Anonim N

18 Agustus 2023 03:24

Iklan

Anonim N

18 Agustus 2023 03:24

Pertanyaan

Jelaskan peran dari Sultan Hamid II dan Raymond Westerling dalam pemberontakan APRA

Jelaskan peran dari Sultan Hamid II dan Raymond Westerling dalam pemberontakan APRA

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

17

:

15

:

08

Klaim

2

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Vincent M

Community

18 Agustus 2023 05:07

Jawaban terverifikasi

<p>Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) adalah suatu peristiwa yang terjadi pada tahun 1950 di wilayah Indonesia yang saat itu masih dalam proses merdeka dari penjajahan Belanda. Pemberontakan ini dipimpin oleh pelaut Belanda yang bernama Raymond Westerling dan melibatkan sejumlah tokoh dan kelompok, termasuk Sultan Hamid II dari Kerajaan Bone di Sulawesi Selatan.</p><p><strong>Sultan Hamid II</strong>: Sultan Hamid II adalah penguasa Kerajaan Bone di Sulawesi Selatan. Ia terlibat dalam Pemberontakan APRA melalui dukungannya terhadap Raymond Westerling. Sultan Hamid II memberikan dukungan politik dan logistik kepada Westerling dalam upaya untuk mengamankan wilayah tersebut dari perlawanan pro-kemerdekaan yang terjadi di Sulawesi Selatan. Sultan Hamid II dan kelompoknya melihat kesempatan dalam situasi kacau pasca-penarikan tentara Jepang dan kekosongan kekuasaan yang timbul.</p><p><strong>Raymond Westerling</strong>: Westerling adalah seorang mantan perwira Belanda yang dipekerjakan oleh pemerintah Belanda dalam upaya menumpas pemberontakan dan perlawanan pro-kemerdekaan di Indonesia. Namun, di Sulawesi Selatan, ia mengambil inisiatif untuk mengorganisir pasukannya sendiri dan mendeklarasikan diri sebagai pemimpin APRA. Westerling dikenal dengan taktik kekerasan dan represifnya dalam menangani pemberontakan dan perlawanan di Sulawesi. Meskipun ia memiliki dukungan dari beberapa tokoh lokal seperti Sultan Hamid II, aksi-aksinya yang brutal menimbulkan kritik dari beberapa pihak, termasuk pemerintah Belanda.</p><p>Pemberontakan APRA yang dipimpin oleh Westerling dan melibatkan dukungan dari beberapa pemimpin lokal seperti Sultan Hamid II, melibatkan serangkaian tindakan keras yang melibatkan pembunuhan dan tindakan represif terhadap penduduk sipil. Pemberontakan ini akhirnya diredam oleh pemerintah Indonesia, dan Westerling sendiri dipulangkan ke Belanda dan ditahan oleh pemerintah Belanda karena tindakannya yang kontroversial.</p><p>Peristiwa Pemberontakan APRA merupakan salah satu contoh dari dinamika yang kompleks dan kacau dalam proses merdeka Indonesia, yang melibatkan berbagai aktor dan kelompok dengan tujuan dan motivasi yang beragam.</p>

Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) adalah suatu peristiwa yang terjadi pada tahun 1950 di wilayah Indonesia yang saat itu masih dalam proses merdeka dari penjajahan Belanda. Pemberontakan ini dipimpin oleh pelaut Belanda yang bernama Raymond Westerling dan melibatkan sejumlah tokoh dan kelompok, termasuk Sultan Hamid II dari Kerajaan Bone di Sulawesi Selatan.

Sultan Hamid II: Sultan Hamid II adalah penguasa Kerajaan Bone di Sulawesi Selatan. Ia terlibat dalam Pemberontakan APRA melalui dukungannya terhadap Raymond Westerling. Sultan Hamid II memberikan dukungan politik dan logistik kepada Westerling dalam upaya untuk mengamankan wilayah tersebut dari perlawanan pro-kemerdekaan yang terjadi di Sulawesi Selatan. Sultan Hamid II dan kelompoknya melihat kesempatan dalam situasi kacau pasca-penarikan tentara Jepang dan kekosongan kekuasaan yang timbul.

Raymond Westerling: Westerling adalah seorang mantan perwira Belanda yang dipekerjakan oleh pemerintah Belanda dalam upaya menumpas pemberontakan dan perlawanan pro-kemerdekaan di Indonesia. Namun, di Sulawesi Selatan, ia mengambil inisiatif untuk mengorganisir pasukannya sendiri dan mendeklarasikan diri sebagai pemimpin APRA. Westerling dikenal dengan taktik kekerasan dan represifnya dalam menangani pemberontakan dan perlawanan di Sulawesi. Meskipun ia memiliki dukungan dari beberapa tokoh lokal seperti Sultan Hamid II, aksi-aksinya yang brutal menimbulkan kritik dari beberapa pihak, termasuk pemerintah Belanda.

Pemberontakan APRA yang dipimpin oleh Westerling dan melibatkan dukungan dari beberapa pemimpin lokal seperti Sultan Hamid II, melibatkan serangkaian tindakan keras yang melibatkan pembunuhan dan tindakan represif terhadap penduduk sipil. Pemberontakan ini akhirnya diredam oleh pemerintah Indonesia, dan Westerling sendiri dipulangkan ke Belanda dan ditahan oleh pemerintah Belanda karena tindakannya yang kontroversial.

Peristiwa Pemberontakan APRA merupakan salah satu contoh dari dinamika yang kompleks dan kacau dalam proses merdeka Indonesia, yang melibatkan berbagai aktor dan kelompok dengan tujuan dan motivasi yang beragam.


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Pernyataan berikut ini yang bukan latar belakang dari Reformasi Gereja adalah .... a. menolak indulgensi b. penyimpangan-penyimpangan dalam tubuh gereja c. gereja menjadi pusat monopoli d. lebih merupakan reaksi langsung atas gerakan Protestanisme e. bertujuan menata kembali gereja sesuai dengan ajaran lnjil

808

3.7

Jawaban terverifikasi