Lily S

07 Juli 2022 03:02

Iklan

Lily S

07 Juli 2022 03:02

Pertanyaan

Bacalah fabel berikut! Burung Tempua Pada zaman dahulu, di tanah Melayu hiduplah dua ekor burung yang saling bersahabat. Burung tersebut adalah Burung Tempua dan Burung Puyuh. Burung Tempua dan Burung Puyuh merupakan dua burung yang bersahabat sangat dekat. Di mana ada Burung Tempua di sana ada Burung Puyuh. Mereka selalu bepergian bersama, baik untuk mencari makan maupun untuk seke­ dar terbang bersama. Suka duka selalu mereka hadapi bersama, baik saat kehujanan maupun saat cuaca yang panas. Suatu hari, keduanya saling bertemu sambil membincangkan keistimewaan dari sarang ma­sing-masing. "Aku memiliki sarang yang cantik. Sarangku terbuat dari helaian alang-alang dan rumput kering. Helaian itu dijalin dengan rapi. Jadi, saat hujan tidak akan basah. Saat terik pun tidak akan kepanasan. Aku menghabiskan wak­tu berminggu-minggu untuk membuatnya," kata Burung Tempua. Kedua burung tersebut hanya berpisah pada saat tidur di malam hari. Mereka tidur di sarang mereka masing-masing. Meskipun dalam banyak hal mereka punya satu kesamaan, dalam hal berteduh dan bersarang di malam· hari, keduanya memiliki selera yang berbeda. Sarang Tempua bisanya tergantung tinggi di atas pohon walaupun ada yang agak rendah. Jikalau pun rendah, pasti di dekatnya ada sarang ular, lebah atau penyengat. Burung Tempua berlindung pada hewan-hewan tersebut. Kalau Burung Tempua bersarang pada posisi rendah, pastilah ada yang dapat menjaganya. Sebaliknya, Burung Puyuh lebih suka dengan jenis sarang yang praktis. Burung Puyuh merasa tak perlu bersusah payah membangun sarang yang nyaman seperti yang dilakukan oleh Burung Tempua. Ia lebih suka tinggal di sebuah bata,ng pohon yang tumbang. Apabila merasa tempat itu sudah tidak nyaman, biasanya ia akan mencari pohon yang lain. " Dengan sarang berpindah-pin­ dah, musuh tidak tahu keberadaanku pada malam hari," kata Burung Puyuh. Suatu hari, Burung Tempua ingin mencoba sarang Burung Puyuh. Demikian juga, Burung Puyuh ingin merasakan tinggal di sarang Burung Tempua. Saat Burung Puyuh tinggal di sarang Burung Tempua, Burung Puyuh kesusahan memanjat pohon sarang Burung Tempua yang tergan­ tung. Sesampai di sarang Tempua, Puyuh terkagum-kagum melihat sarang Tempua yang nyaman. Malam pun tiba. Burung Puyuh merasa haus. Ia meminta minum kepada Tempua. "Maaf, tidak mungkin aku terbang dan turun mencari air karena keadaan gelap gulita," kata Burung Tempua. Puyuh pun tertidur dalam keadaan kehausan. Ketika Burung Puyuh dan Burung Tempua tidur pulas, tiba-tiba angin bertiup kencang. Po­ hon ternpat sarang Burung Tempua pun bergoyang-goyang seakan-akan mau tumbang. Sarang Bu­ rung Tempua pun terayun-ayun. Burung Puyuh ketakutan dan seakan-akan mau muntah karena terombang-ambing. "Tenanglah, kawan! Kita tidak akan jatuh," kata Burung Tempua menghibur Burung Puyuh. Tak lama angm pun reda. Keesokan harinya Burung Puyuh berkata, "Maafkan aku, kawan ..., aku tak mau lagi tidur di sarangmu. Aku takut jatuh. Lagi pula aku tidak bisa menahan haus." Burung Tempua bisa me­ maklumi alasan Burung Puyuh. Hari berikutnya, Burung Tampua yang tinggal di sarang Burung Puyuh. Burung Tempua merasa tidak nyaman dengan bersarang di bawah batang pohon yang tumbang. Akan tetapi, ia tidak menampakkan rasa tidak nyaman itu. Pada tengah malam, hujan tiba-tiba turun. Tubuh Burung Tempua menggigil. "Kawan, badanku dingin sekali," kata Burung Tempua kepada Burung Puyuh sambil menggigil. "Tenang saja, kawan. Nanti kalau hujan sudah reda, badanmu tidak akan dingin lagi." Keesokan harinya, Burung Tempua pun akhirnya berkata kepada Burung Puyuh, "Maafkan aku, kawan. Sepertinya, aku tidak bisa"tinggal lagi di sarangmu." Dengan penuh pengertian, Bu­ rung Puyuh memahami hal tersebut. Kedua sahabat tersebut akhirnya sadar bahwa setiap makhluk mempunyai karakter dan kesu­ kaan yang berbeda. Keduanya tetap menghargai perbedaan masing-masing dan tetap bersyukur karena masih memiliki banyak kesamaan. 2. di mana dan kapan latar tempat dan latar waktu pada cerita "Burung iempua": a. Latar Waktu: ....................................................................

8 dari 10 siswa nilainya naik

dengan paket belajar pilihan

Habis dalam

01

:

09

:

36

:

35

Klaim

11

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

N. Novitasari

Mahasiswa/Alumni Universitas Pakuan

07 Juli 2022 03:53

Jawaban terverifikasi

Latar waktu teks fabel di atas adalah pada zaman dahulu. Berikut penjelasannya. Fabel adalah cerita berbentuk prosa fiksi dan tokoh utamanya adalah hewan yang bertindak seperti manusia. Unsur intrinsik fabel, yaitu: 1. Tema adalah gagasan pokok cerita. 2. Tokoh adalah pemeran atau pelaku dalam cerita. 3. Penokohan adalah watak atau sifat yang dimiliki tokoh. 4. Alur adalah rangkaian peristiwa atau jalannya cerita. 5. Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam cerita. 6. Amanat adalah pesan atau nilai moral yang hendak disampaikan penulis melalui cerita. Berdasarkan penjelasan tersebut, latar waktu teks fabel di atas adalah pada zaman dahulu, seperti yang terlihat pada kutipan "Pada zaman dahulu, di tanah Melayu hiduplah dua ekor burung yang saling bersahabat." Dengan demikian, latar waktu teks fabel di atas adalah pada zaman dahulu.


Iklan

Muhammad N

10 Mei 2024 12:21

Apa karakter dalam cerita burung tempua


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Bacalah kutipan buku nonfiksi berikut! Puputan Upacara puputan atau dhautan bagi masyarakat Jawa merupakan upacara yang dilakukan dalam rangkaian upacara kelahiran seorang anak. Upacara ini dilaksanakan pada sore hari ketika tali pusar si bayi telah putus atau lepas (puput atau dhaut berarti lepas). Waktu yang diperlukan untuk penyelenggaraan puputan tidak dapat ditentukan secara pasti Hal ini bergantung kepada lama tidaknya tali pusar si bayi lepas dengan sendirinya. Tali pusar si bayi dapat putus sebelum seminggu bahkan lebih dari seminggu sejak kelahiran. Keluarga si bayi harus siap mengadakan upacara puputan jika sewaktu- waktu tali pusar tersebut putus. Upacara ini diselenggarakan dengan mengadakan kenduri atau selamatan yang dihadiri oleh kerabat dan tetangga terdekat. Sesajian (makanan) yang disediakan dalam upacara puputan, antara lain nasi gudangan yang terdiri atas nasi dengan lauk-pauk, sayur-mayur dan parutan kelapa, bubur merah, bubur putih, dan jajan pasar. Upacara puputan biasanya ditandai dengan dipasangnya sawuran (bawang merah, dlingo bengle yang dimasukkan ke ketupat), dan aneka macam duri kemarung di sudut- sudut kamar bayi. Selain sawuran dipasang juga daun nanas yang diberi warna hitam putih (bergaris-garis), daun apa-apa, awar-awar, girang, dan duri kemarung. Di halaman rumah dipasang tumbak sewu, yaitu sapu lidi yang didirikan dengan tegak. Di tempat tidur si bayi diletakkan benda-benda tajam seperti pisau dan gunting. Dalam upacara puputan dhautan terdapat makna atau lambang atau yang tersirat dalam makanan dan alat yang digunakan tersebut. Sumber: Maryani, Indonesia nan Indah: Upacara Adat, Semarang. Alprin, 2019 Buatlah rangkuman isi kutipan buku nonfiksi tersebut!

33

0.0

Jawaban terverifikasi