan keras. b. Materi tentang implikasi dapat kita jumpai di halaman 54. C. Di halaman 45 kita dapat mempelajari pengetahuan non-eksakta d. Pengetahuan eksakta dapat kita pelajari di halaman 46. *kutipan teks drama berikut untuk soal nomor 7 - 9* (1) Mayor: "Berapa lama lagi aku harus menunggu? Lihat semburat matahari sudah terlihat." (sambil menggebrak meja) (2) Kopral: "Sabarlah sedikit, Pak." (3) Mayor "Jangan ditawar lagi." (4) Kopral: "Apanya, Pak?" (5) Mayor: "Kesabarannya! Sejak kemarin kesabaran saya habis. Sabar itu prinsip. Tidak bisa ditawar- tawar, ngerti?" (6) Kopral: "Kalau begitu kuralat ucapanku tadi." (7) Mayor: "Ya, tapi pertanyaanku belum Bung jawab. Berapa lama lagi? Semburat matahari sudah terlihat tu!" 7.Dialog pada kutipan teks drama tersebut yang berisi kramagung ditandai dengan nomor a. (1) b. (3) c. (4) d. (5) 8.Latar disertai bukti nomor pada kutipan drama tersebut adalah .... a.. siang hari, bukti pada dialog nomor (7) b. menjelang maghrib, bukti pada dialog nomor (5) c.pagi hari, bukti pada dialog nomor (7) d. sore hari, bukti pada dialog nomor (1) 9.Amanat yang sesuai dengan kutipan teks drama tersebut adalah .... a. Kemarahan bukanlah cara penyelesaian masalah yang bijak. b. Seorang bawahan tidak sepatutnya melawan atasan sekalipun untuk membela kebenaran. c. Kita harus lebih banyak bersabar menghadapi apa pun. d. Kita harus mengikuti keinginan atasan walaupun tidak sejalan dengannya. *kutipan drama berikut untuk soal nomor 10-13* Fikri: "Hai sobat. Lho ada apa ini? Kamu kok kelihatan sedih?" Bayu: "Enggak. Perasaan kamu saja." Fikri: "Ayolah... Aku kenal kamu dari kecil. Aku bisa tahu kamu sedih, senang, malas, atau marah? Ayo katakan padaku siapa tahu aku bisa membantu." Bayu: "Kamu ini tau aja. Hari ini hari terakhir aku harus membayar SPP. Bapakku masih di luar kota. Ibuku sakit. Aku bingung harus bagaimana." Fikri :"Kenapa harus bingung. Aku bisa membantumu." Bayu: "Maksudmu?" Fikri: "Ya... membantumu. Aku punya uang tabungan dan cukup untuk membayar SPP mu." Bayu: "Wah... enggak ... enggak ... enggak aku tidak bisa menggunakan uang tabunganmu." Fikri: "Ayolah teman... aku tulus... kapan-kapan kamu dapat mengembalikannya." 10. Tema yang digambarkan pada kutipan drama tersebut adalah a. persahabatan antara kedua orang b. tolong-menolong antarteman yang mem- butuhkan c. persahabatan yang didukung oleh kedua orang tua d. masalah ekonomi keluarga yang tak kunjung reda 11.Tokoh Fikri dalam kutipan drama tersebut memiliki watak a. rendah hati b. tinggi hati c. baik hati d. kecil hati 12. Kutipan drama suasana tersebut menceritakan a. haru b. kaget c. kecewa d. sedih 13.(sambil terpogoh-pogoh masuk kamar tamu, Naja menangis) Naja: "Bu, aku sudah tidak kuat lagi kalau begini." Ibu: "Percayalah, Nak, masalah ini akan segera teratasi. Tuhan Maha Pengatur dan Mahabaik." Naja: "Tapi kapan? Kapan? Aku bosan sudah!" Ibu: "Bersabarlah, Nak. Jika sabar, masalah akan terurai satu per satu." (sambil membelai rambut Naja dengan penuh Kesabaran). Dalam struktur teks drama, kutipan tersebut merupakan bagian .... a. orientasi b. resolusi c. komplikasi d. epilog *kutipan buku berikut untuk soal nomor 14 dan 15* Bumi adalah tempat di mana kita, manusia, dan makhluk hidup lainnya berada. Bumi sering disebut juga sebagai planet biru. Kenapa? Karena bumi kalau dilihat dari luar angkasa terlihat dengan warna dominan biru. Tahukah kamu warna biru bumi yang terlihat dari angkasa raya itu? Itu adalah lautan. Karena sekitar 70% permukaan bumi merupakan lautan yang sangat luas. Sisanya 30% merupakan daratan yang tersusun atas dataran, gunung, dan lembah. Bumi juga dikelilingi oleh lapisan atmosfer yang merupakan pelindung bumi. 14. Teks tersebut tergolong sebagai karya nonfiksi karena .... a. berisi cerita karangan manusia b. bersifat informatif dan berisi kenyataan c. berasal dari imajinasi pengarang d. memiliki makna ganda 15. Inti dari kutipan buku tersebut adalah .... a. memaparkan tentang alam dan kerusakannya b. memaparkan secara detail tentang bumi c. menggambarkan tentang jenis-jenis atmosfer d. menjelaskan jenis-jenis planet 16.Bacalah kutipan teks fiksi berikut! Kehidupan keluarga ini sangat sederhana. Ayah dan Ibu setiap hari membanting tulang di ladang, seolah-olah kepala jadi betis, betis jadi kepala demi beberapa mulut yang harus dipenuhi. Orang tua ini ikhlas bekerja dengan tanggung jawab demi keluarga dan anak-anaknya kelak supaya jadi orang. Tak ada rotan akar pun jadi, begitulah kata orang tua itu. Daya tarik cuplikan teks fiksi tersebut tampak pada..... a. konflik dalam cerita b. latar cerita c. gaya bahasa penulis d. tema cerita 17.Perhatikan cuplikan teks berikut! Perempuan memang paling rentan terhadap anemia, terutama anemia karena kekurangan zat besi. Darah memang sangat penting bagi perempuan. Hal ini terutama pada saat hamil, zat besi itu dibagi dua, yaitu bagi si ibu dan janinnya. Apabila si ibu mengalami anemia, bisa terjadi abortus, lahir prematur, dan juga kematian saat melahirkan. Bahkan, bagi janin, zat besi juga dibutuhkan, terutama juga ada kaitannya dengan kecerdasan. Topik untuk diskusi berdasarkan bacaan tersebut adalah a. manfaat zat besi bagi bayi b. kesehatan ibu dan janin C. anemia sebagai penyakit berbahaya bagi perempuan d. sebab-sebab tingginya kernatian bayi dan anak di Indonesia *indeks berikut untuk soal nomor 18 dan 19* Aliterasi, 89, 93 Amanat, 5, 70 Arbitrer, 3, 65 Artikel, 8, 90 Balada, 25, 75 Drama, 89, 99 Epilog, 34, 36, 74 Fiksi, 3, 25, 90 18. Berdasarkan indeks buku nonfiksi tersebut, kita dapat menemukan istilah epilog di halaman.... a. 3,65 b. 25,75 c. 34, 36, dan 74 d. 3, 25, dan 90 19. Berdasarkan indeks buku tersebut, saat membuka halaman 25 kita dapat menemukan kata .... a. balada dan epilog b. balada dan fiksi c. balada dan drama d. balada

11

1.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Sang Penari Alkisah di Pulau Bali hiduplah seorang pemuda desa yang bernama Putu. Dia hidup bahagia di tengah keluarga yang sederhana. Ayahnya bernama I. Jagra yang menjabat sebagai Ketua Adat yang sangat disegani dan dihormati oleh segenap warga kampung. Ibunya seorang wanita yang bijaksana. Dia juga punya seorang adik perempuan bernama Santi. Dia salah seorang dari pencetus gagasan berdirinya perkumpulan kesenian, yang berhasil menciptakan sebuah tontonan yang menjadi salah satu objek pariwisata. Selain itu Putujuga memerankan tokoh utama cerita sendratari berpasa ngan dengan Anak Agung Ayu Prami yang lebih dikenal dengan nama Gung Ayu, seorang gadis cantik Putri Anak Agu ng Ngrurah Gede, putri seorang bangsawan keturunan langsung dari raja-raja yang pernah bertakhta di Puri. Hubungan antara Putu dengan Gung Ayu bukan sekedar pasangan menari saja tapi mereka sudah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai. Tapi hubungan cinta mereka ditentang oleh ayah mereka karena perbedaan kasta. Ayah Gung Ayu melarang putrinya untuk menari dan mengancam Putu supaya tidak berhubungan lagi dengan putrinya. Sedangkan ayah Putu tidak segan-segan menyuruh anaknya untuk pergi ke Jakarta dan tinggal bersama pamannya yang bernama Pak Made. Di tengah perjalan me nuju Jakarta Putu bertemu dengan seorang calon wartawati yang bernama Netty. Netty seorang gadis yang berpenampilan menarik murah senyum. Tiba di Jakarta Putu di sambut hangat oleh Pak Made, paman dan bibinya serta adik sepupunya yang bernama Darsana yang baru duduk di kelas 6 SD. Selain paman dan bibinya serta adik sepupunya, di rumah pamannya yang mungil juga tinggal 2 orang laki-laki bernama Mas Herman seorang salesman dan Indra yang bekerja sebagai konsultan teknik, juga 5 orang wanita yang semuanya bekerja sebagai pramugari udara. Putu cepat akrab dengan Herman dan Evi. Herman sering mencurahkan perasaannya kepada Putu, Evi yang dihianati oleh kekasihnya yang bernama Freddy juga sering cerita tentang kekecewaan kepada Putu. Di Jakarta, Putu ikut kursus perbankan untuk menghilangkan kejenuhan. Kursus itu terkesan mewah dengan Mbak Diah sebagai costumer service yang begitu ramah, serta Pak Kartono sebagai instruktur kursusnya. Di sana juga Putu berkenalan dengan Benny seorang ternan kursusnya yang berasal dari Batak. Meskipun tinggal berjauhan dengan Gung Ayu, tapi Putu masih tetap berhubungan lewat surat dengan bantuan Duarsa, ternan Putu sernenjak SMA dan Ratni pelayan Gung Ayu kekasihnya Duarsa. Tapi sayang pacta suatu hari sernada (Bujang-Puri) yang pernah ditolak cintanya oleh Ratni, balas dendarn kepada Ratni dengan cara rnernberikan surat dari Putu untuk Gung Ayu kepada Anak Agung Ngurah Gede. Sehingga Anak Agung Ngurah Gede rnarah besar dan rnengusir Ratni dan Puri. Karena rnalu orang tua Ratni ikut-ikutan rnarah dan rnelarangnya untuk berhubungan lagi dengan Duarsa, sehingga Duarsa kehilangan kontak dengan Gung Ayu. Sedangkan Gung Ayu sendiri dititipkan oleh ayahnya di puri parnannya di Ubud. Pada suatu rnalarn Putu nekat kabur dari rurnah parnannya, karena telah terjadi kesalahpaharnan, Putu tidak tahan akan ornelan parnannya yang terus rnenerus rnernberondong dirinya karena cidera ketika diternpeleng prernan yang pernah dipukulnya karena rnengganggu Beni ternan Putu ketika kursus perbankan. Karena hari sudah sangat rnalarn dan karena rnerasa sangat letih, Putu tertidur di depan gereja hingga rnulai terang dan akhirnya diperternukan dengan Pak Johanes seorang laki-laki yang baik hati yang dengan sukarela rnengajak Putu untuk tinggal di rumahnya. Pak Anes tinggal bersarna istrinya dan anak laki-lakinya yang bernarna Andre, dia rnasih duduk di kelas 2 SMP. Kegiata n Pak Anes sehari-hari rnernbuka bengkel dengan dibantu oleh Sarrnan dan Girnin dua orang pernuda asal Jawa Tengah yang rajin sekali bekerja. Pada suatu rnalarn ke rurnah Pak Anes kedatangan seorang tarnu utusan seorang pengusaha kaya yang sedang rnencari seorang guru tari untuk anak-anaknya. Pak Anes mencoba rnenawarkan pekerjaan itu kepada Putu. Putu rnenerirnanya dengan senang hati. Keesokan harinya Putu diantar Pak Johanes ke rurnah Pak Wijaya, pengusaha kaya yang sedang rnencari guru tari untuk anak-anaknya. Tiba di rurnah rnewah tersebut Putu dan Pak Anes disarnbut hangat oleh Nyonya rumah dan dua anak gadisnya yang rnasih belia. Kakaknya bernarna Laras dan adiknya bernarna Julia. Hari itu juga rnereka rnerninta Putu untuk rnernulai rnengajar rnenari. Mereka sangat bersernangat untuk belajar rnenari. Hari-hari bergulir cepat, kernajuan derni kernajuan rnereka capai. Beberapa tarian yang diajarkan kepada rnereka dapat diserap dalarn waktu yang singkat. Di Bali sering diadakan pesta kesenian Bali yang berlangsung selarna sebulan penuh. Kedua gadis tersebut rnau rnenonton pesta kesenian Bali sekalian rnelihat-lihat keindahan Pulau Dewata tersebut. Mereka rnengajak Putu, tetapi Putu belurn rnernberi jawaban atas ajakannya. Suatu hari ayah datang ke rurnah Pak Anes dengan diantar Putu Duarsa, Paman dan Bibi serta Darsana adik sepupunya, untuk rnenjernput Putu kernbali ke Bali. Walaupun dengan berat hati Putu terpaksa rnenyetujui ajakan ayahnya untuk pulang ke Bali. Sebelurn pulang ke Bali, Putu rnernperkenalkan Duarsa dulu kepada Laras dan Julia, sarnbil mernperlihatkan hasil didikannya selarna ini kepada Duarsa. Selain itu juga Putu berpamitan kepada rnereka bahwa dia akan pulang ke Bali dan berjanji akan rnenjernput rnereka di Bandara Ngurah Rai ketika rnereka jadi pergi ke Bali. Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, Laras dan Julia jadi pergi ke Bali dan dijemput oleh Putu di bandara. Hampur tiap hari Putu mengantar mereka menuju tempat-tempat wisata yang penting yang ada di pulau Bali. Hingga pada suatu hari, tanpa ditemani Julia mereka saling mengatakan perasaan cintanya. Dan pada waktu itu pulalah Putu baru mengetahui bahwa Laras sebenarnya orang Bali yang mempunyai nama Anak Agung Putu Larasati. Ayahnya yang pengusaha kaya itu sebenarnya ayah tirinya yang menikahi ibunya ketika dia masih kecil. Sedangkan ayahnya kawin lagi dengan wanita pilihan orang tuanya dan sekarang tinggal di Bali. Suatu malam Putu kembali latihan menari di Balai Banjar bersama pasangan mainnya, yang kali ini bukan Gung Ayu melainkan Damayanti seorang guru kesenian SMP lulusan Diploma tari yang bersifat superior angkuh cenderung seorang-olah dialah yang paling hebat. Meskipun ada keragu-raguan di hati Putu tentang kembalinya kejayaan se ndratari seperti ketika dia menari berpasangan dengan Gung Ayu, tapi Putu mencoba menjalani latihan sebaik-baiknya. Di pagi yang cerah Ibu Putu menerima tamu yang tak lain adalah Laras yang akan mengajak Putu jalan-jalan, Laras kelihatan sangat gembira. Di tengah perjalan Laras meminta Putu untuk membujuk pemilik toko seni supaya menjuallukisannya yang diinginkan Laras kemarin. Ketika lukisan itu diperlihatkan kepada Putu. Putu sangat terkejut kerena lukisan itu adalah lukisan potret seorang wanita yang mirip Laras. Putu berbincang-bincang panjang lebar dengan pemilik toko seni itu tanpa ditemani Laras. Mengenai riwayat lukisan yang diinginkan Laras dan juga mengenai riwayat hidup masing-masing. Ternyata pemilik toko itu bernama Anak Agung Anom yang tak lain dan bukan adalah ayahnya Anak Agung Putu Larasati alias Laras yang jadi korban perceraian ayah dan ibunya hanya perbedaan kasta. Ketika Laras menghampiri Putu seakan-akan sedang dalam mimpi. Ternyata Laras juga masih keturunan raja. Dan yang paling menggembirakan bagi Putu adalah bahwa ayahnya Laras tidak menentang hubungan mereka, kerena takut anaknya menderita. Sumber: http:jjdinarnurillah7.blogspot.com/ 5f. Tuliskan nilai-nilai atau amanat yang terkandung dalam novel Sang Penari!

1

0.0

Jawaban terverifikasi

Kisah Seorang Nelayan dan Kehidupan di Desa Desa kecil ini terletak di Semenanjung Minahasa Selatan. Desa ini menyimpan begitu banyak memori dalam benak orang-orang yang pernah berdiam di desa tersebut dalam kurun waktu yang relatif Iama, seperti saya. Begitu juga bagi mereka yang baru mengunjunginya meski hanya sebentar. Desa itu dinamai Lopana. Sore itu, saya tiba dari Amerika dengan satu keinginan kuat yang tak tertahankan lagi, yaitu untuk kembali mengunjungi desa tempat ibu saya dilahirkan, Lopana. Dari Kota Manado, saya memerlukan waktu 45 menit hingga 1 jam untuk sampai di Lopana. Itu tentu kalau jalanan tidak macet. Perjalanan menuju Lopana memang selalu mendebarkan. Kita harus melewati jalanan panjang nan berliku. Di beberapa Iokasi, terlihat jurang yang sangat dalam, bukit yang begitu tinggi, dan lereng yang amat terjal berkelok-kelok. Pohon kelapa (nyiur melambai) terlihat mendominasi tanaman di sepanjang jalan. Kalau ke Desa Sonder didominasi tanaman cengkih maka ke Lopana pohon kelapalah rajanya. Saya sangat menikmati perjalanan itu walaupun cuaca tak terlalu mendukung. Mendung dan gerimis. Ini menjadikan pemandangan mata saya terbatas dan kamera pun lebih banyak diistirahatkan saja. Tiga puluh menit perjalanan, kita sudah sampai di sekitar Desa Matani. Di desa ini. jalanan mulai lurus dan tak terlihat satu kelokan sekalipun. Di sebelah kanan jalan terlihat hamparan tanaman padi yang begitu luas. Konon, di tempat inilah letak Bandara Samratutangi akan dipindahkan. Desa Tumpaan adalah desa berkutnya setelah Matani. Setelah Tumpaan. baru sampailah kita di Desa Lopana. Tujuan saya berlibur kali ini adalah untuk menghilangkan kepenatan hidup dan sibuknya suasana perkotaan. Edy Sang Nelayan dl Lopana Mayoritas penduduk Lopana memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Hal ini dikarenakan desanya berada tepat di tepi pantai. Memasuki Desa Lopana, bila kita datang dari arah Manado. terlihat sangat jelas kekontrasannya. Di sebelah kiri jalan tampak jelas daerah perbukitan dan perkebunan. tempatnya bagi para petani. Sementara itu, di sebelah kanan jalan terlihat laut membiru yang begitu dekat. Indah tempatnya para nelayan bekerja demi sesuap nasi. Demi hidup keluarga serta pendidikan anak-anak. Ada seorang lelaki paruh baya. sebut saja namanya Edy, orang yang menemani saya selama didesa itu. Dari Edy saya mendapat banyak centa tentang kehidupan di Desa Lopana masa kini. la sendki adalah salah satu contoh warga desa yang senantiasa berharap suatu ketika nanti, hidup dan kehidupan mereka akan lebih baik lagi. Kesejahteraan hidup akan meningkat walau beberapa saja. Edy sekarang bekerja sebagai seorang nelayan. Tadinya ia adalah seorang petani. la menanam rica (rawit). Tetapi, pengolahan lahan tanaman rawitnya masih sangat sederhana. la menyiram rawit yang ia tanam dengan menimba ai di sumur dengan bermodalkan dua buah ember. Bayangkan saja, berapa puluh kali ia harus botak-balik menimba air tersebut untuk menyirami seluruh tanaman rawit miliknya di kala musim kemarau tiba. Bahkan. jarak antara sumur dan lahan rawitnya lumayan jauh. Nah, setelah cukup gagal dengan bercocok tanam rawit ia alih profesi menjadi 'kuli panjar. Ya, ia mencari nafkah dengan memanjat pohon kelapa milik para petani kelapa besar dan menerima upah harian. Namun sayangnya, usia Edy tidaklah muda terus. Kini ia bertambah tua, dengan sendirinya staminanya juga sudah mulai berk urang. Tenaganya tidak sekuat dahulu lagi. "Sekarang kita so tako ja nae pohong kalapa tinggi (sekarang saya sudah takut memanjat pohon kelapa yang tinggi); demikianlah ia bertutur ketika saya tanya kenapa tidak lagi themanjat pohon kelapa. la mengakui bahwa usianya tidak muda lagi dan itu membuatnya takut berada di ketinggian. Banyak hal yang membuatnya harus berpikir panjang merrpertahankan profesi 'kuli panjar-nya itu. Menyiasati kehilangan pekerjaan, Edy pun secara kreatif berpindah lokasi. Kini seluruh upaya penghidupan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ia gantungkan dad profesi barunya. Menjadi nelayan. Bermodalkan sebuah perahu sema-sema dan sebuah perahu motor pinjaman, ia kini sudah beralih dari petani, kuli, kemudian menjadi nelayan. Setiap subuh ia sudah keluar rumah. Baru kembali setelah mentari sudah mulai memasuki peraduannya. Kadang kala, ia keluar rumah melaut pada sore menjelang malam dan baru kembali menjelang subuh. Tak menentu. Tergantung musim dan keadaan, juga tergantung kesehatan tubuhnya yang tentu saja semakin menua. Menurut Edy, sudah setahun lebih ia menjadi seorang nelayan. Sebuah pekenaan yang ia yakini amat mulia. Benar. Hasil ikan yang ia dapatkan setiap hari memberi hidup bagi keluarganya dan memen uhi kebutuhan pasar ikan di lopana. yang dengan sendirinya tentu saja memberi hidup bagi warga Lopana lainnya. Tak pelak lagi. ia menekuni peiterjaannya itu dengan motivasi tinggi dan penuh ucapan syukur. Sore itu, dengan tubuh yang hanya dibalut celana pendek dan kaos tanpa lengan, Edy mengajak saya menuju pantai. Tubuhnya tedihat masih kekar. dengan kulit yang semakin berwarna cokelat karena dibakar terik matahari terus-menerus. Hari itu ia sengaja mengambil 'cuti melaut' demi menemani saya mengeliingi kampung. Kami berjalan beriringan di tepian pantai. la menjelaskan panjang lebarbahwa banyak sekak warga kamputg yang terus berganti profesi seiring dengan tuntutan hidup yang semakin menggila. Harga-harga naik tak menentu. Saya juga melihat di beberapa lokasi pinggir pantai ada banyak gerobak sapi diparkir di sana. Bahkan. ada truk-truk berukuran besar. Melihat mata saya memandang penuh tanda Tanya, sebelum perta nyaan keluar dari mulut saya. Edy sudah terlebia dahulu menjelaskan. "Oh iyo, skarang dorang so ganti profesi menjadi penjual paser (Iya, sekarang mereka-mereka itu sudah ganti profesi menjadi penjual pasir)." Ternyata meletusnya Gunung Soputan beberapa tahun yang lalu memben rezekiterserwan bagi warga sekitar. Banyak sekati pasir gunung yang hanyut melalui sungai menuju pantai. Di sana, pasir-pasir itu menumpuk. Warga pun menjadikannya sebagai 'proyek sementara'. Setiap hari ada saja warga yang bolak-balik dengan gerobak maupun mobil untuk mengambi pasir-pasir tersebut danakan menjualnya lagi. Menunitnya, hasi darijualan pasir lebih banyak daripada beroocok tanam kecil-kecilan. Makanya jangan heran kalau ada banyak orang yang mengangkut pasir di tepian Pantai Lopana. KeNdupan Tolong-menolong di Kampung Ternyata. centa tentang betapa kuatnya ikatan tolong-menolong di Desa Lopana bukan isapan jempol semata. Hampir di setiap rumah yang saya singgahi kala itu. saya akan terus-menerus ditawari makanan. Entah itu makanan berat.seperti nasi dan lauk-pauknya, juga makanan ringan sejenis kue-kue khas Lopana. Tawaran mereka bukan sekadar basa-basi. Kalau menawarkan sesuatu, pasti sesuatunya itu ada, bukan hanya 6 mulut. Satu hal yang pasti, tanpa memandang itu keluarga cukup berada atau yang miskin sekalipun, mereka akan tetap menawari Anda makan bila singgah di rumah mereka. Apa pun itu. Di mata mereka, tamuadatah seseorang yang mesti ditayani sebak mungkin. "Torang nyanda mungkin mo kaseh biar... malu torang kalu nyanda kaseh apa-apa,” demikian seorang ibu tua bilang ke saya. Artinya. Kita tidak mungkin untuk tidak melayani tamu matu kita sebagai tuan rumah kalau tidak memberikan apa-apa. Ada lagi kebiasaan menoolok lainnya yang semakin membuka mata saya. Di desa seperti ini, tingkat kekeluargaan dan persaudaraan masih begitu diperhitungkan. Ambil contoh, dalam kehidupan mereka masih ada istilah 'pinjam api’ atau ‘minta bara'. Tetangga lain yang memilikinya pasti akan memberikan dengan senang hati. Artinya, mereka masih sangat suka menolong dan sangat senang memberi. Tetangga yang lidak punya api di dodika (tungku perapian). mereka dapat memintanya ke tetangga sebetah tanpa perlu takut akan diomeli dan dimarahi. Memberi kehidupan bagi mereka adalah seperti membagikan berkat. Berkat yang dibagkan pasti akan mendatangkan kebahagiaan melimpah. Hal itu karena kebahagiaan yang tidak dibagikan ke orang lain, ke tetangga sebelah. ke siapa pun d luar sana misalnya, ku bukanlah kebahagiaan yang sejati. Dari kehidupan di Desa Lopana, saya belajar banyak hal. Mulai dari semangat juang yang amat tinggi dalam mencari kehidupan. daya juang yang tidak main-main, misalnya dari kisah seorang Edy, sampai kepada keluasan hati untuk memberi dan menolong sesama dariwarga Lopana. Dua minggu di sana. seakan-akan saya mendapati kembali apa artinya hidup dan menghidupkan orang lain (sesama kita). Sepertinya saya menemukan kembali 'rasa' yang sulit atau mungkin tidak pernah lagi saya jumpai di kota besar. Namun, kemesraan itu temyata harus cepat berlalu. Dua minggu liburan sudah usai. Kaki ini harus kembali meninggalkan jalan sunyi pedesaan menuju jalan ramai perkotaan. Tetapi, semua kenangan indah itu pasti akan seialu membekas di hati ini. Semoga mata air kehidupan pedesaan itu dapat saya bawa ke kota besar tempat saya tinggal. Meskipun hari-hari ini semakin terlihat bahwa nilai tulus persaudaraan dan kemanusiaan, serta nilai-nilai kepedulian sudah mulai memudar, saya masih akan tetap untuk terus berharap serta percaya bahwa nitai-nilai itu tetap ada di hati orang-orang dekat saya. di lingkungan saya. bahkan di hati pemimpin-pemimpin negeri ini. Semoga. Sumber: Michael Sendow dalam https://www.kompasiana.com 5. Apa saja nilai-nilai yang telah memudar di perkotaan?

1

0.0

Jawaban terverifikasi

Baca dan amatilah dengan saksama teks di bawah ini. Hoegeng Imam Santoso lahir pada 14 Oktober 1921 di Pekalongan, Jawa Tengah. Ia merupakan sulung dari tiga bersaudara, putra pasangan Soekarjo Kario Hatmodjo, seorang jaksa, dan Oemi Kalsoem. Kedua orang tua Hoegeng masih berkerabat dengan lbu Kardinah, adik pahlawan nasional R.A. Kartini. Sebagai anak yang terlahir dari kalangan elite, Hoegeng tidak mengalami banyak kesulitan dalam menuntut ilmu, dari SO sampai perguruan tinggi. Saat di AMS, pendidikan setingkat SMA di Yogyakarta, ia mengambil jurusan A2, dengan pelajaran mayornya bahasa dan sastra Barat. Kebetulan Hoegeng tipe orang yang mudah mempelajari bahasa. Karena menikmati jurusan yang dipilihnya, ia dapat menguasai banyak bahasa asing. Kemahirannya berbahasa asing ternyata sangat membantu menjalankan tugasnya di kemudian hari, yaitu saat harus berhubungan dengan tentara Belanda atau Sekutu lainnya pada Perang Kemerdekaan. Selama menimba ilmu di Yogya, ia juga mengasah bakatnya dalam bermain musik, khususnya musik Hawaian. Bermain musik baginya bukan sekadar menyalurkan hobi, melainkan untuk mencari tambahan uang saku. Bersama grupnya, ia suka manggung di dekat alun-alun dengan honor 25 gulden sekali main. Ia juga menjual suara di Radio Mataram, Radio NIROM (milik pemerintah Belanda), dan sekali-sekali diundang orang hajatan. Saat mengisi acara di radio NIROM, ia menggunakan nama samaran Hoegy agar mudah diterima di kalangan Belanda. Meski keluarganya tidak berkekurangan, setiap bulan ia hanya mendapat jatah kiriman sebesar tujuh setengah gulden. Selama bersekolah di AMS, ia aktif di berbagai kegiatan dan banyak bersahabat. Setamat AMS, Hoegeng melanjutkan kuliah ke RHS di Batavia, Jakarta. Sebagai keturunan priayi, sebenarnya keluarga berharap Hoegeng masuk sekolah calon pejabat pemerintah (pamong praja). Pendidikan Hoegeng di RHS tidak selesai karena keburu ditutup sehubungan datangnya tentara Jepang. Ia pun memutuskan kembali ke kampung halaman. Sebagai pengisi waktu senggang, ia berniaga kecil-kecilan. Bersama sahabatnya, ia berdagang keliling buku pelajaran berbahasa Jepang dengan sepeda sampai kota tetangga, Pati dan Semarang. Hoegeng mengawali karier di bidang polisi dengan mengikuti kursus yang diselenggarakan Kantor Polisi Keresidenan Pekalongan. Awalnya, ia hanya coba-coba dan sekadar mengisi waktu kosong. Namun, ternyata keputusan mengikuti kursus tersebut menjadi momentum penting. lnilah titik awal perjalanan hidup Hoegeng dalam menapaki karier di bidang kepolisian, yang pada akhirnya membesarkan namanya. Di awal kariernya sebagai polisi, pikiran Hoegeng sempat goyah dan ingin mencoba profesi lain. Namun, kariernya justru semakin kuat setelah mengikuti pendidikan kader tinggi kepolisian di Sukabumi. Tidak sampai dua tahun, ia mengalami kenaikan pangkat empat kali, dari pangkat Minarai Junsabucho menjadi Kei Bun Ho I (Aiptu). Ia juga sempat tergoda meniti karier di AL. Namun, Hoegeng pada akhirnya menyadari panggilan jiwa yang sebenarnya setelah pada suatu kesempatan bertemu dengan Kepala Kepolisian Negara (sekarang Kapolri) R.S. Soekanto. Dengan kebapakan, Soekanto mengajak Hoegeng kembali ke jajaran kepolisian. Wejangan Soekanto demikian membekas di hati, dan Hoegeng pun berketetapan hati kembali ke dunia kepolisian. Meski hanya sesaat menjadi anggota AL, ada peristiwa penting dalam kehidupan Hoegeng. Pada masa ini ia bertemu dengan penyiar radio RRI Yogya bernama Merry yang kemudian menjadi istrinya. Mereka menikah pada 31 Oktober 1946, saat Hoegeng masih berstatus anggota AL. Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School di Amerika Serikat. Sekembalinya dari penugasan belajar itu, dia dipercaya menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminal Kantor Polisi Sumatra Utara (1956) di Medan. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus menanjak. Di sana, dia menjabat Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi. Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepol isian Negara (sekarang Kapolri). Ada kisah menarik kala Hoegeng ditugaskan sebagai Kabareskrim Sumatra Utara. Saat baru turun dari kapal di dermaga Belawan, seseorang yang mengaku utusan kelompok pengusaha Tiongkok mengatakan bahwa rumah dan mobil sudah tersedia. Namun, Hoegeng memiliki firasat buruk di balik pemberian itu. Tawaran menggiurkan ditolak secara halus dan ia meminta barang tersebut disimpan saja. Akan tetapi, cukong-cukong itu merasa keadaan ini gawat karena kedatangan Hoegeng saat itu untuk "membersihkan" Kota Medan. Mereka pun tidak menyerah begitu saja. Ketika Hoegeng hendak memasuki rumah dinasnya yang baru, di dalam sudah penuh dengan berbagai barang perlengkapan, seperti piano, kulkas, radio, kursi tamu, dan sebagainya yang masih berupa barang mewah waktu itu. Hoegeng sontak memerintahkan barang-barang misterius itu segera dikeluarkan dari rumahnya karena barang inventaris negara akan dimasukkan. Sampai tenggang waktu yang ditentukan, barang itu tidak diambil juga. Hoegeng lalu menyuruh ajudan dan kuli mengeluarkan dan meletakkan barang tersebut begitu saja di tepi jalan i depan rumah. Meski sempat tergoda dan merasa sayang, Hoegeng ingat amanah almarhum ayahnya untuk bersikap jujur dan memilih untuk tidak mengkhianati sumpah jabatan sebagai penegak hukum. Meski tidak tahu siapa pengirimnya, Hoegeng paham tujuan pengiriman barang itu. Hoegeng menyadari ia ditugaskan di Medan untuk "membersihkan" kota itu dari maraknya bisnis ilegal, yaitu perjudian dan penyelundupan. Bisnis itu dimodali oleh "Cina Medan" dan disokong banyak oknum tentara dan kepolisian. Selama kepemimpinan Hoegeng sebagai Kapolri, banyak terjadi reformasi di tubuh kepolisian. Hoegeng melakukan pembenahan struktur organisasi di tingkat Mabes Polri menjadi lebih dinamis dan komunikatif. Ia juga mengubah nama pimpinan polisi dan markas besarnya, Panglima Angkatan Kepolisian Rl (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian Rl (Kapolri). Selama menjabat sebagai Kapolri, ada dua kasus besar dan berat yang berhasil ia selesaikan. Kedua kasus itu adalah perkara Sum Kuning yang menggegerkan masyarakat Yogyakarta dan perihal penyelundupan mobil mewah bernilai miliaran rupiah. Tanpa gentar, Hoegeng membongkar dan mengusut kasus-kasus itu, meski ia tahu risiko dari keberaniannya karena ada petinggi-petinggi negeri terlibat. Bahkan, rumor yang beredar menyatakan bahwa penyelundupan mobil mewah itu melibatkan kerabat keluarga RI 1. Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng sebagai Kapolri. Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri pada usia 49 tahun, saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran kepolisian. Kabar pencopotan itu d iterima Hoegeng secara mendadak. Setelahnya, Hoegeng ditawari menjadi duta besar di sebuah negara di Eropa, tetapi ia menolak karena merasa dirinya seorang polisi dan bukan politisi. Hidup pada masa pensiun orang pertama di kepolisian dengan pangkat tinggi mestinya menyenangkan, seperti banyak dialami pejabat zaman sekarang. Namun, hal itu tidak dialami Hoegeng. Semua barang inventaris yang ia gunakan selama bertugas langsung dikembalikan ke negara begitu selesai sertijab. Hanya rumah kecil nan sederhana di kawasan Menteng yang selama ini menjadi rumah dinasnya karena memang ia belum memiliki rumah sendiri. Dengan uang pensiun yang sangat kecil, Hoegeng menafkahi keluarganya. Untunglah Hoegeng sudah membiasakan keluarganya hidup sederhana. Untuk menopang ekonomi keluarga, mantan Kapolri itu menekuni hobi lamanya yaitu bermain musik dan melukis. Atas kebaikan Kapolri penggantinya, rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta pusat pun bisa menjadi milik keluarga Hoegeng. Beberapa Kapolda pun berpatungan membeli mobil Kingswood, satu-satunya mobil yang ia miliki. Hoegeng meninggal dunia dalam usia 83 tahun. Sebagai mantan pejuang, ia mestinya dimakamkan di taman makam pahlawan. Namun, konon sesuai wasiatnya ia memilih diistirahatkan di pemakaman keluarga. (Diolah dari berbagai sumber) Apakah yang istimewa dalam silsilah keluarga Pak Hoegeng?

2

4.0

Jawaban terverifikasi