Anonim N

31 Mei 2023 03:40

Iklan

Anonim N

31 Mei 2023 03:40

Pertanyaan

Kalimat "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluknya-pemeluknya" sebagaimana yang tertera dalam pembukaan UUD sebelum disahkan, sempat menjadi isu yang sangat krusial dan diperkirakan akan menimbulkan perpecahan dalam tubuh NKRI. Isu tersebut menjadi perhatian serius Moh. Hatta dengan melakukan berbagai usaha agar hal yang ditakutkan olehnya tidak benar-benar terjadi. Buatlah sebuah Analisa mendalam kenapa kalimat dalam tanda petik diatas dapat menimbulkan kekhawatiran bagi Hatta, apa yang dikhawatirkan dan bagaimana kemudian beliau mencari solusi atas polemik tersebut?

Kalimat "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluknya-pemeluknya" sebagaimana yang tertera dalam pembukaan UUD sebelum disahkan, sempat menjadi isu yang sangat krusial dan diperkirakan akan menimbulkan perpecahan dalam tubuh NKRI. Isu tersebut menjadi perhatian serius Moh. Hatta dengan melakukan berbagai usaha agar hal yang ditakutkan olehnya tidak benar-benar terjadi. Buatlah sebuah Analisa mendalam kenapa kalimat dalam tanda petik diatas dapat menimbulkan kekhawatiran bagi Hatta, apa yang dikhawatirkan dan bagaimana kemudian beliau mencari solusi atas polemik tersebut?

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

05

:

15

:

25

Klaim

1

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Tugas E

02 Juni 2023 04:26

Jawaban terverifikasi

Pembahasan: Pada 17 Agustus 1945, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Namun, hari itu juga, terjadi permasalahan. Meski telah disetujui pada sidang BPUPKI kedua, isi Piagam Jakarta kembali memicu konflik. Bagian yang dipermasalahkan masih sama, yakni bunyi sila pertama dalam Piagam Jakarta, "ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Persis setelah proklamasi dikumandangkan, tersiar kabar bahwa rakyat Kristen di wilayah Indonesia timur akan menolak bergabung Republik Indonesia apabila syariat Islam masuk dalam UUD. Ada yang mengatakan bahwa kabar tersebut disampaikan oleh seorang opsir Angkatan Laut Jepang kepada Mohammad Hatta. Ada pula yang menyatakan bahwa perwakilan yang menemui Moh Hatta adalah tiga mahasiswa Ika Daigaku, yakni Piet Mamahit, Moeljo, dan Imam Slamet, yang berpakaian seragam Angkatan Laut Jepang. Tiga mahasiswa itu diutus setelah terjadi diskusi antara tokoh Asrama Prapatan 10 dengan Dr Ratulangi, AA Maramis, dan Mr Poedja. Menanggapi hal itu, Moh Hatta mengumpulkan wakil golongan Islam seperti Wachid Hasjim, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kasman Singodimedjo, dan Teuku Mohammad Hasan untuk membicarakan persoalan tersebut. Dalam pembicaraan informal, akhirnya disepakati bahwa frasa "ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti dengan "Ketuhanan Yang Maha Esa" demi persatuan dan kesatuan bangsa. Pada sidang PPKI, 18 Agustus 1945, Moh. Hatta membacakan beberapa perubahan sebagaimana telah disepakatinya bersama beberapa wakil golongan Islam. Setelah ada perubahan isi, Piagam Jakarta diubah namanya menjadi Pembukaan UUD 1945, dan diresmikan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Sehingga, alasan butir pertama dalam Piagam Jakarta diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa adalah demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Perubahan itu dilakukan setelah Moh Hatta mendapat kabar bahwa rakyat Kristen di wilayah Indonesia timur akan menolak bergabung Republik Indonesia apabila syariat Islam masuk dalam UUD.


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Apakah benar NIBKD dan MBKS dibentuk guna menghadapi kekuatan Belanda? Jelaskan!

261

5.0

Jawaban terverifikasi