Vincensius F
10 Agustus 2023 05:49
Iklan
Vincensius F
10 Agustus 2023 05:49
Pertanyaan
Alasan Amir Syamsudin kecewa terhadap hasil perundingan Renville adalah alasan yang tidak masuk akal. Mengapa demikian?berikan rasionalisasinya!
3
2
Iklan
Vincent M
Community
10 Agustus 2023 06:51
Dengan demikian, alasan Amir menghimpun FDR adalah untuk melancarkan oposisi terhadap Kabinet Hatta. Amir yang saat itu diberhentikan sebagai perdana menteri merasa kecewa, dan ingin berkuasa kembali. Sehingga Ia menjadi oposisi pemerintah, dengan harapan bisa menjatuhkan Kabinet Hatta, dan kembali mendapatkan jabatan.
Terjadinya Perundingan Renville menimbulkan perbedaan pendapat para tokoh bangsa Indonesia. Para tokoh menentang hasil perundingan Renville, karena bisa mengakibatkan mempersempitnya wilayah RI dampak dari diterimanya garis demarkasi Van Mook yang hanya menyisakan Yogyakarta dan sebagian Jawa Timur.
· 0.0 (0)
Iklan
Juanicha S
Community
16 September 2023 07:08
Perundingan Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang diselenggarakan pada tahun 1948 di Hotel Renville, Ciawi, Jawa Barat. Perjanjian ini mengakhiri Agresi Militer Belanda I dan mengakui Republik Indonesia sebagai negara merdeka. Amir Sjarifuddin, yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia, merupakan salah satu tokoh utama dalam perundingan ini.
Namun, Amir Sjarifuddin merasa kecewa dengan hasil perundingan Renville. Ada beberapa alasan yang dianggap tidak masuk akal olehnya, yang meliputi:
Batas Wilayah yang Dianggap Tidak Adil: Amir Sjarifuddin merasa perbatasan yang dihasilkan dari perjanjian Renville tidak adil bagi Indonesia. Sebagian wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Indonesia, khususnya di Sumatera dan Jawa, diberikan kepada Belanda. Ini dianggap tidak adil dan merugikan Indonesia.
Mengakui Kedaulatan Belanda di Indonesia Timur: Perjanjian Renville mengakui kedaulatan Belanda di Indonesia Timur, termasuk pulau-pulau yang sebelumnya berada di bawah kendali Jepang. Hal ini dianggap sebagai pengakuan yang tidak sesuai dengan semangat kemerdekaan Indonesia.
Kekuasaan Militer Belanda yang Masih Berlanjut: Amir Sjarifuddin kecewa karena perjanjian ini memungkinkan keberadaan pasukan Belanda di wilayah-wilayah tertentu. Meskipun secara de jure diakui sebagai negara merdeka, tetapi faktanya Belanda masih memiliki kekuatan militer dan kendali di beberapa wilayah.
Tidak Memenuhi Harapan Rakyat: Amir Sjarifuddin sebagai pemimpin melihat bahwa perjanjian ini tidak mencerminkan harapan rakyat Indonesia yang selama ini berjuang untuk kemerdekaan penuh dan tidak terbagi-bagi wilayahnya.
Tekanan dan Kondisi Dalam Negri: Amir Sjarifuddin juga dihadapkan pada tekanan politik dan kondisi dalam negeri yang sulit, termasuk persaingan kekuasaan dan kepentingan politik internal yang mempengaruhi pandangan dan keputusannya terhadap perjanjian ini.
Namun, penting untuk dicatat bahwa pandangan kecewa Amir Sjarifuddin ini harus dipahami dalam konteks kompleksitas politik dan situasi sulit yang dihadapi oleh para pemimpin dan negara Indonesia pada saat itu. Tidak semua keputusan atau reaksi yang diambil dalam konteks tersebut akan selalu terlihat masuk akal secara retrospektif.
· 0.0 (0)
Tanya ke Forum
Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu
LATIHAN SOAL GRATIS!
Drill Soal
Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian
Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!