Salsabilla R

15 Juni 2022 14:20

Iklan

Salsabilla R

15 Juni 2022 14:20

Pertanyaan

kerajaan mataram kuno jawa tengah terdiri atas dua wangsa yang berbeda agama, yakni wangsa sanjaya bergama hindu dan wangsa sailendra beragama buddha. kedua wangsa tersebut awalnya saling bersaing satu sama lain dan berkonflik, namun pada masa kepemimpinan rakai pitakan terjalinlah hubungan yang baik antara wangsa sanjaya dengan adanya pernikahan antara rakai pitakan dengan putri pramodhawardhani. dalam hal ini, pelajaran yang dapat dipetik adalah ...

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

01

:

07

:

02

:

10

Klaim

1

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

N. Bella

Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Malang

20 Juli 2022 03:46

Jawaban terverifikasi

Jawaban yang tepat terkait pelajaran yang dapat dipetik adalah toleransi merupakan sebuah keniscayaan di tengah kehidupan masyarakat Nusantara yang penuh keberagaman. Terdapat dua dinasti yang pernah berkuasa di tanah Jawa yaitu dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra. Kemudian dinasti tersebut berakhir pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (770-792 M), yang kemudian beralih ke pendamping Wangsa Syailendra. Rakai Panangkaran adalah penguasa Jawa dari kerajaan Kalingga yang merupakan keturunan Ratu Shima. Perkawinan Pramodhawardani dan Rakai Pikatan adalah salah satu momen dimana kedua keluarga tersebut dapat bersatu. Dalam mempersatukan dua wangsa tersebut memiliki dampak positif terhadap toleransi beragama antara pemeluk agama Hindu dan agama Buddha. Setelah Pramodhawardani resmi bertakhta sejak 833 M, didampingi Rakai Pikatan, nuansa toleransi beragama semakin terasa. Pramodhawardani mengizinkan sang suami merintis dibangunnya candi-candi Hindu di wilayah kekuasaan kerajaannya. Rakai Pikatan siap membantu pembangunan candi-candi umat Buddha, selain itu Rakai Pikatan menyumbang pembangunan candi-candi Buddha tersebut kedalam wilayah Plaosan, dekat Prambanan. Penyatuan dua kepercayaan berbeda tersebut dapat terjadi karena adanya jiwa toleransi yang tinggi dan saling menghargai keputusan kepercayaan masing-masing. Semboyan yang tepat melambangkan peristiwa tersebut adalah semboyan Bhineka Tunggal Ika, walau berbeda-beda tetapi tetap satu. Jadi, pelajaran yang dapat dipetik adalah toleransi merupakan sebuah keniscayaan di tengah kehidupan masyarakat Nusantara yang penuh keberagaman.


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Apakah benar NIBKD dan MBKS dibentuk guna menghadapi kekuatan Belanda? Jelaskan!

86

5.0

Jawaban terverifikasi