Agustina R

27 Agustus 2025 13:09

Iklan

Agustina R

27 Agustus 2025 13:09

Pertanyaan

Kementerian Perindustrian menginformasikan, kebutuhan garam nasional pada 2022 berdasarkan Neraca Garam, yaitu 4,5 juta ton. Jumlah tersebut terdiri atas kebutuhan industri pengolahan sebesar 3,7 juta ton dan konsumsi 800 ribu ton. baik untuk rumah tangga maupun komersial Berdasarkan teks informasi, tantangan yang dihadapi oleh industri pengolahan garam nasional adalah .... a. persiapan tenaga kerja industri pengolahan garam b. pemenuhan permintaan garam tanpa impor c. pengembangan teknologi pengolahan garam d. perencanaan jangka waktu produksi garam

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

19

:

51

:

26

Klaim

4

2


Iklan

Fathan F

28 Agustus 2025 11:00

<p>B. Karena alasan yang paling memdasar pada tenaga nasional adalah adanya campur tangan impor luar negeri,&nbsp;</p><p>Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, peran pedagang garam nasional adalah berupaya memenuhi permintaan yang tinggi pada masyarakat Indonesia terhadap kebutuhan Garam tahun 2022.</p>

B. Karena alasan yang paling memdasar pada tenaga nasional adalah adanya campur tangan impor luar negeri, 

Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, peran pedagang garam nasional adalah berupaya memenuhi permintaan yang tinggi pada masyarakat Indonesia terhadap kebutuhan Garam tahun 2022.


Iklan

Rafva A

18 September 2025 12:51

<p>Jawabannya B</p><p>Dikarenakan kita dapat memperkirakan bagaimana kondisi pasokan dalam negeri dalam ketersediaan garam tersebut. Seperti yang kita ketahui kebutuhan masyarakat dalam artian masy.komersil maupun masyarakat konsumen rumah tangga sangatlah luas dimana secara matematis:</p><p>3,7 juta ton + 800 ribu = 4,5 juta ton&nbsp;</p><p>Sedangkan hasil produksi oleh negara kita adalah 4,5 juta ton dimana ini menjadi ironi.</p><p>Dengan asas kelangkan apabila (kebutuhan masyarakat makin bertambah seiring berjalannya waktu maka jumlah alat pemuas kebutuhan berkurang).&nbsp;</p><p>Agar memenuhi kebutuhan tersebut sebanyak± 4,5 juta ton (diprediksi meningkat). Perlu adanya kebijakan impor-ekspor yang dapat memenuhi tuntutan masyarakat dalam suatu negara. Untuk mengatasinya permintaan garam yang meluap.</p><p>&nbsp;</p>

Jawabannya B

Dikarenakan kita dapat memperkirakan bagaimana kondisi pasokan dalam negeri dalam ketersediaan garam tersebut. Seperti yang kita ketahui kebutuhan masyarakat dalam artian masy.komersil maupun masyarakat konsumen rumah tangga sangatlah luas dimana secara matematis:

3,7 juta ton + 800 ribu = 4,5 juta ton 

Sedangkan hasil produksi oleh negara kita adalah 4,5 juta ton dimana ini menjadi ironi.

Dengan asas kelangkan apabila (kebutuhan masyarakat makin bertambah seiring berjalannya waktu maka jumlah alat pemuas kebutuhan berkurang). 

Agar memenuhi kebutuhan tersebut sebanyak± 4,5 juta ton (diprediksi meningkat). Perlu adanya kebijakan impor-ekspor yang dapat memenuhi tuntutan masyarakat dalam suatu negara. Untuk mengatasinya permintaan garam yang meluap.

 


Mau jawaban yang terverifikasi?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Strategi Ekonomi Indonesia Atasi Dampak Covid-19 [...] Selain sedang berusaha menghadapi penyebaran virus corona di dalam negeri, Indonesia tidak dapat lepas dari dinamika perekonomian global. Seperti diketahui semua negara saat ini juga masih fokus menangani wabah Covid-19 yang pada akhirnya mengganggu kepercayaan investor, sektor pariwisata/travel, supply chain dan pasar keuangan. Prospek pelemahan ekonomi global tersebut diperparah lagi dengan kecenderungan pelemahan harga minyak mentah global. Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Komite Stabiltas Sektor Keuangan (KSSK) yang terdi dari Kemenkeu, BI, OJK, dan LPS, melakukan ossessment untuk memperkirakan skenario berat dan terberat yang mungkinakan kita hadapi akibat dar dampak Covid-19 pada ekonomi lndonesia. [Tabel data: Presentasi Sri Mulyani] Berdasarkan pemaparan Sri Mulyani, hasil dari assessment tersebut, maka untuk skenario berat, ekonomi Indonesi hanya akan tumbuh 2,3% atau turun 3% dibanding asumsi APBN 2020, dengan nilai tukar rupiahnya 12.500/dolar. Dan skenario sangat berat adalah ekonomi Indonesia dapat mengalami penurunan atau minus 0,4% dengan nilai tukar rupiah mencapai 20.000/dolar Sebagai perbandingan pada krisis keuangan 2008, kondsi aktual yang terjadi pada tahun 2009, ekonomi Indonesia masih mampu bertumbuh diangka 4,6% atau turun 1,4%. Mengapa skenario ini cenderung lebih pasrah dibanding 2008? Karena kala itu Indonesia masih mampu menahan dampaknya pada struktur ekonomi yang sebagian besar ditopang oleh sektor konsumsi domestik. Dan memang pada waktu itu, masyarakat di daerah masih tetap beraktitas normal, demikian juga UKM yang tidak berhubungan dengan ekspor impor masih tergolong beroperasi normal. Di berbagai daerah, penanda dan petugas kepolisian dibantu TNI memberikan imbauan agar masyarakat menghindari kumpul di warung atau tempat makan minum dengan tujuan agar penyebaran covid-19 dapat dikontrol. Sebagai gambaran di 2019 sendiri, konsumsi rumah tangga menopang Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 56,82% sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS). Jika melihat lebih dalam lagi dari assessment yang dilakukan oleh KSSK disebutkan juga bahwa konsumsi rumah tangga yang semula berdasarkan asumsi APBN 2020 ci angka 5,0% turun menjadi 3,22% pada skenario berat dan menjadi hanya 1,6% dengan skenario sangat berat. Sebagai gambaran, saat ini ada 7 juta warga negara Indonesia yang masih belum mendapatkan pekerjaan (pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi 5% itu setara dengan penciptaan lapangan keja untuk 2 juta hingga 2,5 juta warga negara Indonesia. Antisipasi pada Skenario Walaupun hasil assessment yang dilakukan oleh KSSK ini terlihat begitu menakutkan Sri Mulyani menekankan bahwa justru asumsi ini akan menjadi patokan agar jangan sampai skenario terburuk atau sangat berat terjadi. Itulah mengapa pemerintah berusaha mengeIuarkan beberapa kebijakan dan stimulus untuk mengurangi dampak dari wabah pandemi Covid-19. Pada 1 April 2020, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Perppu tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabiitas Sistem Keuangan, dimana diputuskan pemerintah menambah belanja dan pembiayaan anggaran untuk menangani dampak Covid-19, yaitu sebesar Rp405,1 triliun. [Tabel Belanja dan Anggaran untuk mengatasi dampak Covid-19] Sesuai dengan penjelasan di halaman Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, detail dari penggunaan Anggaran tersebut sebagai berikut: Prioritas ke-1 untuk kesehatan sebesar Rp75 triliun, terutama untuk insentif tenaga medis dan belanja penanganan kesehatan. Prioritas ke-2 untuk social safety net akan diperluas sebesar Rp110 trilun. Prioritas ke-3 adalah dukungan kepada industri senilai Rp70 triliun (pajak, bea masuk, KUR). Prioritas ke-4 adalah dukungan pembiayaan anggaran untuk program pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp150 tiliun. [...] (Yossy Girsang, Pengamat Ekonomi dan Praktisi Pasar Modal-Tim Ekonomi Tagor) Kesimpulan yang SALAH berdasarkan informasi di atas adalah .... A. Penurunan ekonomi untuk skenario berat akan lebih buruk 2,1 kali dibanding aktual yang terjadi di 2009 B. untuk skenario sangat berat dampaknya lebih buruk 4,1 kali dibanding krisis ekonomi 2008-2009. C. Kondisi ekonomi akibat COVID-19 lebih buruk bila dibandingkan krisis 2008 D. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Indonesia tahun 2020 mengalami penurunan tidak sampai 1,5% sehingga memperparah dampak pelemahan ekonomi. E. Wabah Covid-19 menyebabkan menurunnya kepercayaan investor, sektor pariwisata/travel, supply chain, pasar keuangan, hingga pelemahan pelemahan harga minyak mentah global.

1

0.0

Jawaban terverifikasi