Rifa R

14 Mei 2025 04:33

Iklan

Rifa R

14 Mei 2025 04:33

Pertanyaan

Apa yang akan terjadi jika kadar DDT masuk ke dalam tubuh Aves dalam kadar yang sangat tinggi?

Apa yang akan terjadi jika kadar DDT masuk ke dalam tubuh Aves dalam kadar yang sangat tinggi?

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

01

:

16

:

46

:

03

Klaim

2

2


Iklan

MULITA M

18 Mei 2025 02:19

<p>Jika <strong>kadar DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane)</strong> masuk ke dalam tubuh burung (aves) dalam <strong>kadar yang sangat tinggi</strong>, dampaknya bisa sangat serius dan bahkan <strong>fatal</strong>. Berikut adalah konsekuensi biologis dan ekologis utama:</p><p><strong>1. Penipisan Cangkang Telur</strong></p><p>DDT mengganggu metabolisme kalsium pada burung betina.</p><p>Hasilnya: <strong>telur yang dihasilkan memiliki cangkang yang tipis</strong>, rapuh, atau bahkan tidak terbentuk sempurna.</p><p>Telur sering pecah selama proses pengeraman, menyebabkan <strong>kegagalan reproduksi.</strong></p><p>Spesies yang terdampak parah: <strong>elang botak, elang peregrine, pelikan coklat.</strong></p><p><strong>2. Bioakumulasi dan Biomagnifikasi</strong></p><p>DDT larut dalam lemak dan <strong>terakumulasi dalam jaringan lemak</strong> burung.</p><p>Karena rantai makanan, burung pemangsa (predator puncak) seperti elang, burung hantu, dan burung laut mendapat dosis DDT yang sangat tinggi dari mangsanya.</p><p>Hal ini memperparah dampak toksik pada sistem tubuh burung.</p><p><strong>3. Gangguan Sistem Saraf</strong></p><p>Dalam dosis tinggi, DDT <strong>mengganggu transmisi impuls saraf</strong> karena mempengaruhi kanal ion natrium.</p><p>Gejala yang mungkin muncul:</p><p>Tremor</p><p>Kejang</p><p>Gangguan koordinasi (ataxia)</p><p>Kelumpuhan</p><p>Kematian</p><p><strong>4. Gangguan Endokrin (Hormon)</strong></p><p>DDT adalah <strong>xenoestrogen</strong>—senyawa kimia yang meniru kerja hormon estrogen.</p><p>Ini menyebabkan <strong>gangguan hormonal</strong>, termasuk perubahan pada perilaku seksual, penghambatan fertilitas, dan maskulinisasi/femininisasi yang abnormal.</p><p><strong>5. Penurunan Populasi</strong></p><p>Kombinasi dari kegagalan reproduksi, kerusakan neurologis, dan gangguan hormonal menyebabkan:</p><p><strong>Penurunan populasi burung</strong> di banyak wilayah selama puncak penggunaan DDT (1950–1970-an).</p><p>Beberapa spesies nyaris punah sebelum DDT dilarang.</p><p><strong>Kadar DDT tinggi dalam tubuh burung menyebabkan efek toksik yang luas</strong>: kegagalan reproduksi (karena cangkang telur tipis), gangguan saraf, gangguan hormonal, dan pada akhirnya <strong>penurunan populasi atau kematian.</strong></p>

Jika kadar DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane) masuk ke dalam tubuh burung (aves) dalam kadar yang sangat tinggi, dampaknya bisa sangat serius dan bahkan fatal. Berikut adalah konsekuensi biologis dan ekologis utama:

1. Penipisan Cangkang Telur

DDT mengganggu metabolisme kalsium pada burung betina.

Hasilnya: telur yang dihasilkan memiliki cangkang yang tipis, rapuh, atau bahkan tidak terbentuk sempurna.

Telur sering pecah selama proses pengeraman, menyebabkan kegagalan reproduksi.

Spesies yang terdampak parah: elang botak, elang peregrine, pelikan coklat.

2. Bioakumulasi dan Biomagnifikasi

DDT larut dalam lemak dan terakumulasi dalam jaringan lemak burung.

Karena rantai makanan, burung pemangsa (predator puncak) seperti elang, burung hantu, dan burung laut mendapat dosis DDT yang sangat tinggi dari mangsanya.

Hal ini memperparah dampak toksik pada sistem tubuh burung.

3. Gangguan Sistem Saraf

Dalam dosis tinggi, DDT mengganggu transmisi impuls saraf karena mempengaruhi kanal ion natrium.

Gejala yang mungkin muncul:

Tremor

Kejang

Gangguan koordinasi (ataxia)

Kelumpuhan

Kematian

4. Gangguan Endokrin (Hormon)

DDT adalah xenoestrogen—senyawa kimia yang meniru kerja hormon estrogen.

Ini menyebabkan gangguan hormonal, termasuk perubahan pada perilaku seksual, penghambatan fertilitas, dan maskulinisasi/femininisasi yang abnormal.

5. Penurunan Populasi

Kombinasi dari kegagalan reproduksi, kerusakan neurologis, dan gangguan hormonal menyebabkan:

Penurunan populasi burung di banyak wilayah selama puncak penggunaan DDT (1950–1970-an).

Beberapa spesies nyaris punah sebelum DDT dilarang.

Kadar DDT tinggi dalam tubuh burung menyebabkan efek toksik yang luas: kegagalan reproduksi (karena cangkang telur tipis), gangguan saraf, gangguan hormonal, dan pada akhirnya penurunan populasi atau kematian.


Iklan

Shafa S

14 Mei 2025 14:36

<p>Kadar DDT tinggi dalam tubuh Aves menyebabkan gangguan reproduksi (telur rapuh, kematian embrio), gangguan sistem saraf (kejang, kematian), penurunan daya tahan tubuh, gangguan perkembangan, dan bioakumulasi dalam rantai makanan. DDT sangat berbahaya dan penggunaannya telah dilarang di banyak negara.</p>

Kadar DDT tinggi dalam tubuh Aves menyebabkan gangguan reproduksi (telur rapuh, kematian embrio), gangguan sistem saraf (kejang, kematian), penurunan daya tahan tubuh, gangguan perkembangan, dan bioakumulasi dalam rantai makanan. DDT sangat berbahaya dan penggunaannya telah dilarang di banyak negara.


Mau jawaban yang terverifikasi?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

1.) jika ditinjau dari aspek politis, apa yang menjadi tujuan Belanda memperkenankan orang pribumi dapat bersekolah? 2.) berikan argumen yang menyatakan bahwa indische partij dianggap sebagai salah satu bagian terpenting dalam sejarah nasional indonesia 3.) Berikan argumen yang menyatakan bahwa Perhimpunan Indonesia dianggap sebagai salah satu bagian terpenting dalam sejarah nasional Indonesia! 4.) Apa yang dimaksud dengan masa radikal dalam pergerakan nasional Indonesia? Lalu bagaimana reaksi pemerintah kolonial menghadapinya! -masa radikal itu adalah

14

0.0

Jawaban terverifikasi

[1] Gaya hidup sedentari alias kurang gerak atau mager (malas gerak) adalah masalah yang sering dialami oleh penduduk perkotaan. [2] Bekerja di depan layar komputer sepanjang hari, kelamaan terjebak macet di jalan,atau hobi main gim tanpa diimbangi olahraga merupakan bentuk dari gaya hidup sedentari. [3] Jika Anda termasuk salah satu orang yang sering melakukan berbagai rutinitas tersebut, Anda harus waspada. [4] Pasalnya, gaya hidup sedentari sangat berbahaya karena membuat Anda berisiko terkena diabetes tipe 2. [5] Gaya hidup sedentari menyebabkan masyarakat, terutama penduduk kota, malas bergerak. [6] Coba ingat-ingat, dalam sehari ini, sudah berapa kali Anda dalam menggunakan aplikasi online untuk memenuhi kebutuh Anda? [7] Selain itu, tilik juga berapa banyak langkah yang sudah Anda dapatkan pada hari ini? [8] Seiring dengan pengembangan teknologi yang makin canggih, apa pun yang Anda butuhkan kini bisa langsung diantar ke ruangan kantor Anda atau depan rumah. [9] Selain hemat waktu, Anda pun jadi tak perlu mengeluarkan energi untuk mendapatkan apa yang Anda mau. [10] Namun, tahukah Anda bahwa segala kemudahan tersebut menyimpan bahaya bagi tubuh Anda? [11] Minimnya aktifitas fisik karena gaya hidup ini membuatmu berisiko lebih tinggi terkena berbagai penyakit kronis, termasuk diabetes. [12] Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa gaya hidup ini juga termasuk 1 dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. [13] Selain itu, data terbaru dari Riskedas 2018 menguak bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi dengan tingkat diabetes melitus tertinggi di Indonesia. [14] Ini menunjukkan bahwa gaya hidup mager amat erat kaitannya dengan tingkat diabetes di perkotaan. Bentuk bahasa yang sejenis dengan mager pada kalimat 1 adalah.... a. magang b. oncom c. rudal d. pugar

9

5.0

Jawaban terverifikasi