Dhia A

23 Oktober 2024 10:14

Iklan

Dhia A

23 Oktober 2024 10:14

Pertanyaan

Jelaskan sejarah lahirnya pemerintahan hindia belanda di indonesia, sebutkan jenderal-jenderal, kebijakan, dan penyebab runtuhhnya!

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

11

:

35

:

04

Klaim

6

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Nanantik N

24 Oktober 2024 19:45

Jawaban terverifikasi

#Lahirnya Pemerintahan Hindia Belanda: Pemerintahan Hindia Belanda dimulai ketika Belanda menguasai Nusantara pada abad ke-19 setelah mengalahkan Inggris yang sebelumnya memerintah sementara selama periode singkat. Dengan perjanjian London (1824), Belanda secara resmi kembali menguasai wilayah Nusantara. Sebelumnya, sejak abad ke-17, Belanda datang ke Indonesia melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), yang runtuh pada akhir abad ke-18 karena masalah keuangan dan korupsi. Setelah VOC bangkrut, pemerintah Belanda mengambil alih wilayah dan aset-aset VOC, membentuk koloni resmi yang dikenal sebagai Hindia Belanda pada 1800. #Jenderal-Jenderal Penting: ★ Herman Willem Daendels (1808–1811): Gubernur Jenderal yang terkenal dengan proyek pembangunan Jalan Raya Pos (Groote Postweg) yang membentang dari Anyer sampai Panarukan. ★ Jan Pieterszoon Coen: Salah satu pendiri Batavia (Jakarta) sebagai pusat administrasi dan perdagangan VOC. ★ Jenderal Van Heutsz: Salah satu tokoh utama yang memimpin Perang Aceh (1873–1904) dan mengukuhkan kekuasaan Belanda di wilayah Aceh. #Kebijakan Pemerintahan Hindia Belanda: Tanam Paksa (Cultuurstelsel, 1830–1870): Petani dipaksa menanam tanaman ekspor (seperti kopi, tebu, dan nila) di sebagian tanah mereka, hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah kolonial. Politik Etis (1901): Kebijakan yang mengarah pada pendidikan, irigasi, dan transmigrasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, meskipun pelaksanaannya sering kali setengah hati dan lebih menguntungkan Belanda. Penyebab Runtuhnya: Pemerintahan Hindia Belanda runtuh pada tahun 1942 ketika Jepang menginvasi Indonesia selama Perang Dunia II. Kekalahan Belanda di Eropa akibat pendudukan Nazi Jerman dan situasi ekonomi yang memburuk melemahkan cengkeraman Belanda atas koloninya. Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, meskipun Belanda berusaha kembali melalui agresi militer. Namun, tekanan internasional dan perjuangan kemerdekaan Indonesia membuat Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.


Iklan

Rendi R

Community

31 Oktober 2024 23:29

Jawaban terverifikasi

<p>&nbsp;</p><p>Sejarah lahirnya pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia diawali dengan pendudukan Belanda melalui Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC), yang kemudian dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda setelah VOC dibubarkan. Berikut adalah uraian terkait sejarah awal, tokoh-tokoh, kebijakan, dan runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda.</p><p>Lahirnya Pemerintahan Hindia Belanda</p><p><strong>Kedatangan VOC</strong>: VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) didirikan pada 1602 sebagai perusahaan dagang Belanda yang diberi hak khusus oleh pemerintah Belanda untuk memonopoli perdagangan rempah di Nusantara. VOC mendapat izin untuk membuat perjanjian, berperang, dan mendirikan benteng di wilayah kolonialnya. Setelah mengalami kebangkrutan karena korupsi dan perang, VOC dibubarkan pada tahun 1799.</p><p><strong>Pengambilalihan oleh Pemerintah Belanda</strong>: Setelah pembubaran VOC, seluruh aset dan wilayah kekuasaannya di Hindia Timur diserahkan kepada pemerintah Belanda. Pada tahun 1800, pemerintah Belanda secara resmi mendirikan <strong>Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda</strong>, yang mengatur wilayah kekuasaan Belanda di Nusantara.</p><p><strong>Kedatangan Jenderal-Jenderal Gubernur</strong>: Sejumlah gubernur jenderal diangkat untuk mengawasi koloni di Hindia Belanda. Beberapa di antaranya sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan kolonial.</p><p>Jenderal-Jenderal Penting dalam Pemerintahan Hindia Belanda</p><p><strong>Herman Willem Daendels (1808-1811)</strong>:</p><ul><li>Daendels ditugaskan oleh pemerintah Belanda untuk memperkuat pertahanan Hindia Belanda terhadap ancaman Inggris. Selama masa pemerintahannya, ia membangun <strong>Jalan Raya Pos</strong> dari Anyer hingga Panarukan untuk memudahkan mobilitas militer.</li><li>Kebijakan kerasnya dalam memobilisasi tenaga kerja pribumi mengakibatkan penderitaan rakyat dan menimbulkan banyak ketidakpuasan.</li></ul><p><strong>Thomas Stamford Raffles (1811-1816)</strong>:</p><ul><li>Raffles adalah gubernur jenderal dari Inggris yang menguasai Hindia Belanda ketika Belanda jatuh ke tangan Prancis. Ia memperkenalkan <strong>sistem sewa tanah</strong> (land rent) dan melakukan penelitian sejarah dan budaya yang dituangkan dalam buku <i>The History of Java</i>.</li><li>Meski berada di bawah kekuasaan Inggris, Raffles meninggalkan pengaruh besar dalam sistem administrasi dan agraria di Indonesia.</li></ul><p><strong>Jan Pieterszoon Coen</strong> (meskipun dari era VOC):</p><ul><li>Coen adalah gubernur jenderal yang terkenal karena mendirikan Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat pemerintahan VOC. Ia dikenal kejam dan sering menggunakan kekerasan untuk menundukkan penduduk pribumi.</li></ul><p><strong>Van den Bosch (1830-1833)</strong>:</p><ul><li>Van den Bosch memperkenalkan <strong>Sistem Tanam Paksa</strong> atau <i>Cultuurstelsel</i>, yang mewajibkan petani untuk menanam tanaman ekspor seperti kopi, tebu, dan nila, yang kemudian diserahkan kepada pemerintah kolonial sebagai bentuk pajak. Sistem ini memperkaya Belanda namun menyengsarakan rakyat pribumi karena eksploitasi.</li></ul><p>Kebijakan-Kebijakan Pemerintahan Hindia Belanda</p><p><strong>Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel)</strong>:</p><ul><li>Dilaksanakan pada tahun 1830 oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch, sistem ini mewajibkan penduduk pribumi untuk menanam tanaman ekspor yang hasilnya diserahkan ke Belanda. Kebijakan ini memperkaya kas Belanda, namun berdampak buruk pada kesejahteraan rakyat.</li></ul><p><strong>Politik Etis (1901)</strong>:</p><ul><li>Setelah kritik dari pihak liberal di Belanda, terutama akibat penderitaan rakyat karena Sistem Tanam Paksa, Belanda menerapkan <i>Politik Etis</i> yang meliputi program <strong>edukasi</strong>, <strong>migrasi</strong>, dan <strong>irigasi</strong>. Namun, program ini dianggap lebih menguntungkan Belanda daripada rakyat pribumi.</li></ul><p><strong>Politik Pintu Terbuka (Liberal)</strong>:</p><ul><li>Kebijakan ini memperbolehkan perusahaan swasta asing untuk berinvestasi di Hindia Belanda, terutama di sektor perkebunan. Akibatnya, banyak tanah pertanian pribumi diserahkan kepada perusahaan asing, yang meningkatkan kemiskinan dan ketidakadilan.</li></ul><p>Penyebab Runtuhnya Pemerintahan Hindia Belanda</p><p><strong>Pendudukan Jepang (1942)</strong>:</p><ul><li>Pada Perang Dunia II, Jepang menyerang dan berhasil menguasai Hindia Belanda pada Maret 1942. Pasukan Belanda menyerah di Kalijati, dan Hindia Belanda resmi berakhir saat Jepang memerintah Indonesia selama tiga setengah tahun.</li></ul><p><strong>Munculnya Kesadaran Nasional</strong>:</p><ul><li>Kebijakan politik etis dan pendidikan membuka peluang bagi rakyat pribumi untuk mendapatkan pendidikan modern, yang memicu kesadaran nasional dan perlawanan terhadap kolonialisme.</li></ul><p><strong>Krisis Ekonomi di Belanda</strong>:</p><ul><li>Setelah Perang Dunia I dan Depresi Besar, Belanda mengalami krisis ekonomi yang melemahkan pengaruhnya di Hindia Belanda, terutama dalam menghadapi perlawanan rakyat yang semakin kuat.</li></ul><p><strong>Perlawanan dan Pemberontakan Lokal</strong>:</p><ul><li>Banyak pemberontakan lokal terjadi di berbagai daerah, seperti Perang Diponegoro (1825–1830) dan perlawanan Aceh. Meskipun sering berhasil dipadamkan, pemberontakan ini menunjukkan penolakan terhadap kekuasaan kolonial.</li></ul><p>Setelah Jepang menyerah pada Sekutu di tahun 1945, Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Belanda sempat berusaha kembali menguasai Indonesia melalui agresi militer, namun pada akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949.</p><p>&nbsp;</p>

 

Sejarah lahirnya pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia diawali dengan pendudukan Belanda melalui Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC), yang kemudian dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda setelah VOC dibubarkan. Berikut adalah uraian terkait sejarah awal, tokoh-tokoh, kebijakan, dan runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda.

Lahirnya Pemerintahan Hindia Belanda

Kedatangan VOC: VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) didirikan pada 1602 sebagai perusahaan dagang Belanda yang diberi hak khusus oleh pemerintah Belanda untuk memonopoli perdagangan rempah di Nusantara. VOC mendapat izin untuk membuat perjanjian, berperang, dan mendirikan benteng di wilayah kolonialnya. Setelah mengalami kebangkrutan karena korupsi dan perang, VOC dibubarkan pada tahun 1799.

Pengambilalihan oleh Pemerintah Belanda: Setelah pembubaran VOC, seluruh aset dan wilayah kekuasaannya di Hindia Timur diserahkan kepada pemerintah Belanda. Pada tahun 1800, pemerintah Belanda secara resmi mendirikan Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, yang mengatur wilayah kekuasaan Belanda di Nusantara.

Kedatangan Jenderal-Jenderal Gubernur: Sejumlah gubernur jenderal diangkat untuk mengawasi koloni di Hindia Belanda. Beberapa di antaranya sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan kolonial.

Jenderal-Jenderal Penting dalam Pemerintahan Hindia Belanda

Herman Willem Daendels (1808-1811):

  • Daendels ditugaskan oleh pemerintah Belanda untuk memperkuat pertahanan Hindia Belanda terhadap ancaman Inggris. Selama masa pemerintahannya, ia membangun Jalan Raya Pos dari Anyer hingga Panarukan untuk memudahkan mobilitas militer.
  • Kebijakan kerasnya dalam memobilisasi tenaga kerja pribumi mengakibatkan penderitaan rakyat dan menimbulkan banyak ketidakpuasan.

Thomas Stamford Raffles (1811-1816):

  • Raffles adalah gubernur jenderal dari Inggris yang menguasai Hindia Belanda ketika Belanda jatuh ke tangan Prancis. Ia memperkenalkan sistem sewa tanah (land rent) dan melakukan penelitian sejarah dan budaya yang dituangkan dalam buku The History of Java.
  • Meski berada di bawah kekuasaan Inggris, Raffles meninggalkan pengaruh besar dalam sistem administrasi dan agraria di Indonesia.

Jan Pieterszoon Coen (meskipun dari era VOC):

  • Coen adalah gubernur jenderal yang terkenal karena mendirikan Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat pemerintahan VOC. Ia dikenal kejam dan sering menggunakan kekerasan untuk menundukkan penduduk pribumi.

Van den Bosch (1830-1833):

  • Van den Bosch memperkenalkan Sistem Tanam Paksa atau Cultuurstelsel, yang mewajibkan petani untuk menanam tanaman ekspor seperti kopi, tebu, dan nila, yang kemudian diserahkan kepada pemerintah kolonial sebagai bentuk pajak. Sistem ini memperkaya Belanda namun menyengsarakan rakyat pribumi karena eksploitasi.

Kebijakan-Kebijakan Pemerintahan Hindia Belanda

Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel):

  • Dilaksanakan pada tahun 1830 oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch, sistem ini mewajibkan penduduk pribumi untuk menanam tanaman ekspor yang hasilnya diserahkan ke Belanda. Kebijakan ini memperkaya kas Belanda, namun berdampak buruk pada kesejahteraan rakyat.

Politik Etis (1901):

  • Setelah kritik dari pihak liberal di Belanda, terutama akibat penderitaan rakyat karena Sistem Tanam Paksa, Belanda menerapkan Politik Etis yang meliputi program edukasi, migrasi, dan irigasi. Namun, program ini dianggap lebih menguntungkan Belanda daripada rakyat pribumi.

Politik Pintu Terbuka (Liberal):

  • Kebijakan ini memperbolehkan perusahaan swasta asing untuk berinvestasi di Hindia Belanda, terutama di sektor perkebunan. Akibatnya, banyak tanah pertanian pribumi diserahkan kepada perusahaan asing, yang meningkatkan kemiskinan dan ketidakadilan.

Penyebab Runtuhnya Pemerintahan Hindia Belanda

Pendudukan Jepang (1942):

  • Pada Perang Dunia II, Jepang menyerang dan berhasil menguasai Hindia Belanda pada Maret 1942. Pasukan Belanda menyerah di Kalijati, dan Hindia Belanda resmi berakhir saat Jepang memerintah Indonesia selama tiga setengah tahun.

Munculnya Kesadaran Nasional:

  • Kebijakan politik etis dan pendidikan membuka peluang bagi rakyat pribumi untuk mendapatkan pendidikan modern, yang memicu kesadaran nasional dan perlawanan terhadap kolonialisme.

Krisis Ekonomi di Belanda:

  • Setelah Perang Dunia I dan Depresi Besar, Belanda mengalami krisis ekonomi yang melemahkan pengaruhnya di Hindia Belanda, terutama dalam menghadapi perlawanan rakyat yang semakin kuat.

Perlawanan dan Pemberontakan Lokal:

  • Banyak pemberontakan lokal terjadi di berbagai daerah, seperti Perang Diponegoro (1825–1830) dan perlawanan Aceh. Meskipun sering berhasil dipadamkan, pemberontakan ini menunjukkan penolakan terhadap kekuasaan kolonial.

Setelah Jepang menyerah pada Sekutu di tahun 1945, Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Belanda sempat berusaha kembali menguasai Indonesia melalui agresi militer, namun pada akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949.

 


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

jelaskan yang dimaksud dengan demokrasi liberal

14

0.0

Jawaban terverifikasi

Sumber lisan merupakan keterangan langsung dari orang-orang yang mengalami p sejarah. Selain diperoleh dari orang-orang yang mengalami persitiwa secara la sumber lisan juga dapat diperoleh dari orang-orang yang mengetahui suatu peristiw secara rinci. Dengan kata lain sumber sejarah lisan dapat digunakan untuk sumba dan sekunder. Bagaimana cara mendapatkan sumber sejarah secara lisan denga tepat? Sumber sejarah merupakan segala sesuatu yang mengandung informasi tenta peristiwa sejarah. Informasi yang dijadikan sumber sejarah harus berasal dari aktivi pada masa lampau. Sumber sejarah berfungsi sebagai sarana penyampaian inform ristiwa sejarah di masa lampau. Bagaimana cara membuktikan keaslian suatu sumber sejarah? Sumber sejarah berdasarkan bentuknya dibagi menjadi tiga, yaitu sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda. Sumber tertulis merupakan sumber sejarah yang memberikan informasi melalui tulisan. Sumber lisan merupakan sumber sejarah yang disampaikan secara lisan oleh orang yang menyaksikan, mendengar, atau mengalami langsung suatu peristiwa sejarah. Sumber benda merupakan sumber sejarah yang diperoleh dari benda-benda peninggalan sejarah. Mengapa sumber sejarah sangat penting dalam sejarah? Sumber sejarah lisan sangat bermanfaat agar sejarah dapat terus diingat oleh masyarakat sebagai bagian dari identitas dari sebuah negara. Sumber sejarah lisan dapat berupa keterangan langsung dari pelaku, tradisi lisan yang berkembang di masyarakat, dan topomini. Mengapa sumber lisan memiliki keterbatasan dibandingkan sumber tertulis? Kritik sumber sering juga disebut proses verifikasi. Sering dilakukan peneliti untuk menguji keabsahan serta keaslian suatu dokumen atau sumber sejarah. Kritik sumber merupakan salah satu tahapan dalam penelitian sejarah. Apa yang dimaksud kritik sumber?

30

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan