Peran gender memiliki pengaruh signifikan terhadap kesempatan pendidikan dan karir perempuan. Meskipun telah terjadi banyak kemajuan dalam hal kesetaraan gender, masih ada berbagai faktor sosial, budaya, ekonomi, dan struktural yang membatasi perempuan dalam pendidikan dan karir. Berikut adalah beberapa cara di mana peran gender memengaruhi kesempatan tersebut:
1. Norma Sosial dan Budaya
- Di banyak masyarakat, norma-norma sosial dan budaya tradisional menetapkan peran tertentu untuk perempuan, seperti tanggung jawab di rumah dan mengurus keluarga. Hal ini bisa membatasi akses perempuan ke pendidikan formal atau mempersempit pilihan karir mereka.
- Stereotip gender yang menganggap bahwa perempuan lebih cocok untuk pekerjaan domestik atau pekerjaan tertentu (misalnya, mengajar atau perawatan) juga dapat membatasi kesempatan perempuan untuk mengejar karir di bidang-bidang seperti sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
2. Akses terhadap Pendidikan
- Akses yang terbatas: Di beberapa negara atau wilayah, terutama yang masih mengadopsi pandangan tradisional, anak perempuan mungkin tidak mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan seperti anak laki-laki. Faktor-faktor seperti kemiskinan, jarak ke sekolah, atau kurangnya dukungan keluarga dapat membuat anak perempuan lebih rentan untuk putus sekolah.
- Pernikahan dini: Di banyak tempat, pernikahan dini adalah salah satu penyebab utama rendahnya partisipasi perempuan dalam pendidikan. Anak perempuan yang menikah muda sering kali harus meninggalkan pendidikan mereka untuk mengurus rumah tangga.
3. Diskriminasi Gender di Tempat Kerja
- Kesempatan karir terbatas: Bahkan setelah mendapatkan pendidikan yang baik, perempuan sering kali menghadapi tantangan dalam mengakses peluang karir yang setara dengan laki-laki. Ada diskriminasi gender yang membatasi perempuan untuk menduduki posisi manajerial atau jabatan eksekutif. Selain itu, perempuan sering kali terjebak dalam pekerjaan yang dianggap "lebih cocok" bagi perempuan, yang cenderung berupah lebih rendah.
- Kesempatan promosi lebih sedikit: Perempuan sering kali menghadapi hambatan dalam mendapatkan promosi atau naik ke tingkat manajemen senior, dikenal sebagai "glass ceiling" atau langit-langit kaca. Hal ini diperparah oleh stereotip bahwa perempuan kurang kompeten dalam peran kepemimpinan dibandingkan laki-laki.
4. Beban Ganda dan Kewajiban Domestik
- Perempuan yang berkarir sering kali menghadapi tantangan "beban ganda" di mana mereka harus mengelola pekerjaan profesional sekaligus menjalankan tanggung jawab domestik, seperti merawat anak dan mengurus rumah. Hal ini dapat menghambat perkembangan karir mereka, karena waktu dan energi yang terbatas untuk berfokus pada pekerjaan profesional.
- Dalam banyak masyarakat, meskipun perempuan berperan sebagai pencari nafkah, mereka tetap diharapkan menjalankan tanggung jawab rumah tangga, yang bisa menyebabkan kelelahan dan stres.
5. Kesenjangan Gaji Berdasarkan Gender
- Di banyak negara, terdapat kesenjangan gaji antara laki-laki dan perempuan. Perempuan sering kali dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Hal ini memperparah ketidaksetaraan gender di tempat kerja dan memengaruhi kesempatan perempuan untuk berkembang secara finansial dan profesional.
6. Kebijakan dan Dukungan Institusional
- Beberapa perusahaan dan institusi pendidikan belum sepenuhnya menyediakan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti cuti melahirkan, fleksibilitas kerja, atau lingkungan kerja yang ramah terhadap perempuan. Kurangnya kebijakan semacam ini dapat membuat perempuan kesulitan untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional.
- Selain itu, dalam beberapa kasus, perempuan juga menghadapi risiko kekerasan dan pelecehan di tempat kerja, yang dapat menghalangi perkembangan karir mereka.
7. Gerakan Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
- Di sisi lain, gerakan kesetaraan gender di berbagai negara telah mendorong perubahan dalam akses pendidikan dan kesempatan karir perempuan. Banyak inisiatif global dan lokal yang berfokus pada pemberdayaan perempuan, memberikan beasiswa, dan mendukung perempuan untuk mengejar pendidikan tinggi dan masuk ke berbagai bidang karir, termasuk STEM.
Kesimpulan:
Peran gender mempengaruhi kesempatan pendidikan dan karir perempuan melalui norma sosial, diskriminasi, kesenjangan gaji, tanggung jawab ganda, dan kebijakan institusional. Meski telah ada kemajuan dalam mengatasi hambatan-hambatan ini, kesenjangan gender masih ada di banyak negara dan bidang kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut, baik dalam bentuk kebijakan, pendidikan, dan advokasi, untuk menciptakan kesetaraan yang lebih nyata di bidang pendidikan dan karir bagi perempuan.