Sayaka N

01 Juli 2024 09:34

Iklan

Sayaka N

01 Juli 2024 09:34

Pertanyaan

lbu guru membagikan buku untuk lima siswa berprestasi sesuai dengan buku favorit mereka. Hanya tersedia satu buah untuk setiap jenis buku. Berikut ini adalah jenis buku favorit tiap siswa. Tira menyukai karnus dan buku agama, Sinta menyukai buku sains. kamus, agama, dan sastra. Reni menyukai buku agama saja. Qila menyukai buku agama dan sastra. Putri menyukai buku sains, agama, sastra, dan sejarah. Buku yang hams dibcrikan kepada Tita adalah (A) sains (B) sastra (C) kamus (D) sejarah (E) agama

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

10

:

15

:

52

Klaim

0

0


Empty Comment

Belum ada jawaban 🤔

Ayo, jadi yang pertama menjawab pertanyaan ini!

Mau jawaban yang cepat dan pasti benar?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Temukan jawabannya dari Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Identitas Buku Judul : Sang Pemimpi Penulis : Andrea Hirata Penerbit : PT Bentang Pustaka Halaman : x + 292 Halaman Cetakan : ke-14, Januari 2008 Jenis Sampul : Soft Cover Dimensi(L x P) : 130x205mm Kategori : Petualangan Harga : Rp 40.000 Text : Bahasa Indonesia ISBN : 979-3062-92-4 Keterangan novel: Andrea Hirata, lahir di Belitong. Meskipun kuliah utamanya Ekonomi, ia amat menggemari pelajaran IPA seperti Fisika , Biologi, Kimia, Astronomi, dan tentu saja Sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sekarang ia tengah mengejar mimpinya untuk tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya. Andrea berpendidikan Ekonomi di Universitas Indonesia.Ia mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Universite de Paris , Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan lulus cumlaude. Tesis itu telah di adaptasi ke dalam bahasaindonesia dan merupakan buku Teori Ekonimi Telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Saat ini Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom Indonesia. Novel ini bercerita tentang tiga orang pemimpi, Ikal, Arai dan Jimbron. Setelah tamat SMP mereka melanjutkan ke SMA Bukan Main, di sinilah perjuangan me-reka dimulai. Ikal adalah salah satu dari anggota Laskar Pelangi.Sementara Arai yang merupakan saudara sepupu Ikal yang sudah yatim piatu sejak SD tinggal di rumah Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah dan Ibu Ikal. Kemudian Jimbron, anak angkat seorang pendeta karena yatim piatu juga sejak kecil. Namun, pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan jimbron, malah mengantarkan Jimbron menjadi muslim yang taat. Arai dan Ikal begitu pintar di sekolahnya, sedangkan Jimbron, si penggemar kuda ini biasa-biasa saja. Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Sedangkan lkal dan Arai selalu menjadi lima dan tiga besar. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan belajar ke Sorbonne Perancis . Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia, kepala sekolahnya, yang selalu meyebutnyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi kuli ngambat mulai pukul dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan ketiga pemuda itu. Mati-matian menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun kalau di logika, tabungan mereka tidak akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa optimisme Arai tak terbantahkan. Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, Bogor tepatnya. Sedangkan jimbron lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan lkal sampai di Ferancis, maka jiwa jimbron pun akan selalu bersama mereka . Berbula-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, lkal diterima menjadi tukang sortir (tukang Fos) , dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi Ul. Dan setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan biasiswa 52 ke Eropa . Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya sampai lah pada pertandingan untuk memperebutkan 15 besar. Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujinya begitu terpukau dengan proposal riset yang diajukan lkal, meskipun hanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang sortir, tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selesai, siapa yang menyangka, kejutan yang luar biasa. Arai pun ikut dalam wiwancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua dipertemukan dalam suatu forum yang begitu indah dan terhormat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudah direncanaknnya bertahun-tahun. Ternyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan Biologi. Tidak kalah dengan lkal, proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat untuk menghasilkan teori baru. Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika ada surat datang, mereka berdebar-debar membuka isinya. Fengumuman penerima Beasiswa ke Eropa . Arai begitu sedih karena dia sangat merindukan kedua orang tuanya . Arai sangat ingin membuka kabar itu bersama orang yang sangat dia rindukan. Kegelisahan dimulai. Baik Arai maupun lkal, keduanya tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu. Setelah dibuka , hasilnya adalah Ikal diterima di Universitas Sorbone , Francis . Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai, inilah jawaban dari mimpi-mimpi mereka. Keduanya sama-sama lulus beasiswa kuliah di Francis. Dalam novel ini terdapat cukup banyak majas. Salah satunya adalah majas paradox yang terdapat pada halaman 30, "aku ingin tertawa sekeras-kerasnya , tapi aku juga ingin menangis sekeras-kerasnya". Dalam novel ini pula, penulis tidak sekedar merangkai cerita tapi juga berusaha menyuntikan inspirasi kepada kembaca lewat kisah-kisah menyentuh. juga motivasi untuk bangkit. Simak kutipan berikut, "Arai melangkah menuju depan bak truk. la berdiri tegak di sana serupa orang yang berdiri di hidung haluan kapal. Felan-pelan ia melapangkan kedua lengannya dan membiarkan angin menerpa wajahnya. la tersenyum penuh semangat. Agaknya ia juga bertekad memerdekakan dirinya dari duka mengharu biru yang membelenggunya seumur hidup. la telah berdamai dengan kepedihan dan siap menantang nasibnya." Selain itu dalam novel ini kita diajak bersemangat menjalani hidup. Dibuktikan dengan kutipan berikut, "Seperti ucapannya padaku : Tanpa mimpi dan semangat orang seperti kita akan mati." Atau kutipan berikut, "Pak Belia mengakhiri sessionsore dengan menyentak semangat kami. 'Bangkitkah, wahai Para Pelopor!! Fekikkan padaku kata-kata yang menerangi gelap gulita rongga dadamu! Kata-kata yang memberimu inspirasi!!" Pada sisi lainya juga pembaca disuguhkan pemahaman pentingnya kerja keras," setiap pukul dua pagi, berbekal sebatang bamboo, kami sempoyongan memikul berbagai jenis makhluk laut yang sudah harus tersaji di meja pualam stanplat pada pukul lima, sehingga pukul enam sudah bisa diserbu ibu-ibu." Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang dideskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar yang memlatarbelakangi pada setiap adegan demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain dari pada novel ini yaitu kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat. Selain itu banyak nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam novel ini. Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hanya penggunaan bahasa kiasan yang cukup banyak, sehingga bagi pembaca awam cukup kesulitan memahaminya. (Sumber: http://pri towindiarto.blogspot.co.id/2013108/hritih-novel-sang-pemimipil6.html dan http:..dolwmen.t ips!download/l in h!resensi-novel-sang-pemimpi dengan pengubahan) 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! a. lnformasi apakah yang kalian dapatkan dari tanggapan novel tersebut?

1

0.0

Jawaban terverifikasi

Pelajaran-Pelajaran Para Pelaku: 1. Sang Pemuda 2. Sepuluh orang pemuda berpakaian seragam Panggung menggambarkan sebuah ruang yang luas, tidak ada perlengkapan apa-apa. Kekosongan ruang itu menampilkan suatu situasi: nganga yang menentang, nganga yang mencemooh, bahkan nganga yang menuntut suatu nilai yang bakal diberikan oleh para pemain nantinya. Situasi demikian itu menjadi sumber inspirasi munculnya para pemain nantinya. (Sepuluh orang pemuda, yang berpakaian seragam, masuk berbaris seperti tentara. Sesudah mereka berjalan di tempat, barisan itu memecah menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas lima orang. Satu kelompok menuju ke kanan, satunya menuju samping kiri. Secara bersama-sama mereka membungkuk. Secara bersama-sama pula mereka mengucapkan salam, "Selamat pagi, Pak. Selamat siang, Bu. Selamat sore semuanya." Kemudian mereka kembali menjadi statis, menampilkan kehadiran seperti patung-patung.) (Dua orang petugas perlengkapan masuk membawa sebuah knap, menempatkannya di tempat kedua kelompok manusia-manusia patung itu.) Pemuda : (Seorang pemuda dengan pakaian rapi, lengkap dengan sepatu yang rapi, dua bolpoin merah dan hitam di saku bajunya yang putih, masuk ke panggung dengan cara berjalan yang berlagak gagah. Ia menjinjing buku setumpuk, yaitu buku-buku pelajaran sekolah. Sesampainya di depan knap, ia menempatkan diri sejajar dengan kelompok itu, menghadang ke arah yang sama pula dengan mereka. Pemuda itu berdiri tegak dan tegap.) (Kedua kelompok manusia patung membungkuk bersama, sambil berkata secara bersama-sama pula, "Selamat pagi, Pak. Selamat siang, Bu. Selamat sorelah semuanya.") Pemuda : "Selamat pagi. Terima kasih." (Pemuda itu lalu menempatkan buku-bukunya di knap.) "Nah, sekarang mulai dengan pelajaran-pelajaran." (Kedua kelompok manusia patung lalu berjalan urut ke depan pemuda, kemudian duduk mendengarkan kata-katanya.) Pemuda : "Bagus. Terpujilah engkau generasi baru, yang dapat mewarisi disiplin yang baik." (Menatap arloji, mengerutkan dahi.) "Tepat saatnya kita ucapkan Panca Prasetia Siswa." (Kelompok manusia patung lalu berdiri dengan tegap. Salah seorang di antara mereka menghadap si Pemuda, menjadi wakil kelompok.) Pemuda: (Memberikan secarik kertas.) Wakil : (Menerima kertas tersebut, kemudian membacanya dengan keras.) "Satu: Kami siswa-siswa SMTA bersemangat satu, berkesetiaan satu, bercita-cita satu." Kelompok : (Menirukan) Wakil : "Dua: Kami siswa-siswa SMTA ber-Tuhan satu." Kelompok : (Menirukan) Wakil : "Tiga: Kami siswa-siswa SMTA bejalan pada rel satu." Kelompok : (Menirukan) Wakil : "Empat: Kami siswa-siswa SMTA berkepribadian satu." Kelompok : (Menirukan) Wakil : "Lima: Kami siswa-siswa SMTA adalah satu, dan bakal tetap menjadi satu." Kelompok : (Menirukan) Wakil : (Kembali ke barisannya) Pemuda : "Pelajaran yang kedua, kita mengenangkan dan merenungkan serta mendoakan arwah nenek moyang kita. Mulai ... cukup." (Pemuda memberi istirahat agar kelompok manusia patung duduk dengan tenang.) Pemuda : "Pelajaran ketiga untuk pagi ini adalah mengingat peraturan-peraturan sekolah kita. Satu: pakaian seragam, tidak boleh merokok, tidak boleh memakai narkoba, tidak boleh pacaran, tidak boleh membaca buku-buku porno, tidak boleh pakai sandal. Kedua: harus ada izin setiap tidak masuk, harus menghormati guru, harus menurut kata-kata guru. Ya?!" Kelompok : (Memandang sang Pemuda.) Pemuda : (Memberi aba-aba seperti seorang dirigen.) Kelompok : (Serentak) "Yaaaaaa." Pemuda : "Nah, ini namanya satu bahasa. Jadi, tidak dua bahasa." Kelompok : (Memandang Lagi kepada sang Pemuda.) Pemuda : (Memberi aba-aba) Kelompok : (Berkata bersama) "Bukaaaaan." Pemuda : "Hebat. Pelajaran Budi Pekerti dimulai. Semua telinga dipersiapkan." Kelompok : (Meraba-raba telinganya sendiri secara bersama-sama.) Pemuda : "Generasi kalian tengah mengalami dekadensi moral. Banyak yang ngebut, banyak yang merokok, banyak yang tidak disiplin. Oleh karena itu, kalian harus menjauhi mereka yang suka ngebut, agar kalian tidak kena pengaruh. Kalian harus berjalan di atas satu rel, agar sampai pada kebahagiaan, tidak hanya di dunia saja, tetapi juga di akhirat nanti. Mengapa begitu?" Kelompok : (Diam) Pemuda : "Mengapa?" Kelompok : (Berkata bersama) "Mengapa?" Pemuda : "Jadi kalian juga tidak mengerti bahwa begitu itu adalah, apa ... sebabnya ... a ... aa ... dekadensi moral, apa itu subversi kebudayaan ... ? Tidak ?" Kelompok : "Tidaaaak." Pemuda : "Bagus. Saya juga tidak mengerti itu. Kita punya buku-buku peraturan." (Mengambil buku yang teratas) "Di sini dikatakan bahwa di negara-negara Barat telah timbul dekadensi moral. Dan kita kena pengaruhnya." (Mengambil buku kedua) "Di sini dikatakan yang dimaksudkan orang-orang Hippies itu, bahwa mereka menunggu maut sambil menghabiskan waktunya." (Mengambil buku ketiga) "Di sini dikatakan, kita harus membangun. Dengar?" Kelompok : "Dengaaaar." Pemuda : "Ya, membangun." Kelompok : "Membanguuuun." Pemuda : "Membangun itu tidak hanya membangun gedung saja, tetapi juga membangun mental." Kelompok : "Mental." Pemuda : "Di samping bahaya dekadensi moral, ada lagi bahaya lain, ialah bahaya teroris." Kelompok : "Bahaya teroris." Pemuda : (Mengambil buku keempat) "Di sini dikatakan membendung bahaya itu. Dengan apa?" Kelompok : "Dengan apaaaa?" Pemuda : "Dengan apa?" Kelompok : "Dengan apaaaa?" Pemuda : "Saya bertanya." Kelompok : "Saya bertanya." Pemuda : "Dengan bertoleransi." Kelompok : "Dengan bertoleransi." Pemuda : "Hebat." Kelompok : "Hebaaaat." Pemuda : "Di samping itu, kita harus ingat sejarah Majapahit." Kelompok : "Majapahit." Pemuda : "Gajah Mada ." Kelompok : "Gajah Mada ." Pemuda : "Baik." Kelompok : "Baik." Pemuda : "Cukup." Kelompok : "Cukup." Pemuda : (Mengambil buku kelima) "Pelajaran lanjutannya. A, i, u, e, o." Kelompok : "A, i, u, e, o." Pemuda : "En , i, en , i, ... ni-ni." Kelompok : "En, i, en , i, ... ni-ni." Pemuda : "Bagus." Kelompok : "Bagus." Pemuda : (Menata buku) Kelompok : (Berdiri, berjalan ke samping kanan dan kiri, lalu berkata) "Selamat pagi, Pak. Selamat siang, Bu. Selamat sorelah semuanya." Pemuda : (Pergi membawa buku-buku.) (Dua orang petugas perlengkapan masuk, mengambil knap, membawanya pergi.) Kelompok berbaris berkeliling dua kali sambil berkata, "A, i, e, u, e, i, ni-ni. A, i, u, e, o, ni-ni." Mereka menuju ke luar panggung. Tinggal seorang yang masih berkeliling sendirian. Semakin lama dia berjalan semakin cepat, sambil terus berkata, "i, u, e, o, ni-ni." Ia berputar, berpusingan, lalu rebah. Sesaat kemudian ia bangkit, memandang berkeliling. Ruangan kosong menganga, menantang arti. Lalu ia berteriak lantang: "Siapa aku?" (Diadaptasi dari naskah drama "Pelajaran-Pelajaran " karya Bakdi Soemanto) 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar! a. Adakah unsur satiris atau humor dalam drama tersebut? Jelaskan!

1

5.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Identitas Buku Judul : Sang Pemimpi Penulis : Andrea Hirata Penerbit : PT Bentang Pustaka Halaman : x + 292 Halaman Cetakan : ke-14, Januari 2008 Jenis Sampul : Soft Cover Dimensi(L x P) : 130x205mm Kategori : Petualangan Harga : Rp 40.000 Text : Bahasa Indonesia ISBN : 979-3062-92-4 Keterangan novel: Andrea Hirata, lahir di Belitong. Meskipun kuliah utamanya Ekonomi, ia amat menggemari pelajaran IPA seperti Fisika , Biologi, Kimia, Astronomi, dan tentu saja Sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sekarang ia tengah mengejar mimpinya untuk tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya. Andrea berpendidikan Ekonomi di Universitas Indonesia.Ia mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Universite de Paris , Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan lulus cumlaude. Tesis itu telah di adaptasi ke dalam bahasaindonesia dan merupakan buku Teori Ekonimi Telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Saat ini Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom Indonesia. Novel ini bercerita tentang tiga orang pemimpi, Ikal, Arai dan Jimbron. Setelah tamat SMP mereka melanjutkan ke SMA Bukan Main, di sinilah perjuangan me-reka dimulai. Ikal adalah salah satu dari anggota Laskar Pelangi.Sementara Arai yang merupakan saudara sepupu Ikal yang sudah yatim piatu sejak SD tinggal di rumah Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah dan Ibu Ikal. Kemudian Jimbron, anak angkat seorang pendeta karena yatim piatu juga sejak kecil. Namun, pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan jimbron, malah mengantarkan Jimbron menjadi muslim yang taat. Arai dan Ikal begitu pintar di sekolahnya, sedangkan Jimbron, si penggemar kuda ini biasa-biasa saja. Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Sedangkan lkal dan Arai selalu menjadi lima dan tiga besar. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan belajar ke Sorbonne Perancis . Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia, kepala sekolahnya, yang selalu meyebutnyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi kuli ngambat mulai pukul dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan ketiga pemuda itu. Mati-matian menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun kalau di logika, tabungan mereka tidak akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa optimisme Arai tak terbantahkan. Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, Bogor tepatnya. Sedangkan jimbron lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan lkal sampai di Ferancis, maka jiwa jimbron pun akan selalu bersama mereka . Berbula-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, lkal diterima menjadi tukang sortir (tukang Fos) , dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi Ul. Dan setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan biasiswa 52 ke Eropa . Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya sampai lah pada pertandingan untuk memperebutkan 15 besar. Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujinya begitu terpukau dengan proposal riset yang diajukan lkal, meskipun hanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang sortir, tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selesai, siapa yang menyangka, kejutan yang luar biasa. Arai pun ikut dalam wiwancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua dipertemukan dalam suatu forum yang begitu indah dan terhormat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudah direncanaknnya bertahun-tahun. Ternyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan Biologi. Tidak kalah dengan lkal, proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat untuk menghasilkan teori baru. Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika ada surat datang, mereka berdebar-debar membuka isinya. Fengumuman penerima Beasiswa ke Eropa . Arai begitu sedih karena dia sangat merindukan kedua orang tuanya . Arai sangat ingin membuka kabar itu bersama orang yang sangat dia rindukan. Kegelisahan dimulai. Baik Arai maupun lkal, keduanya tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu. Setelah dibuka , hasilnya adalah Ikal diterima di Universitas Sorbone , Francis . Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai, inilah jawaban dari mimpi-mimpi mereka. Keduanya sama-sama lulus beasiswa kuliah di Francis. Dalam novel ini terdapat cukup banyak majas. Salah satunya adalah majas paradox yang terdapat pada halaman 30, "aku ingin tertawa sekeras-kerasnya , tapi aku juga ingin menangis sekeras-kerasnya". Dalam novel ini pula, penulis tidak sekedar merangkai cerita tapi juga berusaha menyuntikan inspirasi kepada kembaca lewat kisah-kisah menyentuh. juga motivasi untuk bangkit. Simak kutipan berikut, "Arai melangkah menuju depan bak truk. la berdiri tegak di sana serupa orang yang berdiri di hidung haluan kapal. Felan-pelan ia melapangkan kedua lengannya dan membiarkan angin menerpa wajahnya. la tersenyum penuh semangat. Agaknya ia juga bertekad memerdekakan dirinya dari duka mengharu biru yang membelenggunya seumur hidup. la telah berdamai dengan kepedihan dan siap menantang nasibnya." Selain itu dalam novel ini kita diajak bersemangat menjalani hidup. Dibuktikan dengan kutipan berikut, "Seperti ucapannya padaku : Tanpa mimpi dan semangat orang seperti kita akan mati." Atau kutipan berikut, "Pak Belia mengakhiri sessionsore dengan menyentak semangat kami. 'Bangkitkah, wahai Para Pelopor!! Fekikkan padaku kata-kata yang menerangi gelap gulita rongga dadamu! Kata-kata yang memberimu inspirasi!!" Pada sisi lainya juga pembaca disuguhkan pemahaman pentingnya kerja keras," setiap pukul dua pagi, berbekal sebatang bamboo, kami sempoyongan memikul berbagai jenis makhluk laut yang sudah harus tersaji di meja pualam stanplat pada pukul lima, sehingga pukul enam sudah bisa diserbu ibu-ibu." Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang dideskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar yang memlatarbelakangi pada setiap adegan demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain dari pada novel ini yaitu kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat. Selain itu banyak nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam novel ini. Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hanya penggunaan bahasa kiasan yang cukup banyak, sehingga bagi pembaca awam cukup kesulitan memahaminya. (Sumber: http://pri towindiarto.blogspot.co.id/2013108/hritih-novel-sang-pemimipil6.html dan http:..dolwmen.t ips!download/l in h!resensi-novel-sang-pemimpi dengan pengubahan) c. Sebutkan kelebihan novel tersebut!

31

4.0

Jawaban terverifikasi

Biografi R.A. Kartini R.A. Kartini mempunyai nama lengkap Raden Ajeng Kartini DjojoAdhiningrat, ia lahir pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan seorang bupati Jepara kala itu. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Lahir dari keluarga yang berpengaruh membuat R.A. Kartini memperoleh pendidikan yang baik. Kartini pun diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini Kartini belajar bahasa Belanda. Akan tetapi, setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena harus dipingit. Kebiasaan dan adat kala itu, wanita yang mempunyai umur yang cukup harus tinggal di rumah dan dipingit, R.A. Kartini lalu terpaksa memendam keinginan untuk sekolah tinggi. Untuk mengisi waktu luangnya karena dipingit, R.A. Kartini lantas gemar untuk membaca. Ia banyak membaca buku dan surat kabar berbahasa Belanda. R.A. Kartini pernah tercatat membaca buku karya Louis Couperus yang berjudul De Stille Kraacht karya Van Eeden, Augusta de Witt roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek, dan sebuah roman anti-perang karangan Bertha Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Dengan banyak membaca, pemikiran Kartini pun semakin luas. Kartini mulai membandingkan keadaan wanita barat dan wanita Indonesia. Selain membaca, R.A. Kartini juga gemar menulis. Tulisan R.A. Kartini pernah dimuat di De Hollandsche Lelie, sebuah majalah terbitan Belanda. Bahkan, beliau sempat akan mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda karena tulisan-tulisan hebatnya. Sejak itulah R.A. Kartini mulai tertarik untuk memajukan perempuan pribumi. Dalam pikirannya, kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah kala itu. Beliau ingin memajukan wanita Indonesia. Hal ini dapat dimulai dari faktor pendidikan. Untuk itu, beliau mendirikan sekolah bagi gadis–gadis di Jepara. Muridnya hanya berjumlah sembilan orang yang terdiri dari kerabat atau keluarga. Selain pendidikan, Kartini juga menaruh perhatian pada masalah sosial yang terjadi. Menurutnya, seorang wanita perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum. Tidak ada sebuah diskriminasi jenis kelamin. Cita-cita mulia R.A. Kartini adalah ia ingin melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar seperti halnya sekarang ini. Selain itu, ia juga mengharapkan persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Hal ini disampaikannya melalui surat untuk teman-temannya di Belanda, salah satunya adalah Rosa Abendanon, sahabat yang banyak mendukungnya. Untuk kehidupan rumah tangganya, R.A. Kartini menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang, atas keputusan dan pilihan ayahnya pada saat itu. Untunglah, setelah menikah suaminya mengerti keinginan dan cita-cita Kartini hingga diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini dikenal sebagai Gedung Pramuka. Dari pernikahannya, Kartini dianugerahi satu orang anak laki- laki yang lahir pada tanggal 13 September 1904 dan diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat. Namun yang menyedihkan, selang beberapa hari pasca melahirkan, Kartini tutup usia pada tanggal 17 September 1904. Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Beliau dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Sepeninggal R.A. Kartini, J.H. Abendanon sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A. Kartini. Dari sana, disusunlah buku yang berjudul ‘Door Duisternis tot Licht’ dan diterjemahkan dengan judul “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” yang terbit pada tahun 1911. Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan kelima disertakan semua surat-surat yang ditulis oleh Kartini. Melalui publikasi pemikirannya tersebut, R.A. Kartini mulai banyak dikenal. Pemikiran-pemikiran Kartini pun mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat- suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini. (Sumber: http://lppks.kemdikbud.go.id/id/kabar/r-a-kartini-sang-pelopor-kebangkitan-perempuan-pribumi dengan pengubahan) 2. Tentukan struktur permasalahan atau peristiwa penting pada teks biografi tersebut.

3

5.0

Jawaban terverifikasi