buatlah novel tentang bullying, minimal 80 kalimat!

Mentari pagi menyinari SMA Nusa Bangsa, namun bayangan gelap bullying masih menghantui koridornya. Di sana, hiduplah Rara, gadis pendiam dengan kacamata tebal dan rambut selalu terurai. Ia adalah target utama geng "Serigala", kelompok siswa populer yang dipimpin oleh Dimas, seorang atlet basket tampan namun kejam. Setiap hari, Rara harus menghadapi hinaan, ejekan, dan bahkan kekerasan fisik dari mereka. Ia sering pulang sekolah dengan seragam robek dan mata sembab. Rara menyimpan semua penderitaannya dalam diam. Ia tak berani melapor kepada guru atau orang tuanya. Takut. Takut akan pembalasan Serigala. Takut akan ejekan lebih kejam. Ia merasa sendirian, terisolasi di tengah hiruk-pikuk sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar dan berteman. Hanya buku-buku dan dunia fantasi yang menjadi pelariannya. Suatu hari, Rara menemukan sebuah buku tua di perpustakaan. Buku itu berisi puisi-puisi yang penuh emosi dan kekuatan. Puisi-puisi itu seakan berbicara kepada hatinya, memberinya kekuatan untuk melawan. Ia mulai menulis puisi sendiri, menuangkan semua rasa sakit, amarah, dan harapannya ke dalam bait-bait kata. Di kelas, Rara diam-diam membaca puisinya. Kata-katanya begitu menyentuh, menggambarkan penderitaan yang tak terucapkan. Ardi, siswa pendiam yang duduk di sampingnya, memperhatikan Rara. Ia melihat kesedihan di balik senyum tipis Rara. Ardi, yang juga pernah menjadi korban bullying, merasakan empati yang mendalam. Ardi mulai mendekati Rara. Ia mendengarkan cerita Rara dengan sabar. Ia pun menceritakan pengalamannya sendiri. Mereka menemukan kekuatan dalam saling berbagi. Mereka sepakat untuk melawan bullying, bukan dengan kekerasan, tapi dengan kecerdasan dan keberanian. Ardi membantu Rara untuk lebih percaya diri. Ia mendorong Rara untuk membacakan puisinya di depan kelas. Awalnya Rara ragu, namun dengan dukungan Ardi, ia memberanikan diri. Puisi-puisi Rara menyentuh hati para siswa dan guru. Banyak yang terharu, bahkan ada yang menangis. Untuk pertama kalinya, Rara merasa diterima dan dihargai. Berita tentang puisi Rara tersebar luas. Bahkan Dimas dan geng Serigala mendengarnya. Mereka awalnya meremehkan, namun setelah mendengar puisi Rara, mereka terdiam. Puisi itu memaparkan betapa menyakitkannya bullying, betapa rapuhnya hati korban. Dimas, yang selama ini terbiasa dengan kekuasaan dan kekejaman, mulai merenungkan tindakannya. Ia menyadari bahwa ia telah menyakiti banyak orang. Ia merasa bersalah. Ia ingin berubah. Dimas mengumpulkan anggota Serigala. Ia meminta maaf kepada Rara dan korban bullying lainnya. Ia berjanji untuk menghentikan tindakan kejinya. Ia bahkan mengajak anggota Serigala untuk bergabung dengan Rara dan Ardi dalam kampanye anti-bullying. Sekolah Nusa Bangsa berubah. Kampanye anti-bullying yang digagas Rara dan Ardi mendapat dukungan penuh dari guru dan siswa. Mereka mengadakan workshop, seminar, dan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya bullying. Sekolah menjadi tempat yang lebih aman dan inklusif. Rara dan Ardi menjadi simbol perubahan. Mereka membuktikan bahwa bullying bisa dilawan, bukan dengan kekerasan, tapi dengan kekuatan kata-kata, empati, dan keberanian. Kisah mereka menginspirasi banyak siswa untuk berani bersuara dan melawan ketidakadilan. Mentari pagi kembali menyinari SMA Nusa Bangsa, kali ini tanpa bayangan gelap bullying. Sekolah itu kini dipenuhi dengan tawa dan persahabatan yang tulus. Rara dan Ardi, yang dulunya terluka, kini menjadi pahlawan bagi teman-teman mereka. Mereka membuktikan bahwa even the smallest voice can make a huge difference. Dan kisah mereka menjadi legenda di SMA Nusa Bangsa. Legenda tentang keberanian melawan kegelapan dengan cahaya puisi.