Evi S

09 Oktober 2024 16:54

Iklan

Evi S

09 Oktober 2024 16:54

Pertanyaan

Bagaimana peran gender berpengaruh terhadap kesempatan pendidikan dan karir perempuan

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

10

:

47

:

30

Klaim

12

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Delbert S

09 Oktober 2024 22:48

Jawaban terverifikasi

Peran gender dapat berpengaruh signifikan terhadap kesempatan pendidikan dan karir perempuan dalam beberapa cara: Akses Pendidikan: Di banyak budaya, perempuan sering kali menghadapi hambatan dalam mengakses pendidikan formal, baik karena norma sosial yang menekankan peran domestik mereka atau karena diskriminasi. Hal ini membatasi kemampuan mereka untuk mendapatkan keterampilan yang diperlukan dalam dunia kerja Pendidikan yang Diterima: Perempuan mungkin diarahkan untuk mengambil jurusan tertentu yang dianggap "cocok" untuk mereka, seperti pendidikan atau keperawatan, sementara jurusan yang lebih teknis atau berpandangan luas sering kali didominasi oleh laki-laki. Ini mempengaruhi pilihan karir mereka di masa depan. Kesempatan Karir: Dalam dunia kerja, perempuan sering kali menghadapi kesenjangan upah dan kesulitan dalam naik ke posisi manajerial atau kepemimpinan. Stereotip gender dapat membatasi peran yang mereka dapat ambil dan menghalangi mereka untuk mencapai potensi penuh.


Iklan

Rendi R

Community

21 Oktober 2024 23:53

Jawaban terverifikasi

<p>Peran gender memiliki pengaruh signifikan terhadap kesempatan pendidikan dan karir perempuan. Meskipun telah terjadi banyak kemajuan dalam hal kesetaraan gender, masih ada berbagai faktor sosial, budaya, ekonomi, dan struktural yang membatasi perempuan dalam pendidikan dan karir. Berikut adalah beberapa cara di mana peran gender memengaruhi kesempatan tersebut:</p><p>1. <strong>Norma Sosial dan Budaya</strong></p><ul><li>Di banyak masyarakat, norma-norma sosial dan budaya tradisional menetapkan peran tertentu untuk perempuan, seperti tanggung jawab di rumah dan mengurus keluarga. Hal ini bisa membatasi akses perempuan ke pendidikan formal atau mempersempit pilihan karir mereka.</li><li>Stereotip gender yang menganggap bahwa perempuan lebih cocok untuk pekerjaan domestik atau pekerjaan tertentu (misalnya, mengajar atau perawatan) juga dapat membatasi kesempatan perempuan untuk mengejar karir di bidang-bidang seperti sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).</li></ul><p>2. <strong>Akses terhadap Pendidikan</strong></p><ul><li><strong>Akses yang terbatas</strong>: Di beberapa negara atau wilayah, terutama yang masih mengadopsi pandangan tradisional, anak perempuan mungkin tidak mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan seperti anak laki-laki. Faktor-faktor seperti kemiskinan, jarak ke sekolah, atau kurangnya dukungan keluarga dapat membuat anak perempuan lebih rentan untuk putus sekolah.</li><li><strong>Pernikahan dini</strong>: Di banyak tempat, pernikahan dini adalah salah satu penyebab utama rendahnya partisipasi perempuan dalam pendidikan. Anak perempuan yang menikah muda sering kali harus meninggalkan pendidikan mereka untuk mengurus rumah tangga.</li></ul><p>3. <strong>Diskriminasi Gender di Tempat Kerja</strong></p><ul><li><strong>Kesempatan karir terbatas</strong>: Bahkan setelah mendapatkan pendidikan yang baik, perempuan sering kali menghadapi tantangan dalam mengakses peluang karir yang setara dengan laki-laki. Ada diskriminasi gender yang membatasi perempuan untuk menduduki posisi manajerial atau jabatan eksekutif. Selain itu, perempuan sering kali terjebak dalam pekerjaan yang dianggap "lebih cocok" bagi perempuan, yang cenderung berupah lebih rendah.</li><li><strong>Kesempatan promosi lebih sedikit</strong>: Perempuan sering kali menghadapi hambatan dalam mendapatkan promosi atau naik ke tingkat manajemen senior, dikenal sebagai "glass ceiling" atau langit-langit kaca. Hal ini diperparah oleh stereotip bahwa perempuan kurang kompeten dalam peran kepemimpinan dibandingkan laki-laki.</li></ul><p>4. <strong>Beban Ganda dan Kewajiban Domestik</strong></p><ul><li>Perempuan yang berkarir sering kali menghadapi tantangan "beban ganda" di mana mereka harus mengelola pekerjaan profesional sekaligus menjalankan tanggung jawab domestik, seperti merawat anak dan mengurus rumah. Hal ini dapat menghambat perkembangan karir mereka, karena waktu dan energi yang terbatas untuk berfokus pada pekerjaan profesional.</li><li>Dalam banyak masyarakat, meskipun perempuan berperan sebagai pencari nafkah, mereka tetap diharapkan menjalankan tanggung jawab rumah tangga, yang bisa menyebabkan kelelahan dan stres.</li></ul><p>5. <strong>Kesenjangan Gaji Berdasarkan Gender</strong></p><ul><li>Di banyak negara, terdapat <strong>kesenjangan gaji antara laki-laki dan perempuan</strong>. Perempuan sering kali dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Hal ini memperparah ketidaksetaraan gender di tempat kerja dan memengaruhi kesempatan perempuan untuk berkembang secara finansial dan profesional.</li></ul><p>6. <strong>Kebijakan dan Dukungan Institusional</strong></p><ul><li>Beberapa perusahaan dan institusi pendidikan belum sepenuhnya menyediakan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti cuti melahirkan, fleksibilitas kerja, atau lingkungan kerja yang ramah terhadap perempuan. Kurangnya kebijakan semacam ini dapat membuat perempuan kesulitan untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional.</li><li>Selain itu, dalam beberapa kasus, perempuan juga menghadapi risiko kekerasan dan pelecehan di tempat kerja, yang dapat menghalangi perkembangan karir mereka.</li></ul><p>7. <strong>Gerakan Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan</strong></p><ul><li>Di sisi lain, gerakan kesetaraan gender di berbagai negara telah mendorong perubahan dalam akses pendidikan dan kesempatan karir perempuan. Banyak inisiatif global dan lokal yang berfokus pada pemberdayaan perempuan, memberikan beasiswa, dan mendukung perempuan untuk mengejar pendidikan tinggi dan masuk ke berbagai bidang karir, termasuk STEM.</li></ul><p>Kesimpulan:</p><p>Peran gender mempengaruhi kesempatan pendidikan dan karir perempuan melalui norma sosial, diskriminasi, kesenjangan gaji, tanggung jawab ganda, dan kebijakan institusional. Meski telah ada kemajuan dalam mengatasi hambatan-hambatan ini, kesenjangan gender masih ada di banyak negara dan bidang kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut, baik dalam bentuk kebijakan, pendidikan, dan advokasi, untuk menciptakan kesetaraan yang lebih nyata di bidang pendidikan dan karir bagi perempuan.</p>

Peran gender memiliki pengaruh signifikan terhadap kesempatan pendidikan dan karir perempuan. Meskipun telah terjadi banyak kemajuan dalam hal kesetaraan gender, masih ada berbagai faktor sosial, budaya, ekonomi, dan struktural yang membatasi perempuan dalam pendidikan dan karir. Berikut adalah beberapa cara di mana peran gender memengaruhi kesempatan tersebut:

1. Norma Sosial dan Budaya

  • Di banyak masyarakat, norma-norma sosial dan budaya tradisional menetapkan peran tertentu untuk perempuan, seperti tanggung jawab di rumah dan mengurus keluarga. Hal ini bisa membatasi akses perempuan ke pendidikan formal atau mempersempit pilihan karir mereka.
  • Stereotip gender yang menganggap bahwa perempuan lebih cocok untuk pekerjaan domestik atau pekerjaan tertentu (misalnya, mengajar atau perawatan) juga dapat membatasi kesempatan perempuan untuk mengejar karir di bidang-bidang seperti sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).

2. Akses terhadap Pendidikan

  • Akses yang terbatas: Di beberapa negara atau wilayah, terutama yang masih mengadopsi pandangan tradisional, anak perempuan mungkin tidak mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan seperti anak laki-laki. Faktor-faktor seperti kemiskinan, jarak ke sekolah, atau kurangnya dukungan keluarga dapat membuat anak perempuan lebih rentan untuk putus sekolah.
  • Pernikahan dini: Di banyak tempat, pernikahan dini adalah salah satu penyebab utama rendahnya partisipasi perempuan dalam pendidikan. Anak perempuan yang menikah muda sering kali harus meninggalkan pendidikan mereka untuk mengurus rumah tangga.

3. Diskriminasi Gender di Tempat Kerja

  • Kesempatan karir terbatas: Bahkan setelah mendapatkan pendidikan yang baik, perempuan sering kali menghadapi tantangan dalam mengakses peluang karir yang setara dengan laki-laki. Ada diskriminasi gender yang membatasi perempuan untuk menduduki posisi manajerial atau jabatan eksekutif. Selain itu, perempuan sering kali terjebak dalam pekerjaan yang dianggap "lebih cocok" bagi perempuan, yang cenderung berupah lebih rendah.
  • Kesempatan promosi lebih sedikit: Perempuan sering kali menghadapi hambatan dalam mendapatkan promosi atau naik ke tingkat manajemen senior, dikenal sebagai "glass ceiling" atau langit-langit kaca. Hal ini diperparah oleh stereotip bahwa perempuan kurang kompeten dalam peran kepemimpinan dibandingkan laki-laki.

4. Beban Ganda dan Kewajiban Domestik

  • Perempuan yang berkarir sering kali menghadapi tantangan "beban ganda" di mana mereka harus mengelola pekerjaan profesional sekaligus menjalankan tanggung jawab domestik, seperti merawat anak dan mengurus rumah. Hal ini dapat menghambat perkembangan karir mereka, karena waktu dan energi yang terbatas untuk berfokus pada pekerjaan profesional.
  • Dalam banyak masyarakat, meskipun perempuan berperan sebagai pencari nafkah, mereka tetap diharapkan menjalankan tanggung jawab rumah tangga, yang bisa menyebabkan kelelahan dan stres.

5. Kesenjangan Gaji Berdasarkan Gender

  • Di banyak negara, terdapat kesenjangan gaji antara laki-laki dan perempuan. Perempuan sering kali dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Hal ini memperparah ketidaksetaraan gender di tempat kerja dan memengaruhi kesempatan perempuan untuk berkembang secara finansial dan profesional.

6. Kebijakan dan Dukungan Institusional

  • Beberapa perusahaan dan institusi pendidikan belum sepenuhnya menyediakan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti cuti melahirkan, fleksibilitas kerja, atau lingkungan kerja yang ramah terhadap perempuan. Kurangnya kebijakan semacam ini dapat membuat perempuan kesulitan untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional.
  • Selain itu, dalam beberapa kasus, perempuan juga menghadapi risiko kekerasan dan pelecehan di tempat kerja, yang dapat menghalangi perkembangan karir mereka.

7. Gerakan Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

  • Di sisi lain, gerakan kesetaraan gender di berbagai negara telah mendorong perubahan dalam akses pendidikan dan kesempatan karir perempuan. Banyak inisiatif global dan lokal yang berfokus pada pemberdayaan perempuan, memberikan beasiswa, dan mendukung perempuan untuk mengejar pendidikan tinggi dan masuk ke berbagai bidang karir, termasuk STEM.

Kesimpulan:

Peran gender mempengaruhi kesempatan pendidikan dan karir perempuan melalui norma sosial, diskriminasi, kesenjangan gaji, tanggung jawab ganda, dan kebijakan institusional. Meski telah ada kemajuan dalam mengatasi hambatan-hambatan ini, kesenjangan gender masih ada di banyak negara dan bidang kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut, baik dalam bentuk kebijakan, pendidikan, dan advokasi, untuk menciptakan kesetaraan yang lebih nyata di bidang pendidikan dan karir bagi perempuan.


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Bagaimana peran kekuatan mental dalam menghadapi pertandingan pencak silat.... a. Hanya sebagai pelengkap b. Membantu mengontrol emosi dan membuat keputusan tepat di saat kritis c. Tidak berpengaruh d. Hanya diperlukan untuk serangan

24

0.0

Jawaban terverifikasi

Cermati teks berikut! Semangat gotong royong Saat ini masyarakat tengah menghadapi cuaca ekstrim akibat musim pancaroba. Musim pancaroba adalah perallihan dari musim panas ke musim hujan, seperti terjadinya hujan deras yang disertai dengan petir dan angin kencang. Kondisi tersebut terjadi di berbagai daerah di indonesia. Bahkan ada beberapa daerah yang dilanda angin puting beliung. Bersyukur kejadian tersebut tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa walaupun kerugian materi yang diderita cukup besar. Tindakan warga sekitar sangat cepat, mereka segera membantu warga yang terkena dampak bencana. Mereka juga secara swadaya menyediakan bahan-bahan bangunan dan tenaga untuk memperbaiki bangunan-bangunan yang rusak. Peran para pemuka agama juga cukup besar bagi warga yang terkena bencana, mereka memberikan bimbingan mental atau nasehat agar warga tetap tabah dan tidak patah semangat dalam menghadapi bencana tersebut. Mereka memotivasi warga agar dapat menghadapi bencana tersebut agar dapat bangkit dan segera melakukan tindakan- tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki keadaan ke kondisi semula atau bahkan menjadi lebih baik. Pihak pemerintah daerah juga melakukan berbagai upaya pertolongan, seperti pendirian posko pengungsian dan dapur umum serta penyediaan tenaga medis dan tenaga SAR untuk membantu warga yang terdampak. Pemerintah juga segera memperbaiki sarana dan prasarana umum yang rusak serta menyediakan bantuan untuk rekonstruksi rumah warga yang rusak. Berkat partisipasi dan tindakan cepat dari berbagai pihak tersebut, proses pemulihan lokasi bencana dapat berjalan dengan baik dan lancar. Wargapun dapat kembali beraktifitas seperti semula Berdasarkan teks semangat gotong royong, perhatikan paragraf pertama pada kalimat "Tindakan warga sekitar sangat cepat, mereka segera membantu warga yang terkena dampak bencana. Mereka juga secara swadaya menyediakan bahan-bahan bangunan dan tenaga untuk memperbaiki bangunan-bangunan yang rusak." Kalimat tersebut merupakan contoh dari tindakan sosial yaitu..... A. tindakan afektif B. tradisional C. berorientasi nilai D. rasional instrumental E. insidental

58

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan