Reva N

28 September 2024 14:45

Iklan

Reva N

28 September 2024 14:45

Pertanyaan

nilai nilai pancasila tak bisa hanya berjuang pada level wacana namun harus diaktualisasikan pada level praksis, mengapa demikian? jelaskan!

nilai nilai pancasila tak bisa hanya berjuang pada level wacana namun harus diaktualisasikan pada level praksis, mengapa demikian? jelaskan!

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

01

:

20

:

21

:

38

Klaim

1

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Rendi R

Community

29 September 2024 22:59

Jawaban terverifikasi

<p>Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila tidak bisa hanya berhenti pada level wacana, atau sebatas dibicarakan dan diperdebatkan. Untuk menjawab pertanyaan Anda mengapa nilai-nilai Pancasila harus diaktualisasikan pada level praksis, ada beberapa alasan yang perlu dijelaskan:</p><p>1. <strong>Nilai-Nilai Pancasila adalah Pedoman Hidup Bermasyarakat</strong></p><ul><li>Pancasila mencerminkan nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman bagi setiap warga negara dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Jika nilai-nilai tersebut hanya berhenti pada tataran wacana, maka pedoman ini tidak akan memiliki dampak positif pada kehidupan masyarakat.</li></ul><p>2. <strong>Wacana Tanpa Tindakan Tidak Memberikan Perubahan</strong></p><ul><li>Berbicara tentang Pancasila tanpa mengaktualisasikan dalam tindakan nyata tidak akan menghasilkan perubahan yang berarti dalam masyarakat. Nilai-nilai seperti keadilan sosial dan persatuan hanya akan menjadi ideal yang abstrak jika tidak diwujudkan dalam bentuk kebijakan, perilaku, dan keputusan yang nyata. Untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan adil, tindakan nyata yang berlandaskan Pancasila sangat diperlukan.</li></ul><p>3. <strong>Implementasi Nilai Pancasila Menjaga Stabilitas Sosial dan Kebangsaan</strong></p><ul><li>Di tengah tantangan global dan lokal, aktualisasi Pancasila di level praksis membantu menjaga stabilitas sosial dan kebangsaan. Misalnya, prinsip persatuan Indonesia (sila ketiga) harus diwujudkan dalam kerukunan antar kelompok masyarakat, suku, dan agama. Hal ini penting agar potensi konflik dapat diredam, dan masyarakat tetap bersatu dalam menghadapi berbagai persoalan nasional.</li></ul><p>4. <strong>Aktualisasi di Level Praksis Memperkuat Identitas Nasional</strong></p><ul><li>Pancasila sebagai identitas nasional harus terlihat dalam tindakan sehari-hari masyarakat Indonesia. Jika nilai-nilai Pancasila tidak diterapkan secara praktis, identitas ini bisa memudar, terutama di tengah pengaruh budaya luar dan perubahan sosial yang cepat. Oleh karena itu, nilai-nilai seperti gotong royong, musyawarah, dan keadilan sosial harus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, agar identitas kebangsaan tetap kuat.</li></ul><p>5. <strong>Menghindari Ketimpangan Antara Idealisme dan Realita</strong></p><ul><li>Jika Pancasila hanya dijadikan wacana tanpa praksis, akan ada ketimpangan antara idealisme Pancasila dan realita yang dihadapi oleh masyarakat. Ini bisa menciptakan ketidakpuasan sosial, terutama jika masyarakat merasakan bahwa nilai-nilai seperti keadilan sosial tidak diterapkan secara nyata dalam kebijakan atau kehidupan sehari-hari. Aktualisasi Pancasila dalam bentuk kebijakan yang adil dan merata, misalnya, bisa membantu mengurangi kesenjangan sosial.</li></ul><p>6. <strong>Membentuk Generasi yang Berkarakter Pancasila</strong></p><ul><li>Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari penting untuk membentuk karakter generasi muda. Pendidikan Pancasila bukan hanya tentang teori, tetapi juga tentang bagaimana generasi muda dapat menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan nyata mereka. Jika Pancasila hanya diwacanakan tanpa dilatih untuk diaplikasikan, maka generasi selanjutnya mungkin tidak akan menghargai dan melanjutkan nilai-nilai luhur ini.</li></ul><p>Kesimpulan:</p><p>Pancasila bukan hanya sebuah ideologi yang dijadikan dasar negara, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata (praksis). Nilai-nilai Pancasila harus tercermin dalam perilaku, kebijakan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia untuk menciptakan keadilan, persatuan, dan kesejahteraan yang diidamkan. Wacana tanpa praksis tidak akan membawa dampak nyata dan hanya akan mengaburkan tujuan Pancasila sebagai dasar negara yang hidup dan berkembang dalam realitas sosial.</p>

Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila tidak bisa hanya berhenti pada level wacana, atau sebatas dibicarakan dan diperdebatkan. Untuk menjawab pertanyaan Anda mengapa nilai-nilai Pancasila harus diaktualisasikan pada level praksis, ada beberapa alasan yang perlu dijelaskan:

1. Nilai-Nilai Pancasila adalah Pedoman Hidup Bermasyarakat

  • Pancasila mencerminkan nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman bagi setiap warga negara dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Jika nilai-nilai tersebut hanya berhenti pada tataran wacana, maka pedoman ini tidak akan memiliki dampak positif pada kehidupan masyarakat.

2. Wacana Tanpa Tindakan Tidak Memberikan Perubahan

  • Berbicara tentang Pancasila tanpa mengaktualisasikan dalam tindakan nyata tidak akan menghasilkan perubahan yang berarti dalam masyarakat. Nilai-nilai seperti keadilan sosial dan persatuan hanya akan menjadi ideal yang abstrak jika tidak diwujudkan dalam bentuk kebijakan, perilaku, dan keputusan yang nyata. Untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan adil, tindakan nyata yang berlandaskan Pancasila sangat diperlukan.

3. Implementasi Nilai Pancasila Menjaga Stabilitas Sosial dan Kebangsaan

  • Di tengah tantangan global dan lokal, aktualisasi Pancasila di level praksis membantu menjaga stabilitas sosial dan kebangsaan. Misalnya, prinsip persatuan Indonesia (sila ketiga) harus diwujudkan dalam kerukunan antar kelompok masyarakat, suku, dan agama. Hal ini penting agar potensi konflik dapat diredam, dan masyarakat tetap bersatu dalam menghadapi berbagai persoalan nasional.

4. Aktualisasi di Level Praksis Memperkuat Identitas Nasional

  • Pancasila sebagai identitas nasional harus terlihat dalam tindakan sehari-hari masyarakat Indonesia. Jika nilai-nilai Pancasila tidak diterapkan secara praktis, identitas ini bisa memudar, terutama di tengah pengaruh budaya luar dan perubahan sosial yang cepat. Oleh karena itu, nilai-nilai seperti gotong royong, musyawarah, dan keadilan sosial harus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, agar identitas kebangsaan tetap kuat.

5. Menghindari Ketimpangan Antara Idealisme dan Realita

  • Jika Pancasila hanya dijadikan wacana tanpa praksis, akan ada ketimpangan antara idealisme Pancasila dan realita yang dihadapi oleh masyarakat. Ini bisa menciptakan ketidakpuasan sosial, terutama jika masyarakat merasakan bahwa nilai-nilai seperti keadilan sosial tidak diterapkan secara nyata dalam kebijakan atau kehidupan sehari-hari. Aktualisasi Pancasila dalam bentuk kebijakan yang adil dan merata, misalnya, bisa membantu mengurangi kesenjangan sosial.

6. Membentuk Generasi yang Berkarakter Pancasila

  • Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari penting untuk membentuk karakter generasi muda. Pendidikan Pancasila bukan hanya tentang teori, tetapi juga tentang bagaimana generasi muda dapat menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan nyata mereka. Jika Pancasila hanya diwacanakan tanpa dilatih untuk diaplikasikan, maka generasi selanjutnya mungkin tidak akan menghargai dan melanjutkan nilai-nilai luhur ini.

Kesimpulan:

Pancasila bukan hanya sebuah ideologi yang dijadikan dasar negara, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata (praksis). Nilai-nilai Pancasila harus tercermin dalam perilaku, kebijakan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia untuk menciptakan keadilan, persatuan, dan kesejahteraan yang diidamkan. Wacana tanpa praksis tidak akan membawa dampak nyata dan hanya akan mengaburkan tujuan Pancasila sebagai dasar negara yang hidup dan berkembang dalam realitas sosial.


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

jelaskan yang dimaksud hubungan antarkelompok termasuk jenis hubungan apabila dilihat dari segi subjeknya!

1

0.0

Jawaban terverifikasi

[1] Gaya hidup sedentari alias kurang gerak atau mager (malas gerak) adalah masalah yang sering dialami oleh penduduk perkotaan. [2] Bekerja di depan layar komputer sepanjang hari, kelamaan terjebak macet di jalan,atau hobi main gim tanpa diimbangi olahraga merupakan bentuk dari gaya hidup sedentari. [3] Jika Anda termasuk salah satu orang yang sering melakukan berbagai rutinitas tersebut, Anda harus waspada. [4] Pasalnya, gaya hidup sedentari sangat berbahaya karena membuat Anda berisiko terkena diabetes tipe 2. [5] Gaya hidup sedentari menyebabkan masyarakat, terutama penduduk kota, malas bergerak. [6] Coba ingat-ingat, dalam sehari ini, sudah berapa kali Anda dalam menggunakan aplikasi online untuk memenuhi kebutuh Anda? [7] Selain itu, tilik juga berapa banyak langkah yang sudah Anda dapatkan pada hari ini? [8] Seiring dengan pengembangan teknologi yang makin canggih, apa pun yang Anda butuhkan kini bisa langsung diantar ke ruangan kantor Anda atau depan rumah. [9] Selain hemat waktu, Anda pun jadi tak perlu mengeluarkan energi untuk mendapatkan apa yang Anda mau. [10] Namun, tahukah Anda bahwa segala kemudahan tersebut menyimpan bahaya bagi tubuh Anda? [11] Minimnya aktifitas fisik karena gaya hidup ini membuatmu berisiko lebih tinggi terkena berbagai penyakit kronis, termasuk diabetes. [12] Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa gaya hidup ini juga termasuk 1 dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. [13] Selain itu, data terbaru dari Riskedas 2018 menguak bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi dengan tingkat diabetes melitus tertinggi di Indonesia. [14] Ini menunjukkan bahwa gaya hidup mager amat erat kaitannya dengan tingkat diabetes di perkotaan. Bentuk bahasa yang sejenis dengan mager pada kalimat 1 adalah.... a. magang b. oncom c. rudal d. pugar

9

5.0

Jawaban terverifikasi