I'M M

18 November 2023 12:06

Iklan

I'M M

18 November 2023 12:06

Pertanyaan

Bacalah teks cerita pendek di bawah ini! Sidik berpikir, benar juga kalau ia sakit, tidak ada lagi yang bisa menggembalakan kambing- kambingnya, tidak ada lagi yang merumput. Akhirnya Sidik pun menuruti apa kata mamaknya. Sesuap demi sesuap, nasi dan lauk ia masukkan ke mulut. Sesuatu apa pun yang dimasak mamaknya biasanya terasa nikmat, tetapi kali ini Sidik tak bisa merasakan nikmatnya masakan mamak. Semua tak berasa. Semua hambar seperti perasaannya saat itu. Sidik masih belum percaya kalau bapak yang ia kagumi, yang ia panuti, kini telah pergi. Tiada lagi yang menjadi iman ketika salat, tiada lagi yang mengajari poro gapet, tiada lagi yang mengajari pembagian. Tuliskan ciri kebahasaan yang terdapat dalam kutipan cerita tersebut!

Bacalah teks cerita pendek di bawah ini!

Sidik berpikir, benar juga kalau ia sakit, tidak ada lagi yang bisa menggembalakan kambing- kambingnya, tidak ada lagi yang merumput. Akhirnya Sidik pun menuruti apa kata mamaknya. Sesuap demi sesuap, nasi dan lauk ia masukkan ke mulut. Sesuatu apa pun yang dimasak mamaknya biasanya terasa nikmat, tetapi kali ini Sidik tak bisa merasakan nikmatnya masakan mamak. Semua tak berasa. Semua hambar seperti perasaannya saat itu. Sidik masih belum percaya kalau bapak yang ia kagumi, yang ia panuti, kini telah pergi. Tiada lagi yang menjadi iman ketika salat, tiada lagi yang mengajari poro gapet, tiada lagi yang mengajari pembagian. 

Tuliskan ciri kebahasaan yang terdapat dalam kutipan cerita tersebut!

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

18

:

06

:

19

Klaim

1

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Kevin L

Gold

08 Desember 2023 13:50

Jawaban terverifikasi

Dari pertanyaan yang diajukan, tampaknya kita sedang membahas subjek Bahasa Indonesia, khususnya topik analisis teks cerita pendek. Konsep yang ditanyakan adalah tentang ciri kebahasaan dalam teks cerita pendek. Penjelasan: Ciri kebahasaan dalam teks cerita pendek biasanya meliputi gaya bahasa, diksi (pilihan kata), kalimat efektif, dan penggunaan tanda baca. Dalam kutipan cerita yang diberikan, kita bisa melihat beberapa ciri kebahasaan, seperti: 1. Diksi atau pilihan kata: Penulis menggunakan kata-kata yang mampu menggambarkan perasaan dan suasana hati Sidik, seperti "berduka", "mengagumi", "tanggung jawab", "hambar", dan "percaya". Kata-kata ini membantu pembaca memahami karakter dan perasaan Sidik. 2. Gaya bahasa: Penulis menggunakan gaya bahasa deskriptif untuk menggambarkan situasi dan perasaan Sidik. Misalnya, "Semua hambar seperti perasaannya saat itu." Ini adalah contoh gaya bahasa simile atau perbandingan. 3. Kalimat efektif: Penulis menggunakan kalimat efektif yang langsung dan jelas untuk menggambarkan situasi dan perasaan Sidik. Misalnya, "Sidik masih belum percaya kalau bapak yang ia kagumi, yang ia panuti, kini telah pergi." 4. Penggunaan tanda baca: Penulis menggunakan tanda baca dengan tepat untuk memberikan jeda dan menekankan emosi dalam cerita. Misalnya, penggunaan koma dan titik untuk memberikan jeda dan menekankan perasaan Sidik. Kesimpulan: Ciri kebahasaan yang terdapat dalam kutipan cerita tersebut meliputi diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, kalimat efektif, dan penggunaan tanda baca.


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Bacalah kutipan buku nonfiksi berikut! Puputan Upacara puputan atau dhautan bagi masyarakat Jawa merupakan upacara yang dilakukan dalam rangkaian upacara kelahiran seorang anak. Upacara ini dilaksanakan pada sore hari ketika tali pusar si bayi telah putus atau lepas (puput atau dhaut berarti lepas). Waktu yang diperlukan untuk penyelenggaraan puputan tidak dapat ditentukan secara pasti Hal ini bergantung kepada lama tidaknya tali pusar si bayi lepas dengan sendirinya. Tali pusar si bayi dapat putus sebelum seminggu bahkan lebih dari seminggu sejak kelahiran. Keluarga si bayi harus siap mengadakan upacara puputan jika sewaktu- waktu tali pusar tersebut putus. Upacara ini diselenggarakan dengan mengadakan kenduri atau selamatan yang dihadiri oleh kerabat dan tetangga terdekat. Sesajian (makanan) yang disediakan dalam upacara puputan, antara lain nasi gudangan yang terdiri atas nasi dengan lauk-pauk, sayur-mayur dan parutan kelapa, bubur merah, bubur putih, dan jajan pasar. Upacara puputan biasanya ditandai dengan dipasangnya sawuran (bawang merah, dlingo bengle yang dimasukkan ke ketupat), dan aneka macam duri kemarung di sudut- sudut kamar bayi. Selain sawuran dipasang juga daun nanas yang diberi warna hitam putih (bergaris-garis), daun apa-apa, awar-awar, girang, dan duri kemarung. Di halaman rumah dipasang tumbak sewu, yaitu sapu lidi yang didirikan dengan tegak. Di tempat tidur si bayi diletakkan benda-benda tajam seperti pisau dan gunting. Dalam upacara puputan dhautan terdapat makna atau lambang atau yang tersirat dalam makanan dan alat yang digunakan tersebut. Sumber: Maryani, Indonesia nan Indah: Upacara Adat, Semarang. Alprin, 2019 Buatlah rangkuman isi kutipan buku nonfiksi tersebut!

459

0.0

Jawaban terverifikasi