Hilya H

31 Maret 2024 16:20

Iklan

Iklan

Hilya H

31 Maret 2024 16:20

Pertanyaan

BMKG merupakan sebuah Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan. Berikut ini salah satu fungsi dari BMKG adalah .… A. penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang vulkanologi. B. penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor kegunungapian dan kegempaan. C. pelaksanaan penelitian, penyelidikan, pemetaan tematik dan analisis risiko bencana geologi. D. pemantauan serta peringatan dini aktivitas gunungapi dan longsor. E. penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim.


5

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Dela A

Community

31 Maret 2024 16:20

Jawaban terverifikasi

<p><strong>Jawaban: E. penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim.</strong></p><p><br>Salah satu fungsi BMKG adalah penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim. BMKG berfokus pada bidang klimatologi, meteorologi dan geofisika. Jawaban a b, c dan d merupakan fungsi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di bawah kementerian<br>ESDM.</p>

Jawaban: E. penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim.


Salah satu fungsi BMKG adalah penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim. BMKG berfokus pada bidang klimatologi, meteorologi dan geofisika. Jawaban a b, c dan d merupakan fungsi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di bawah kementerian
ESDM.


Iklan

Iklan

Mazaya M

Community

31 Maret 2024 23:32

<p>E.&nbsp;</p>

E. 


lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Sepekan terakhir, banjir dan longsor melanda banyak daerah yang diawali hujan berjam-jam. Di tengah kekalutan pascabencana, anomali cuaca sering dijadikan biang utama bencana. Hingga Minggu (5/5/2019), sejumlah daerah masih dilanda banjir, seperti Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dan Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Masyarakat di sejumlah daerah juga masih merasakan dampak yang mulai surut, seperti di Bengkulu Tengah (Bengkulu), Pulau Sembilan (Kalimantan Selatan), serta sejumlah kabupaten di Sulawesi, seperti Sigi, Manado, Jeneponto, Enrekang, Luwu, Tana Toraja, dan Selayar. Bahkan, di Sentani, Jayapura, warga masih mengungsi akibat luapan Danau Sentani. Di sejumlah daerah, posko-posko pengungsian didirikan dan disiapkan. "Untuk penanganan keseluruhan, termasuk pemulihan pascabanjir, masih kami susun,” kata Wakil Bupati Tana Toraja Viktor Datuan Batara. Banjir di Toraja akibat meluapnya Sungai Saddang. Sejumlah daerah hingga kini masih kewalahan menangani bencana dan pascabencana. Para pengambil kebijakan daerah masih bergantung kepada pemerintah pusat, khususnya menyangkut pendanaan. Di tengah berbagai penanganan kedaruratan yang kedodoran serta rehabilitasi dan rekonstruksi, fenomena cuaca di wilayah Indonesia masih harus diwaspadai. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, hujan lebat masih akan mengguyur wilayah Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua hingga Selasa besok. Hal itu disebabkan sirkulasi angin di sekitar Laut Banda. Berdasarkan data Badan ” Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), periode JanuariApril 2019, tercatat 1.586 kejadian bencana di Indonesia yang menewaskan 325 orang, menyebabkan 113 orang hilang dan 1.439 warga luka-luka, serta mengakibatkan 996.143 orang mengungsi. Itu belum termasuk kerugian berupa infrastruktur publik dan rumah warga yang rusak. Lebih dari 98 persen kejadian terkait banjir, banjir bandang, longsor, dan puting beliung. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018, frekuensi bencana naik 7,2 persen. “Jumlah korban jiwa meningkat 192 persen dan korban luka meningkat 212 persen," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Sabtu (4/5), di Jakarta. Secara alamiah, frekuensi dan dampak bencana hidrometeorologi memang meningkat. Itu dikaitkan dengan pemanasan global yang mengubah pdla hujan ekstrem dan menguatkan intensitas siklon tropis yang kian berisiko. Namun, bencana juga terkait pengelolaan lingkungan dan tata ruang. Menurut peneliti iklim yang juga Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, pola hujan di Indonesia saat ini cenderung berubah. Hujan lebat hingga ekstrem meningkat pesat pada 1961-2010 sekalipun rata-rata tahunannya cenderung sama, bahkan menurun. Sekalipun banyak bukti adanya “perubahan aspek meteorologis, kata Siswanto, bencana juga terkait kerentanan wilayah. Itu tergantung perubahan tata guna lahan, pertumbuhan populasi, urbanisasi, sampah dan sedimentasi, serta budaya masyarakat. Berdasarkan teks di atas, banyak daerah dilanda banjir, kecuali .... A. Gresik B. Pulang Pisang C. Pulau Sembilan D. Manado E. Malang

3

5.0

Jawaban terverifikasi

Sepekan terakhir, banjir dan longsor melanda banyak daerah yang diawali hujan berjam-jam. Di tengah kekalutan pascabencana, anomali cuaca sering dijadikan biang utama bencana. Hingga Minggu (5/5/2019), sejumlah daerah masih dilanda banjir, seperti Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dan Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Masyarakat di sejumlah daerah juga masih merasakan dampak yang mulai surut, seperti di Bengkulu Tengah (Bengkulu), Pulau Sembilan (Kalimantan Selatan), serta sejumlah kabupaten di Sulawesi, seperti Sigi, Manado, Jeneponto, Enrekang, Luwu, Tana Toraja, dan Selayar. Bahkan, di Sentani, Jayapura, warga masih mengungsi akibat luapan Danau Sentani. Di sejumlah daerah, posko-posko pengungsian didirikan dan disiapkan. "Untuk penanganan keseluruhan, termasuk pemulihan pascabanjir, masih kami susun,” kata Wakil Bupati Tana Toraja Viktor Datuan Batara. Banjir di Toraja akibat meluapnya Sungai Saddang. Sejumlah daerah hingga kini masih kewalahan menangani bencana dan pascabencana. Para pengambil kebijakan daerah masih bergantung kepada pemerintah pusat, khususnya menyangkut pendanaan. Di tengah berbagai penanganan kedaruratan yang kedodoran serta rehabilitasi dan rekonstruksi, fenomena cuaca di wilayah Indonesia masih harus diwaspadai. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, hujan lebat masih akan mengguyur wilayah Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua hingga Selasa besok. Hal itu disebabkan sirkulasi angin di sekitar Laut Banda. Berdasarkan data Badan ” Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), periode JanuariApril 2019, tercatat 1.586 kejadian bencana di Indonesia yang menewaskan 325 orang, menyebabkan 113 orang hilang dan 1.439 warga luka-luka, serta mengakibatkan 996.143 orang mengungsi. Itu belum termasuk kerugian berupa infrastruktur publik dan rumah warga yang rusak. Lebih dari 98 persen kejadian terkait banjir, banjir bandang, longsor, dan puting beliung. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018, frekuensi bencana naik 7,2 persen. “Jumlah korban jiwa meningkat 192 persen dan korban luka meningkat 212 persen," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Sabtu (4/5), di Jakarta. Secara alamiah, frekuensi dan dampak bencana hidrometeorologi memang meningkat. Itu dikaitkan dengan pemanasan global yang mengubah pdla hujan ekstrem dan menguatkan intensitas siklon tropis yang kian berisiko. Namun, bencana juga terkait pengelolaan lingkungan dan tata ruang. Menurut peneliti iklim yang juga Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, pola hujan di Indonesia saat ini cenderung berubah. Hujan lebat hingga ekstrem meningkat pesat pada 1961-2010 sekalipun rata-rata tahunannya cenderung sama, bahkan menurun. Sekalipun banyak bukti adanya “perubahan aspek meteorologis, kata Siswanto, bencana juga terkait kerentanan wilayah. Itu tergantung perubahan tata guna lahan, pertumbuhan populasi, urbanisasi, sampah dan sedimentasi, serta budaya masyarakat. Berdasarkan teks di atas, Provinsi yang mengalami kejadian bencana paling rendah adalah .... A. Nusa Tenggara Barat B. Papua Barat C. Bengkulu D. Aceh E. Maluku Utara

1

0.0

Jawaban terverifikasi