Rahmat S

26 Agustus 2023 00:08

Iklan

Rahmat S

26 Agustus 2023 00:08

Pertanyaan

Dalam menghadapi agresi militer Belanda II, strategi apa yang dilakukan oleh TNI ?

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

00

:

29

:

07

Klaim

94

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Vincent M

Community

26 Agustus 2023 03:00

Jawaban terverifikasi

Dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II (sering disebut Agresi Militer Belanda II atau Agresi Militer II), yang berlangsung pada tahun 1948-1949, Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengadopsi strategi perang gerilya dan perang total. Agresi Militer Belanda II adalah usaha Belanda untuk merebut kembali kendali atas wilayah Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Berikut adalah beberapa aspek dari strategi yang diadopsi oleh TNI selama Agresi Militer Belanda II: Perang Gerilya: TNI mengadopsi strategi perang gerilya, yang berfokus pada serangan-serangan kecil dan taktis terhadap pasukan Belanda dan target-target penting. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan keunggulan wilayah dan pengetahuan lokal untuk memperlambat atau menghentikan gerakan pasukan Belanda, sambil terus membangun dukungan dan semangat di antara rakyat. Mobilitas dan Fleksibilitas: TNI menerapkan mobilitas dan fleksibilitas dalam taktik mereka. Mereka seringkali menggunakan taktik hit-and-run, yang memungkinkan mereka untuk menyerang pasukan Belanda secara mendadak dan kemudian segera melarikan diri sebelum pasukan Belanda dapat merespons dengan efektif. Pemberontakan Sipil: Selain taktik militer, TNI juga mengandalkan pemberontakan sipil yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam bentuk sabotase, intelijensi, dan dukungan logistik. Ini membantu TNI untuk mempertahankan wilayah-wilayah tertentu dan menghalangi upaya Belanda untuk mendapatkan kendali penuh. Penggunaan Sumber Daya Lokal: TNI memanfaatkan pengetahuan dan dukungan masyarakat setempat dalam hal sumber daya, lokasi pertahanan, dan intelijensi. Ini membantu mereka dalam mengatur taktik dan strategi yang lebih efektif. Perang Propaganda: TNI juga menggunakan perang propaganda untuk membangun dukungan internasional dan nasional terhadap perjuangan mereka. Mereka mencoba untuk menginformasikan dunia tentang usaha kemerdekaan Indonesia dan pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan Belanda. Diplomasi Internasional: Pada saat yang sama, pemerintah Indonesia juga aktif dalam diplomasi internasional untuk mendapatkan dukungan internasional terhadap agresi militer Belanda. Diplomasi ini membantu membangun tekanan internasional pada Belanda untuk menghentikan agresi mereka. Meskipun TNI berhasil menggunakan strategi perang gerilya dan perang total dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II, situasi ini berlangsung hingga 1949, ketika tekanan internasional dan perundingan politik memaksa Belanda untuk menyetujui pengakuan kedaulatan Indonesia melalui Perjanjian Roem-Royen.


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Pernyataan berikut ini yang bukan latar belakang dari Reformasi Gereja adalah .... a. menolak indulgensi b. penyimpangan-penyimpangan dalam tubuh gereja c. gereja menjadi pusat monopoli d. lebih merupakan reaksi langsung atas gerakan Protestanisme e. bertujuan menata kembali gereja sesuai dengan ajaran lnjil

791

3.7

Jawaban terverifikasi