Kita sering mendengar tentang politik devide et impera. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan politik devide et impera? Bagaimana pula penerapan dan akibatnya?

Jawabannya, adalah strategi untuk menguasai suatu kelompok dengan cara memecah belah kelompok menjadi bagian yang lebih kecil. Yuk simak pembahasannya! Devide et impera disebut juga dengan politik adu domba dan politik pecah belah. Devide et impera adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil, supaya kelompok tersebut lebih mudah untuk ditaklukan dan dilumpuhkan. Penerapannya dilakukan dengan cara menyebar fitnah atau menghasut salah satu atau sebagian anggota kelompok supaya kontra dengan anggota yang lain. Ketika sebagian anggota sudah terhasut dan kontra, maka akan diberi dukungan untuk melawan. Contohnya pada peristiwa Sultan Haji melawan Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Haji saat itu dihasut oleh pihak Belanda untuk merebut kekuasaan dari Sultan Ageng Tirtayasa. Ketika sudah terhasut, Belanda memberikan penawaran untuk membantu Sultan Haji, namun dengan berbagai syarat yang tentunya akan menguntungkan Belanda. Politik devide et impera ini berhasil, karena Sultan Haji berhasil menggulingkan Sultan Ageng Tirtayasa, namun Sultan Haji juga menjadi raja boneka oleh Belanda. Belanda berhasil menguasai Banten saat itu. Akibat dari devide et impera adalah, mudah dikuasainya suatu kelompok oleh pihak yang menerapkan devide et impera. Kedua, kekuatan suatu kelompok menjadi melemah karena sudah terpecah-pecah. Ketiga, terjadi perang saudara antara kelompok yang terpecah. Dengan demikian, devide et impera adalah strategi untuk menguasai suatu kelompok dengan cara memecah belah kelompok menjadi bagian yang lebih kecil.