Aso F

23 Juli 2019 21:35

Iklan

Aso F

23 Juli 2019 21:35

Pertanyaan

bumi selalu berotasi setiap waktu dan bulan pun sama lalu mengapa pakar astronomi selalu mengatakan Bahwa untuk terjadinya gerhana matahari akan berlangsung setiap 33 tahun lamanya padahal jika dengan menggunakan logika pasti dalam satu tahun rotasi bumi dan revolusi bulan terhadap bum akan menjadi satu garis lurus yang dapat menimbulkan adanya gerhana matahari.....

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

04

:

36

:

24

Klaim

1

1


Iklan

Tuti T

26 Juli 2019 14:18

tidak setiap pertemuan bumi bulan dan matahari berada pada satu garis lurus, pertemuan ketiganya lebih sering berada seperti bersebelahan, dan sangat jarang sekali berada tepat berhadapan pada satu garis lurus. sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk ketiganya berada pada posisi berhadapan pada satu garis lurus. itulah yang menyebabkan jangka waktu munculnya gerhana relatif lama. kalau salah maap


Aso F

26 Juli 2019 22:04

memang ada benarnya apa yang kk katakan tapi kembali lagi kepada tadi bahwa jangka waktu yg dibutuhkan untuk terjadinya gerhana matahari itu sangatlah lama akan tetapi mengapa di tahun 2019 ini baru baru saja sudah terjadi gerhana matahari.....

Iklan

Mau jawaban yang terverifikasi?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

1.Bacalah kutipan drama berikut! Abah: "Kalau cari suami harus yang jelas masa depannya, jangan seperti si Kabayan!" Iteung: "Tapi Kang Kabayan mah baik nyaah sama Iteung." Abah: "Baik? Baik apanya? Kalau memang baik pasti suka ngirim uang, paling sedikit ngirim ikan kesenangan Abah. Ikan gurame!" Ambu: "Abah teh kumaha. Apa-apa selalu saja diukur pakai uang." Tokoh Iteung pada kutipan drama tersebut akan lebih menarik jika menggunakan kostum a. celana panjang dan kaos dengan rambut panjang dibiarkan terurai b. celana panjang dan kaos dengan rambut dikepang dua c. kebaya dan celana panjang dengan rambut dibiarkan terurai d. kebaya dan kain dengan rambut di kepang dua 2.Jo : "Hey, jalan yang bener dong!" (keluar dari mobil) Yuda: (tampak terkejut dan menguasai diri) "Maaf Pak." Jo: (melotot) "Maaf, maaf!" (1) Bapak: "Sudahlah Jo, dia sudah minta maaf kok, lagi pula ayah buru- buru nanti terlambat ke kantor." (cepat menyusul keluar dari mobil) Jo : "Tidak bisa, dia harus diberi pela- jaran!" (nyaris melayangkan tinju) (2) Bapak : "Sabar Jo. (melihat kasihan pada Yuda) "Kau pergilah, Nak!" Yuda : "Terima kasih, Pak!" (3) Bapak "Hey, apa yang kau bawa, Nak?" (heran) "Kamu jual lukisan?" Yuda : "lya Pak, ini lukisan kaca." (4) Bapak: "Sungguh baru kali ini aku melihat lukisan kaca, biasanya saya di rumah memajang lukisan kanvas, lukisan kertas, lukisan bulu, dan lain-lain. Tapi, lukisan ini? Ah ya berapa kamu menjual ini?" Yuda: "Yang mana Pak?" (5) Bapak: "Semuanya. Ah sudah jangan bingung, gini aja gimana kalau lukisan itu saya beli lima juta rupiah." Yuda : "Apa? Lima juta!" (6) Bapak: "Apa kurang?" Yuda : "Cu... kup, Pak." Bukti latar waktu dalam kutipan drama tersebut terdapat pada dialog nomor .... a. (1) b. (3) c. (4) d. (6) 3.Perhatikan penggalan drama berikut! "Dari mana saja kau, Badar? Hari sudah petang tapi kau baru pulang," tanya ayah sambil berkacak pinggang. Dialog tersebut diucapkan dengan nada a. keras sambil bercanda b. marah dan serius c. rendah dan penuh tanya d. penuh kasih sayang 4.Cermati kutipan bacaan berikut! "Mohammad-san inilah rumahku." Toshihiko berkata ketika kami sampai di depan sebuah rumah kayu yang sederhana. Lalu berteriak, "Ibu! Ibu! Inilah tamu yang kita tunggu. Lihatlah, seorang Indonesia yang tersesat di kebun anggur Katsunuma. Bukankah ini suatu kehormatan bagi kita?" Bacaan tersebut termasuk teks fiksi karena a. memiliki unsur tema dan tokoh b. bersifat sistematis berdasarkan fakta yang ada c. narasi dan dialog menggunakan ragam bahasa baku d. menggunakan peribahasa untuk membandingkan suatu hal 5.Perhatikan teks berikut! Perkembangan teknologi informatika dalam satu dekade terakhir mengalami lonjakan luar biasa. Munculnya internet memudahkan setiap orang mendapat akses informasi. Tidak hanya sekadar berita, melalui internet orang bisa ber- jualan, memasang iklan, menikmati musik, dan memungkinkan individu mengetahui berbagai peristiwa secara intensif. Berdasarkan wacana tersebut, istilah yang dapat dideretkan dalam indeks dengan tepat adalah a. akses-individu-informatika-informasi- teknologi b. akses-iklan-individu-intensif-internet C. iklan-individu-informasi-intensif-internet d. individu-informasi-intensif-internet-iklan 6.Perhatikan kutipan indeks berikut! Gaib 8 Ilmu Fisika 7 Ilustrasi 57 Imajinasi 59 Implikasi 54 Magnetis 65 Pengetahuan eksakta 46 Pengetahuan keras 47 Pengetahuan lunak 48 Pengetahuan non-eksakta 45 Berikut ini pernyataan yang tidak benar berdasarkan indeks tersebut adalah a. Di halaman 46, kita dapat mempelajari materi pengetahuan keras. b. Materi tentang implikasi dapat kita jumpai di halaman 54. C. Di halaman 45 kita dapat mempelajari pengetahuan non-eksakta d. Pengetahuan eksakta dapat kita pelajari di halaman 46. *kutipan teks drama berikut untuk soal nomor 7 - 9* (1) Mayor: "Berapa lama lagi aku harus menunggu? Lihat semburat matahari sudah terlihat." (sambil menggebrak meja) (2) Kopral: "Sabarlah sedikit, Pak." (3) Mayor "Jangan ditawar lagi." (4) Kopral: "Apanya, Pak?" (5) Mayor: "Kesabarannya! Sejak kemarin kesabaran saya habis. Sabar itu prinsip. Tidak bisa ditawar- tawar, ngerti?" (6) Kopral: "Kalau begitu kuralat ucapanku tadi." (7) Mayor: "Ya, tapi pertanyaanku belum Bung jawab. Berapa lama lagi? Semburat matahari sudah terlihat tu!" 7.Dialog pada kutipan teks drama tersebut yang berisi kramagung ditandai dengan nomor a. (1) b. (3) c. (4) d. (5) 8.Latar disertai bukti nomor pada kutipan drama tersebut adalah .... a.. siang hari, bukti pada dialog nomor (7) b. menjelang maghrib, bukti pada dialog nomor (5) c.pagi hari, bukti pada dialog nomor (7) d. sore hari, bukti pada dialog nomor (1) 9.Amanat yang sesuai dengan kutipan teks drama tersebut adalah .... a. Kemarahan bukanlah cara penyelesaian masalah yang bijak. b. Seorang bawahan tidak sepatutnya melawan atasan sekalipun untuk membela kebenaran. c. Kita harus lebih banyak bersabar menghadapi apa pun. d. Kita harus mengikuti keinginan atasan walaupun tidak sejalan dengannya. *kutipan drama berikut untuk soal nomor 10-13* Fikri: "Hai sobat. Lho ada apa ini? Kamu kok kelihatan sedih?" Bayu: "Enggak. Perasaan kamu saja." Fikri: "Ayolah... Aku kenal kamu dari kecil. Aku bisa tahu kamu sedih, senang, malas, atau marah? Ayo katakan padaku siapa tahu aku bisa membantu." Bayu: "Kamu ini tau aja. Hari ini hari terakhir aku harus membayar SPP. Bapakku masih di luar kota. Ibuku sakit. Aku bingung harus bagaimana." Fikri :"Kenapa harus bingung. Aku bisa membantumu." Bayu: "Maksudmu?" Fikri: "Ya... membantumu. Aku punya uang tabungan dan cukup untuk membayar SPP mu." Bayu: "Wah... enggak ... enggak ... enggak aku tidak bisa menggunakan uang tabunganmu." Fikri: "Ayolah teman... aku tulus... kapan-kapan kamu dapat mengembalikannya." 10. Tema yang digambarkan pada kutipan drama tersebut adalah a. persahabatan antara kedua orang b. tolong-menolong antarteman yang mem- butuhkan c. persahabatan yang didukung oleh kedua orang tua d. masalah ekonomi keluarga yang tak kunjung reda 11.Tokoh Fikri dalam kutipan drama tersebut memiliki watak a. rendah hati b. tinggi hati c. baik hati d. kecil hati 12. Kutipan drama suasana tersebut menceritakan a. haru b. kaget c. kecewa d. sedih 13.(sambil terpogoh-pogoh masuk kamar tamu, Naja menangis) Naja: "Bu, aku sudah tidak kuat lagi kalau begini." Ibu: "Percayalah, Nak, masalah ini akan segera teratasi. Tuhan Maha Pengatur dan Mahabaik." Naja: "Tapi kapan? Kapan? Aku bosan sudah!" Ibu: "Bersabarlah, Nak. Jika sabar, masalah akan terurai satu per satu." (sambil membelai rambut Naja dengan penuh Kesabaran). Dalam struktur teks drama, kutipan tersebut merupakan bagian .... a. orientasi b. resolusi c. komplikasi d. epilog *kutipan buku berikut untuk soal nomor 14 dan 15* Bumi adalah tempat di mana kita, manusia, dan makhluk hidup lainnya berada. Bumi sering disebut juga sebagai planet biru. Kenapa? Karena bumi kalau dilihat dari luar angkasa terlihat dengan warna dominan biru. Tahukah kamu warna biru bumi yang terlihat dari angkasa raya itu? Itu adalah lautan. Karena sekitar 70% permukaan bumi merupakan lautan yang sangat luas. Sisanya 30% merupakan daratan yang tersusun atas dataran, gunung, dan lembah. Bumi juga dikelilingi oleh lapisan atmosfer yang merupakan pelindung bumi. 14. Teks tersebut tergolong sebagai karya nonfiksi karena .... a. berisi cerita karangan manusia b. bersifat informatif dan berisi kenyataan c. berasal dari imajinasi pengarang d. memiliki makna ganda 15. Inti dari kutipan buku tersebut adalah .... a. memaparkan tentang alam dan kerusakannya b. memaparkan secara detail tentang bumi c. menggambarkan tentang jenis-jenis atmosfer d. menjelaskan jenis-jenis planet 16.Bacalah kutipan teks fiksi berikut! Kehidupan keluarga ini sangat sederhana. Ayah dan Ibu setiap hari membanting tulang di ladang, seolah-olah kepala jadi betis, betis jadi kepala demi beberapa mulut yang harus dipenuhi. Orang tua ini ikhlas bekerja dengan tanggung jawab demi keluarga dan anak-anaknya kelak supaya jadi orang. Tak ada rotan akar pun jadi, begitulah kata orang tua itu. Daya tarik cuplikan teks fiksi tersebut tampak pada..... a. konflik dalam cerita b. latar cerita c. gaya bahasa penulis d. tema cerita 17.Perhatikan cuplikan teks berikut! Perempuan memang paling rentan terhadap anemia, terutama anemia karena kekurangan zat besi. Darah memang sangat penting bagi perempuan. Hal ini terutama pada saat hamil, zat besi itu dibagi dua, yaitu bagi si ibu dan janinnya. Apabila si ibu mengalami anemia, bisa terjadi abortus, lahir prematur, dan juga kematian saat melahirkan. Bahkan, bagi janin, zat besi juga dibutuhkan, terutama juga ada kaitannya dengan kecerdasan. Topik untuk diskusi berdasarkan bacaan tersebut adalah a. manfaat zat besi bagi bayi b. kesehatan ibu dan janin C. anemia sebagai penyakit berbahaya bagi perempuan d. sebab-sebab tingginya kernatian bayi dan anak di Indonesia *indeks berikut untuk soal nomor 18 dan 19* Aliterasi, 89, 93 Amanat, 5, 70 Arbitrer, 3, 65 Artikel, 8, 90 Balada, 25, 75 Drama, 89, 99 Epilog, 34, 36, 74 Fiksi, 3, 25, 90 18. Berdasarkan indeks buku nonfiksi tersebut, kita dapat menemukan istilah epilog di halaman.... a. 3,65 b. 25,75 c. 34, 36, dan 74 d. 3, 25, dan 90 19. Berdasarkan indeks buku tersebut, saat membuka halaman 25 kita dapat menemukan kata .... a. balada dan epilog b. balada dan fiksi c. balada dan drama d. balada

11

1.0

Jawaban terverifikasi

Bacalah teks cerpen berikut dengan saksama. Lelaki yang Menderita Bila Dipuji Mardanu seperti kebanyakan lelaki, senang jika dipuji. Tetapi akhir-akhir ini, dia merasa risi bahkan seperti terbebani. Pujian yang menurut Mardanu kurang beralasan sering diterimanya. Ketika bertemu teman-teman untuk mengambil uang pensiun, ada saja yang bilang, "lni Mardanu, satu-satunya teman kita yang uangnya diterima utuh karena tak punya utang." Pujian itu sering diiringi acungan jempol. Ketika berolahraga jalan kaki pagi hari mengelilingi alun-alun, orang pun memujinya, " Pak Mardanu memang hebat. Usianya tujuh puluh lima tahun, tetapi badan tampak masih segar, berjalan tegak, dan kedua kaki tetap kekar." Kedua anak Mardanu, yang satu jadi pemilik kios kelontong dan satunya lagi jadi sopir truk semen, juga jadi bahan pujian, "Pak Mardanu telah tuntas mengangkat anak-anak hingga semua jadi orang mandiri." Malah seekor burung kutilang yang dipelihara Mardanu tak luput jadi bahan pujian. "Kalau bukan Pak Mardanu yang memelihara, burung kutilang itu tak akan demikian lincah dan cerewet kicaunya." Mardanu tidak mengerti mengapa hanya karena uang pensiun yang utuh, badan yang sehat, anak yang mapan, bahkan burung piaraan membuat orang sering memujinya. Bukankah itu hal biasa yang semua orang bisa jika mau? Bagi Mardanu, pujian hanya pantas diberikan kepada orang yang telah melakukan pekerjaan luar biasa dan berharga dalam kehidupan. Mardanu merasa belum pernah melakukan pekerjaan seperti itu. Dari sejak muda sampai menjadi kakek-kakek, dia belum berbuat jasa apa pun. lni yang membuatnya menderita karena pujian itu seperti menyindir-nyindirnya. Enam puluh tahun yang lalu ketika bersekolah, dinding ruang kelasnya digantungi gambar para pahlawan. Juga para tokoh bangsa. Tentu saja mereka telah melakukan sesuatu yang luar biasa bagi bangsanya. Mardanu juga tahu dari cerita orang-orang, pamannya sendiri adalah seorang pejuang yang gugur di medan perang kemerdekaan. Orang-orang sering memuji mendiang paman. Cerita tentang sang paman kemudian dikembangkan sendiri oleh Mardanu menjadi bayangan kepahlawanan. Seorang pejuang muda dengan bedil bersangkur, ikat kepala pita merah-putih, maju dengan gagah menyerang musuh, lalu roboh ke tanah dan gugur sambil memeluk bumi pertiwi. Mardanu amat terkesan oleh kisah kepahlawanan itu. Mardanu kemudian mendaftarkan diri masuk tentara pada usia sembilan belas. ljazahnya hanya SMP dan dia diterima sebagai prajurit tamtama. Kegembiraannya meluap-luap ketika dia terpilih dan mendapat tugas sebagai penembak artileri pertahanan udara. Dia berdebar-debar dan melelehkan air mata ketika untuk kali pertama dilatih menembakkan senjatanya. Sepuluh peluru besar akan menghambur ke langit dalam waktu satu detik. "Pesawat musuh pasti akan meledak, kemudian rontok bila terkena tembakan senjata yang hebat ini," selalu demikian yang dibayangkan Mardanu. Bayangan itu sering terbawa ke alam mimpi. Suatu malam dalam tidurnya, Mardanu mendapat perintah siaga tempur. Persiapan hanya setengah menit. Pesawat musuh akan datang dari utara. Mardanu melompat dan meraih senjata artilerinya. Tangannya berkeringat, jarinya lekat pada tuas pelatuk. Matanya menatap tajam ke langit utara. Terdengar derum pesawat yang segera muncul sambil menabur tentara payung. Mardanu menarik tuas pelatuk dan ratusan peluru menghambur ke angkasa dalam hitungan detik. Ya Tuhan pesawat musuh itu mendadak oleng dan mengeluarkan api. Terbakar. Menukik dan terus menukik. Tentara payung masih berloncatan dari perut pesawat dan Mardanu mengarahkan tembakannya ke sana. Ya Tuhan, tiga parasut yang sudah mengembang mendadak kuncup lagi kena terjangan peluru Mardanu. Tiga prajurit musuh meluncur bebas jatuh ke bumi. Tubuh mereka pasti akan luluh lantak begitu terbanting ke tanah. Mardanu hampir bersorak namun tertahan oleh kedatangan pesawat musuh yang kedua. Mardanu memberondongnya lagi. Kena. Namun, pesawat itu sempat menembakkan peluru kendali yang meledak hanya tiga meter di sampingnya. Tubuh Mardanu terlempar ke udara oleh kekuatan ledak peluru itu dan jatuh ke lantai kamar tidur sambil mencengkeram bantal. Ketika tersadar, Mardanu kecewa berat, mengapa pertempuran hebat itu hanya ada dalam mimpi. Andai kata itu peristiwa nyata, dia telah melakukan pekerjaan besar dan luar biasa. Bila demikian, Mardanu mau dipuji, mau juga menerima penghargaan. Meski demikian, Mardanu selalu mengenang dan mengawetkan mimpi i tu dalam ingatannya. Apalagi sampai Mardanu dipindahtugaskan ke bidang administrasi teritorial lima tahun kemudian, perang dan serangan udara musuh tidak pernah terjadi. Pekerjaan administrasi adalah hal biasa yang begitu datar dan tak ada nilai istimewanya. Untung Mardanu hanya empat tahun menjalankan tugas itu, lalu tanpa terasa masa persiapan pensiun datang. Mardanu mendapat tugas baru menjadi anggota Komando Rayon Militer di kecamatannya. Di desa tempat dia tinggal, Mardanu juga bertugas menjadi Bintara Pembina Desa. Selama menjalani tugas teritorial ini pun, Mardanu tidak pernah menemukan kesempatan melakukan sesuatu yang penting dan bermakna sampai dia pada umur lima puluh tahun. Pagi ini, Mardanu berada di becak langganannya yang sedang meluncur ke kantor pos. Dia mau ambil uang pensiun. Kosim si abang becak sudah ubanan, pipinya mulai lekuk ke dalam. Selama mengayuh becak, napasnya terdengar megap-megap. Namun, seperti biasa, dia mengajak Mardanu bercakap-cakap. "Pak Mardanu mah senang ya, tiap bulan tinggal ambil uang banyak di kantor pos," kata si Kosim di antara tarikan napasnya yang berat. Ini juga pujian yang terasa membawa beban. Dia jadi ingat selama hidup belum pernah melakukan apa-apa. Selama jadi tentara belum pernah terlibat perang, bahkan belum juga pernah bekerja sekeras tukang becak di belakangnya. Sementara Kosim pernah bilang, dirinya sudah beruntung bila sehari mendapat lima belas ribu rupiah. Beruntung, karena dia sering mengalami dalam sehari tidak mendapatkan serupiah pun. Masih bersama Kosim, pulang dari kantor pos, Mardanu singgah ke pasar untuk membeli pakan burung kutilangnya . Sampai di rumah, Kosim diberinya upah yang membuat tukang becak itu tertawa. Setelah itu, terdengar kicau kutilang di kurungan yang tergantung di kasau emper rumah. Burung itu selalu bertingkah bila didekati majikannya . Mardanu belum menaruh pakan ke wadahnya di sisi kurungan. Dia ingin lebih lama menikmati tingkah burungnya: mencecet, mengibaskan sayap, dan merentang ekor sambil melompat - lompat. Mata Mardanu tidak berkedip menatap piaraannya. Namun, mendadak dia harus menengok ke bawah karena ada sepasang tangan mungil memegangi kakinya. ltu tangan Manik, cucu perempuan. "ltu burung apa, Kek?" tanya Manik. Rasa ingin tahu terpancar di wajahnya yang sejati. "Namanya burung kutilang. Bagus, kan?" Manik diam. Dia tetap menengadah, matanya terus menatap ke dalam kurungan. "O, jadi itu burung kutilang , Kek? Aku sudah lama tahu burungnya, tapi baru sekarang tahu namanya. Kek, aku bisa nyanyi . Nyanyi burung kutilang." "Wah, itu bagus. Baiklah cucuku, cobalah menyanyi, Kakek ingin dengar." Manik berdiri diam. Barangkali anak TK itu sedang mengingat cara bagaimana guru mengajarinya menyanyi.yang masih duduk di taman kanak-kanak. Di pucuk pohon cempaka , burung kutilang bernyanyi ... Manik menyanyi sambil menari dan bertepuk-tepuk tangan. Gerakannya lucu dan menggemaskan. Citra dunia anak-anak yang amat menawan . Mardanu terpesona, dan terpesona. Nyanyian cucu terasa merasuk dan mengendap dalam hatinya. Tangannya gemetar. Manik terus menari dan menyanyi. Selesai menari dan menyanyi, Mardanu merengkuh Manik , dipeluk, dan direngkuh ke dadanya. Ditimang-timang, lalu diantar ke ibunya di kios seberang jalan. Kembali dari sana, Mardanu duduk di bangku agak di bawah kurungan kutilangnya. Dia lama terdiam. Berkali-kali ditatapnya kutilang dalam kurungan dengan mata redup. Mardanu gelisah. Bangun dan duduk lagi. Bangun, masuk ke rumah dan keluar lagi. Dalam telinga, terulang-ulang suara cucunya. Di pucuk pohon cempaka, burung kutilang bernyanyi .... Wajah Mardanu menegang, kemudian mengendur lagi. Setelah itu, perlahan-lahan dia berdiri mendekati kurungan kutilang. Dengan tangan masih gemetar, dia membuka pintunya. Kutilang itu seperti biasa, bertingkah elok bila didekati oleh pemeliharanya. Tetapi setelah Mardanu pergi, kutilang itu menjulurkan kepala keluar pintu kurungan yang sudah menganga. Dia seperti bingung berhadapan dengan udara bebas, tetapi akhirnya burung itu terbang ke arah pepohonan. Ketika Manik datang lagi ke rumah Mardanu beberapa hari kemudian, dia menemukan kurungan itu sudah kosong. "Kek, di mana burung kutilang itu?" tanya Manik dengan mata membulat. "Sudah Kakek lepas. Mungkin sekarang kutilang itu sedang bersama temannya di pepohonan." "Kek, kenapa kutilang itu dilepas?" Mata Manik masih membulat. "Yah, supaya kutilang itu bisa bernyanyi di pucuk pohon cempaka, seperti nyanyianmu." Mata Manik makin membulat. Bibirnya bergerak-gerak namun belum ada satu kata pun yang keluar. "Biar kutilang itu bisa bernyanyi di pucuk pohon cempaka? Wah, itu luar biasa. Kakek hebat, hebat banget. Aku suka Kakek," Manik melompat-lompat gembira. Mardanu terkesima oleh pujian cucunya. ltu pujian pertama yang paling enak didengar dan tidak membuatnya menderita. Manik kembali berlenggang-lenggok dan bertepuk-tepuk tangan. Dari mulutnya yang mungil terulang nyanyian kegemarannya. Mardanu mengiringi tarian cucunya dengan tepuk tangan berirama. Entahlah, Mardanu merasa amat lega. Plong. (Cerpen "Lelaki yang Menderita Bila Dipuji" karya Ahmad Tohari dalam Doa yang Terapung: Cerpen Pilihan Kompas 2018) Pada cerpen "Lelaki yang Menderita Bila Dipuji", terdapat beberapa latar. Latar terdiri dari waktu, tempat, dan suasana. Rumah termasuk pada latar ... Sertakan kutipan dari cerita yang membuktikan latar tersebut.

8

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

1) Apa perbedaan antara kebaikan dan keburukan? Sebutkan dan jelaskan : • Beberapa contoh dari kebaikan dan keburukan! • Beberapa contoh dari keburukan dibalas dengan keburukan! • Beberapa contoh dari keburukan dibalas dengan kebaikan! 2) Di sebuah Sekolah Dasar, Si Akbar datang terlambat. Guru killer pun memukul siswa dengan penggaris kayu sampai 10x. Siswa lain hanya ketawa melihat tanpa ada kecurigaan pada situasi ini. Padahal Akbar ini lahir dari keluarga miskin. Setiap hari, Akbar harus membantu orang tua dalam waktu yang sangat banyak. Hari ke dua sampai hari ke lima, guru killer pun terus memukul Akbar sampai 50x. Siswa lain merasa khawatir, bahwa memukul sebanyak ini sangat tidak manusiawi dilakukan. Namun Guru killer tidak habis pikir, kenapa Akbar selalu terlambat sekolah. Setelah lebih dari 5 hari, guru killer mengikuti Akbar yang sedang pulang. Alangkah terkejutnya, bahwa Akbar banyak membantu orang tua kegiatan. Karena Orang tua sudah lansia. Guru killer pun sadar dan menyesal atas perbuatan itu. Tiba-tiba siswa sekelas Akbar datang menghampiri. Siswa lain merasa kaget dan siswa merasa tidak adil dengan guru killer. Keesokan harinya, saat guru killer masuk kelas. Disambut oleh kemarahan siswa lain, karena guru killer dianggap telah mencemarkan nama baik Akbar yang hidup miskin, ditambah lagi siswa mengganggap guru sebagai monster killer dan harus dipukul. Pada akhirnya siswa lain menghajar guru habis-habisan sampai gurunya menangis. Pada saat Akbar terlambat ke kelas melihat siswa lain mengeroyok Guru Killer, Akbar pun merasa bahwa Guru Killer tidak sejahat itu. Berdasarkan cerita diatas, apa dan bagaimana : • Penyebab guru killer tega memukul Akbar tanpa sebab! • Persamaan antara guru killer dan siswa lain terhadap Akbar? • Guru dianggap sebagai monster killer? jelaskan! • Rasanya jika Guru killer dikeroyok sama siswa lain? • Cara mengatasi agar guru killer dan siswa bisa diselesaikan secara damai? Jelaskan kesimpulan! 3) Setelah kejadian nomor dua tadi, para pemimpin negara langsung turun tangan ke sebuah lokasi Sekolah Dasar. Soal kasus siswa lain memukul Guru Killer, gara-gara memukul Akbar dengan alasan terlambat. Padahal Akbar hidup dalam garis kemiskinan. Akibatnya, Guru killer dikenakan sanksi tegas, karena telah membuat Akbar trauma dan siswa lain merasa provokasi. Sanksinya adalah Guru Killer tidak boleh bertemu Akbar di ruang kelas selama 3 bulan dan pengajar guru di kelas Akbar akan diganti oleh kepala sekolah untuk sementara waktu. Guru killer juga mengurangi gaji sebesar 30%/bulan. Bayangkan saja kalau Akbar sampai masuk ke rumah sakit, maka Guru killer bisa dituntut 15 tahun penjara. Berdasarkan diatas : • Apakah sanksi Guru killer dianggap pantas? Jelaskan! (kalau ada) • Mengapa pemimpin negara harus melakukan di Sekolah Dasar untuk menyelamatkan Akbar? • Apa jadinya kalau Guru Killer beneran dibenci oleh satu sekolah dasar dan cenderung dijauhi? Jelaskan! (Jika ada) • Apakah kepemimpinan perlu penanganan medis kepada Akbar? • Tuliskan contoh dari cerita diatas, berdasarkan Keburukan dibalas dengan kebaikan!

1

5.0

Jawaban terverifikasi

Gerhana Bulan Gerhana bulan adalah tertutupnya se bagian atau keseluruhan penampang bulan oleh bayangan bumi. Gerhana bulan terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. Gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Namun karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5°, tidak setiap oposisi bulan dengan matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan dua buah titik potong yang disebut node, yaitu titik ketika bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara matahari dan bumi. Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, bulan masih sering dapat terlihat. Ini di- karenakan masih adanya sinar matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak ber- warna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun cokelat. Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak ber bahaya. 15. Kalimat pasif yang terdapat pada teks tersebut adalah... A. Gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. B. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan dua buah titik potong yang disebut node, yaitu titik ketika bulan memotong bidang ekliptika. C. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. D. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. E. Kebanyakan sinar yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi ini me- miliki spektrum cahaya merah.

4

0.0

Jawaban terverifikasi

TARIAN PENA Virginia C.C. Pomantow Di bawah terik matahari aku menyusuri jalan kampung yang tampak tak berpenghuni. Samar-samar nyanyian tonggeret terdengar di sampingku. Bagai melodi yang tak tertata, sekali lagi aku mendengarnya. Sesampai dalam “istana tuaku”, terlihat seorang perempuan tua yang menyambutku dengan hangat. Nasi yang berselimut lauk-pauk tersedia dengan manis di meja makan. Setelah itu, aku masuk ke dalam ruang yang mengetahui setiap gerak-gerikku. Aku mulai memegang pena dan menggoreskannya di atas lembaran putih. Kutuang semua rasa yang bergejolak dalam hatiku. Tiba-tiba langit mulai gelap. Kuterlelap dalam buaian dingin yang kalap, bermimpi seorang pangeran gagah datang dengan kereta emas menjemputku dan merangkulku. Pagi cerah menanti sosok pelajar dari ibu pertiwi. Aku berdiri di lantai dua sekolah menanti kawan yang menyapa dengan senyuman. Kutatap pohon dan tanaman yang asri dan tersusun pula dengan rapi. Angin menyambar wajahku. “Fuuuuuuuuuu....” Seketika aku merasa tersengat dan memiliki semangat yang tak kunjung pudar. Di halaman sekolah para siswa bermain basket dengan lihai dan sebagian siswi berbincang-bincang dengan santai. Aku senang sekali menuangkan semua yang kulihat dalam sebuah tulisan, baik itu puisi maupun diary, hanya dengan kata yang mudah dipahami dan makna yang tersirat dengan sentuhan rasa kasih. Sungguh, aku tak ingin orang banyak mengetahui apa yang tersirat dalam catatanku. Waktu berjalan begitu cepat menyongsong matahari yang mengingini senja. Besi kuning mulai menjerit. “Teng, teng, teng.” Waktunya pulang ke “istanaku”. Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua menyambutku dengan hangat. Terlihat nasi yang berselendangkan lauk-pauk, membekaskan lezat pada lidahku. Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terima kasih pada perempuan tua itu. Aku pun masuk ke dalam ruang yang mengetahui gerak-gerikku dengan mengajak pena menari di atas lembaran putih. Kali ini, terpikirkan olehku sosok perempuan tua yang selalu terbayang di benakku. Susunan kalimat pun sudah selesai. “Aryo!” teriakku kepada lelaki yang belum pernah kudapati. Ketika aku membuka mata, Aryo sudah berada di depanku. Seketika pipiku mulai memerah dan bibirku menjadi sedikit kaku. “Apakah ini mimpi. Ini masih terlalu dini. Lagipula, aku masih terlalu muda!” teriakku dalam hati. Air dingin pun jatuh membasahi wajahku. Perlahan aku membuka mata dan mendapati ibuku memegang gayung air dari kamar mandi. “Ibu, mengapa Ibu menyiram air ke wajahku?” tanyaku. “Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu. Keesokan harinya, pagi-pagi buta, perempuan tua menyodorkan susu yang berbalut sediri kopi. Terasa lengkap akhir pekan ini. Kuintip dia dari balik lembaran kain yang tergantung di bawah ventilasi, dia di sana. Perempuan tua itu duduk di sebuah kayu berlapis kapuk yang membatu. Aku sedikit tersenyum manis. “Hemmm....” Wajahnya tampak di bawah naungan yang diharapkan selalu terjadi dan berharap waktu terus begini. “Ibu telah meninggal” kata seseorang yang menyapaku dengan tepukan di bahu kanan. Aku terdiam dan tak dapat berbuat apa pun, selain menangis bak orang gila. “Aaah.... Hee.... Tidak! Tidak! Ibuku tidak akan meninggalkan- ku,” jeritan keras yang tak pernah kuteriakkan sepanjang hidupku. Seketika aku tersadar dari lamunku. ‘Uhh, untung saja itu hanya sebuah khayalan baru yang terlintas di kepalaku,’ kesalku. Pada sore hari menjelang bulan naik perlahan menggantikan surya, perempuan itu pulang dengan letihnya. Wajah lesu, tangan yang lemas, dan kaki yang perlahan membeku. Kulihat dari seberang utara ruang tamu. Aku melangkahkan kaki dengan pasti dan memeluk tubuh perempuan tua itu, walau peluhnya pun menempel di bajuku. “Bu, maafkan aku. Aku tidak akan membuatmu kesal dan capek,” tangisku yang tersedu dalam sesal. “Eh, ada apa, sih, kamu ini tiba-tiba memeluk Ibu. Minta maaf pula. Tumben-tumbenan,” kata ibu dengan bingung. Kemudian, aku pergi ke ruang yang mengetahui gerak-gerikku. Kuhanyut dalam renungan pada malam sepi ini, merasakan dua hati yang saling melukai, antara sesal dan sedih. Dua rasa yang sejenis, tetapi memiliki arti masing-masing yang sangat mendalam. Sekali lagi aku menorehkan pena di hadapan lembaran kertas putih. Lilin kecil yang memercikkan api jingga menemaniku saat itu. Bersama itu, aku berdiam diri sambal menulis sebuah kisahku hari itu. Perlahan aku memejamkan mata dan bunyi rekaman lama terdengar. Aku terbangun dan keluar dari ruang yang mengetahui gerak-gerikku. Aku terkejut melihat banyak orang mengerumuni kamar perempuan tua itu. Kupandangi arah kamar perempuan tua itu. Lututku terjatuh perlaham menghampiri lantai. Aku tak dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang keluar dari freezer. “Ibu!” teriakku sekuat tenaga sambil meratapi malangnya nasibku. Perempuan tua tak dapat mengatakan apa pun, hanya terdiam, membeku, dan tergeletak, tinggal menunggu untuk dikebumikan. Aku hanya menangis, menangis tak karuan. Sekarang hari-hariku dipenuhi sesal yang tak berarti. Berangkat ke sekolah dengan seragam kumuh, tidak pula membuat sarapan karena malas dan resah, serta serintih harapan tak dapat kuadu. Masa tersulit pun kualami. Merajut asa tanpa sosok ibu di sisiku. Rindu tak terbalaskan. Bak pungguk merindukan bulan. “Ibu, aku rindu. Aku ingin Ibu masih bersamaku. Aku tak ingin semua ini terjadi. Aku lelah dengan semua kejadian ini!” jeritku kepada perempuan tua itu. “Tamat. Sekarang sudah larut malam. Sebaiknya cepat tidur. Selamat malam, Putriku,” kata ibuku sambil mencium keningku. “Selamat malam juga, Ibu,” jawabku sambil menarik selimut mungil dan terlelap pada malam itu dengan embusan angin yang menyapa dengan dingin. (Sumber: Di Sini Rinduku Tuntas; Antologi Cerita Pendek Bengkel Sastra 2019Balai Bahasa Sulawesi Utara, 2019) 2. Bagaimana alur dibangun dalam cerita tersebut?

393

5.0

Jawaban terverifikasi