Akhir dari pemberontakan APRA saat berniat untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan pusat di Jakarta ditunjukkan melalui pernyataan-pernyataan di bawah ini, kecuali A. Jenderal Engels (Komandan Tinggi Belanda di Bandung), mendesak Westerling untuk meninggalkan Kota Bandung Pembubaran negara federal RIS B. Pembubaran negara federal RIS C. Westerling melarikan diri ke Singapura setelah gagal melakukan Kudeta D. Sultan Hamid Il ditangkap oleh pemerintah E. Gerakan APRA berhasil ditumpas oleh APRIS

<p>APRA tidak menyetujui ide pembubaran ini <strong>karena pembubaran tersebut akan membuat pasukan Koninklijk Leger (KL) ditarik oleh Belanda dari Indonesia dan KNIL dibubarkan</strong>. Melalui keputusan pembubaran RIS, KNIL akan disatukan ke dalam TNI. Bu</p><p>Mayor Jenderal Engels yang merupakan Komandan Tinggi Belanda di Bandung mendesak Westerling untuk meninggalkan Kota Bandung. Berkat hal itu, <strong>APRA pun berhasil dilumpuhkan oleh pasukan APRIS</strong>.</p><p>Pengusulan sosok Sultan Hamid II sebagai pahlawan nasional barangkali merupakan bagian dari arus tersebut. Dia adalah perancang lambang negara Burung Garuda Pancasila, yang namanya dilupakan setelah divonis terlibat <strong>kudeta Westerling 1950</strong>.</p><p>Gerakan APRA berhasil ditumpas oleh APRIS.</p><p>Jadi jawabannya adalah</p><p>C. Westerling melarikan diri ke Singapura setelah gagal melakukan kudeta.</p><p>Karena dari pihak pasukan Westerling, terjadi perubahan saat mereka gagal melakukan kudeta yang kedua. Kegagalan ini menyebabkan adanya demoralisasi anggota milisi terhadap Westerling. Westerling pun terpaksa melarikan diri ke <strong>Belanda</strong> dan APRA resmi tidak lagi beroperasi pada Februari 1950.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p>