Atikah A

12 Oktober 2021 03:50

Iklan

Atikah A

12 Oktober 2021 03:50

Pertanyaan

Bacalah cerpen berikut dengan cermat! Si Kopi Jur Karya Ani Lestari Bel sekolah baru saja berbunyi. Seluruh siswa yang baru sampai sekolah bergegas menuju kelasnya masing-masing. Mereka berbaris di depan kelas dengan rapih yang dipimpin oleh ketua kelas masing-masing. Tampak beberapa guru pun, telah siap menunggu mereka di pintu kelas sembari memperhatikan kerapian seragam para siswa sebelum masuk ke dalam kelas. Tidak berbeda dengan kelas 9-A. Seluruh siswa di kelas itu tampak mematuhi aba-aba dari ketua kelas. Setelah barisan rapi, satu persatu siswa masuk ke dalam kelas yang dibimbing oleh Bu Lesta. Bu Lesta adalah guru bahasa Indonesia sekaligus wali kelas 9-A. Setelah semua siswa duduk di tempatnya masing-masing, ketua kelas lalu memimpin doa. “Selamat pagi, Anak-anak!” kata Bu Lesta “Selamat pagi, Bu” jawab mereka kompak. “Baik, sebelum kita mulai pelajaran hari ini. Ada hal yang akan Ibu sampaikan. Sekolah kita saat ini mengadakan koperasi mini di kelas masing-masing. Jadi, di pojok kelas nanti akan disediakan beberapa alat tulis yang dibeli pakai uang kas kelas. Jika dari kalian ada yang kehabisan pulpen, buku, atau pensil, kalian bisa beli di dalam kelas saja.” Jelas Bu Lesta. Sang ketua kelas lalu mengangkat tangannya dan berkata, “Terus kita bayarnya ke siapa, Bu?” tanyanya. “Nah, nanti ada daftar harga dan kotak pembayaran. Uangnya dimasukkan ke dalam kotak pembayaran itu.” “Wah, kalau ada yang gak bayar gimana, Bu? Bisa-bisa rugi dong!” sahut salah satu siswa. Bu Lesta tersenyum. “Gimana ya caranya biar gak rugi?” tanya Bu Lesta. “Harus bayar sesuai daftar harganya, Bu!” jawab salah satu siswa yang lain. “Betul! Nanti, kalau semua alat tulis yang disediakan sudah habis. Kita akan hitung jumlahnya. Apakah sesuai atau kurang? Untuk langkah awal, kita beli satu kotak untuk masing-masing alat tulis. Kalau hasilnya baik, akan kita lanjutkan. Bagaimana? ” Terang Bu Lesta. “Baik, Bu!” jawab mereka. “Baiklah kalau gitu, nanti setelah pulang sekolah bendahara kelas bersama sekretaris beli barang-barangnya, ya.” tambahnya lalu melanjutkan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. *** Keesokan harinya, koperasi mini kelas mereka sudah tertata rapih di pojok kelas dekat meja guru. Daftar harga setiap barang sudah dicetak dan ditempel di mading kelas yang terletak di atas meja koperasi mini mereka. Terlihat seluruh siswa tampat antusias dengan hasil akhir dari adanya koperasi ini. Bahkan, beberapa dari mereka banyak yang bercanda mengatakan bahwa mereka akan rugi. “Dikasih nama dong koperasinya!” sahut salah satu dari mereka. “Iya, kasih nama biar keren gitu!” sahut yang lain. “Namanya apa ya yang bagus?” kata ketua kelas. “Ehm.. Si Kopi Jur, gimana? Bagus kan?” sahut bendahara kelas. Seluruh siswa mengernyitkan keningnya. “Iya, kepanjangannya Si Koperasi Jujur” jelas si bendahara. “Wah iya! Bagus! Kedengarannya kereeeeen! Seperti kedai kopi gitu. Hahahha” sahut salah satu siswa yang disambung gelak tawa mereka. “Oke! Jadi kita kasih nama Si Kopi Jur.” Kata ketua kelas yang dibalas anggukan setuju siswa yang lain. Mereka lalu membuat papan nama untuk koperasi mini tersebut. Tak lama kemudian, Bu Lesta memasuki kelas. Ia ingin memastikan barang-barang yang akan di jual sudah tersedia dan bisa dijalankan hari ini. Ia berjalan mendekati meja kecil yang sudah ditata rapih itu. Kotak pembayaran yang terbuat dari kotak kecil yang dibungkus kertas kado dengan corak bunga itu berada di belakang barang-barang yang akan dijual. Ia tertegun dan tertawa kecil ketika melihat papan nama koperasi kelas itu. “Jadi, nama koperasi kelas kita Si Kopi Jur, ya.” Sahut Bu Lesta. “Iya, Bu! Kalau nanti kita rugi, namanya diganti Si Korup! Hahaha” sahut siswa laki-laki yang duduk paling belakang. Teman-temannya pun ikut tertawa. “Eiits! Makanya, kalian harus jujur bayarnya. Kalian gak malu kalau kelas kita ternyata rugi karena ada siswa yang gak jujur?” tanya Bu Lesta. “Malu lah, Bu!” jawab mereka. “Kalau gitu ayok kita buktikan kalau kelas kita tidak seperti itu” kata Bu Lesta. “Siap, Bu!” jawab mereka kompak. *** Hari-hari berlalu seperti biasa. Beberapa siswa sudah mulai menjalankan koperasi jujur di kelas mereka. Barang-barang yang tersedia pun mulai menipis. Tampaknya, seluruh siswa memang memilih membeli barang-barang di kelas mereka daripada harus keluar kelas dan membeli ke kantin sekolah yang jaraknya cukup jauh dari kelas mereka itu. Buku dan pulpen adalah barang yang paling banyak diburu. Sedangkan, pensil dan beberapa alat tulis yang lain masih terlihat banyak. Sesekali Bu Lesta melihat kondisi koperasi di kelas 9-A. Melihat antusias para siswa yang lebih suka membeli di koperasi mini kelas, membuatnya bangga. Jika, hasil akhirnya nanti baik, koperasi mini kejujuran ini akan dilanjutkan. Tiga minggu berlalu. Semua barang yang diperjualbelikan di koperasi mini kelas sudah habis. Seluruh siswa antusias dan penasaran dengan jumlah pemasukan yang berada di dalam kotak pembayaran itu. Beberapa siswa tampak berkumpul di sekitar meja koperasi mini kelas mereka. “Hari ini dibuka kan?” tanya sekretaris kelas pada ketua kelas. “Iya, hari ini dibuka sama Bu Lesta.” Jawabnya. Bel berbunyi, tanda masuk kelas. Seluruh siswa yang masih istirahat di luar kelas bergegas masuk ke kelas mereka masing-masing. Bu Lesta memasuki kelas 9-A yang disambut wajah-wajah antusias siswanya. Ia tersenyum lalu mengambil kotak pembayaran dan meletakkannya di atas meja guru depannya. “Gimana? Pensaran?” tanya Bu Lesta sembari membuka kota pembayaran yang berisi uang hasil penjualan koperasi kejujuran kelas. “Deg-degan , Bu!” sahut beberapa siswa. “Baik, sekarang kita jumlahkan dulu berapa harusnya hasil penjualannya.” Kata Bu Lesta. Setelah menjumlahkan total penjualan yang seharusnya didapatkan, Bu Lesta mengeluarkan uang dari kotak pembayaran. “Jadi, total penjualan kita seharusnya berjumlah tujuh puluh dua ribu rupiah. Sekarang kita hitung jumlah uangnya.” Kata Bu Lesta lalu menghitung uang pecahan dua ribuan itu. Seluruh siswa tampak sangat penasaran melihat Bu Lesta menghitung. Setelah selesai menghitung, Bu Lesta lalu berdiri di depan kelas. Ia diam beberapa saat. Melihat ekspresi Bu Lesta yang diam, seluruh siswa di kelas itu pun ikut diam. Beberapa siswa tampak berbisik-bisik. “Tuh kan, uangnya pasti kurang. Pasti ada yang gak bayar itu.” “Iya, Bu Lesta sepertinya kecewa.” Setelah menghela napas panjang, Bu Lesta lalu menyampaikan hasilnya. “Total uang yang di tangan ibu sekarang berjumlah tujuh puluh dua ribu rupiah!” kata Bu Lesta diikuti senyum. “Yeeeeeeeeaaayyy!” sorak seluruh siswa kelas 9-A. “Ibu bangga sama kejujuran kalian. Tetap dipertahankan sikap seperti ini, ya. Walaupun dimulai dari hal kecil seperti ini, kalau dilakukan terus menerus kalian akan terbiasa untuk melakukan tindakan jujur ini sampai dewasa nanti.” Kata Bu Lesta. “Baik, Bu!” jawab mereka kompak. Simpulkan unsur-unsur yang membangun karya sastra dalam cerpen Kopi Jur! No Unsur-unsur Simpulan dan Bukti Kutipan Cerpen 1 Tema 2 Alur 3 Penokohan 4 Latar 5 Sudut Pandang 6 Gaya Bahasa 7 Amanat 8 Sosial 9 Moral 10 budaya

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

20

:

20

:

02

Klaim

1

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

W. Wahyuni

Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Makassar

16 Oktober 2021 05:12

Jawaban terverifikasi

Hai Atikah. Terima kasih sudah bertanya di Roboguru. Cerpen atau cerita pendek adalah salah satu bentuk karya sastra prosa yang bersifat fiksi dengan isi cerita yang lebih sedikit daripada novel. Teks cerita pendek mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik, yakni (1) tema: ide cerita yang dikembangan di dalam teks; (2) tokoh: pemeran atau orang yang terlibat di dalam cerita; (3) penokohan: karakter atau watak yang dilakoni oleh tokoh cerita; (4) latar: tempat, waktu, suasana cerita; (5) alur: jalan cerita yang mengurutkan rangkaian peristiwa di dalam cerita; (6) sudut pandang, cara penulis menyampaikan isi cerita; (7) amanat: pesan yang disampaikan penulis kepada pembaca; dan (8) nilai kehidupan (unsur ekstrinsik), seperti nilai sosial, nilai moral, nilai budaya, dan nilai agama. Teks cerita pendek di atas menceritakan tentang siswa-siswa di kelas 9-A yang berhasil mendirikan koperasi kejujuran versi mini, yakni koperasi yang ada di dalam kelas sehingga memudahkan mereka untuk membeli kebutuhan peralatan tulis tanpa perlu keluar sekolah bahkan ke luar kelas. Dengan demikian, berikut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang terdapat pada teks cerpen di atas. A. Unsur Intrinsik 1. Tema: Pendidikan. 2. Alur: Maju. 3. Tokoh: Bu Lesta dan seluruh siswa kelas 9-A. 4. Latar: Sekolah (tempat) 5. Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu. 6. Amanat: Bersikap jujurlah. B. Unsur Ekstrinsik 1. Nilai Moral: Berkenaan dengan perilaku jujur dalam membeli sesuatu. 2. Nilai Sosial: Berkenaan dengan saling memercayai.


Iklan

Atikah A

12 Oktober 2021 03:52

tolong bantu jawab ya🙏🏻🙏🏻🙏🏻 terakhir jam 20.00


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Bacalah kutipan buku nonfiksi berikut! Puputan Upacara puputan atau dhautan bagi masyarakat Jawa merupakan upacara yang dilakukan dalam rangkaian upacara kelahiran seorang anak. Upacara ini dilaksanakan pada sore hari ketika tali pusar si bayi telah putus atau lepas (puput atau dhaut berarti lepas). Waktu yang diperlukan untuk penyelenggaraan puputan tidak dapat ditentukan secara pasti Hal ini bergantung kepada lama tidaknya tali pusar si bayi lepas dengan sendirinya. Tali pusar si bayi dapat putus sebelum seminggu bahkan lebih dari seminggu sejak kelahiran. Keluarga si bayi harus siap mengadakan upacara puputan jika sewaktu- waktu tali pusar tersebut putus. Upacara ini diselenggarakan dengan mengadakan kenduri atau selamatan yang dihadiri oleh kerabat dan tetangga terdekat. Sesajian (makanan) yang disediakan dalam upacara puputan, antara lain nasi gudangan yang terdiri atas nasi dengan lauk-pauk, sayur-mayur dan parutan kelapa, bubur merah, bubur putih, dan jajan pasar. Upacara puputan biasanya ditandai dengan dipasangnya sawuran (bawang merah, dlingo bengle yang dimasukkan ke ketupat), dan aneka macam duri kemarung di sudut- sudut kamar bayi. Selain sawuran dipasang juga daun nanas yang diberi warna hitam putih (bergaris-garis), daun apa-apa, awar-awar, girang, dan duri kemarung. Di halaman rumah dipasang tumbak sewu, yaitu sapu lidi yang didirikan dengan tegak. Di tempat tidur si bayi diletakkan benda-benda tajam seperti pisau dan gunting. Dalam upacara puputan dhautan terdapat makna atau lambang atau yang tersirat dalam makanan dan alat yang digunakan tersebut. Sumber: Maryani, Indonesia nan Indah: Upacara Adat, Semarang. Alprin, 2019 Buatlah rangkuman isi kutipan buku nonfiksi tersebut!

253

0.0

Jawaban terverifikasi