Julia L

22 Maret 2024 11:56

Iklan

Julia L

22 Maret 2024 11:56

Pertanyaan

1. Mengapa penting untuk memiliki karakter kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi? 2. Bagaimana kerja keras dapat membantu siswa dalam memahami dampak negatif korupsi dalam masyarakat? 3. Jelaskan bagaimana kerja keras dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengidentifikasi tindakan korupsi di sekitar mereka. 4. Mengapa konsistensi dalam belajar sangat penting dalam memahami konsep-konsep anti korupsi? 5. Bagaimana kerja keras dapat membantu siswa dalam membangun sikap yang jujur dan bertanggung jawab terhadap kejujuran? 6. Jelaskan peran motivasi dalam mendukung karakter kerja keras siswa dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi. 7. Bagaimana kerja keras dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis terkait dengan isu-isu korupsi? 8. Apa saja langkah konkret yang dapat diambil siswa untuk menunjukkan kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi? 9. Bagaimana peran dukungan dari guru dan orang tua dalam mendorong siswa untuk menunjukkan karakter kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi? 10. Jelaskan bagaimana karakter kerja keras dapat menjadi landasan yang kokoh bagi pembentukan pribadi yang jujur dan berintegritas di masa depan.


1. Mengapa penting untuk memiliki karakter kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi?

2. Bagaimana kerja keras dapat membantu siswa dalam memahami dampak negatif korupsi dalam masyarakat?

3. Jelaskan bagaimana kerja keras dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengidentifikasi tindakan korupsi di sekitar mereka.

4. Mengapa konsistensi dalam belajar sangat penting dalam memahami konsep-konsep anti korupsi?

5. Bagaimana kerja keras dapat membantu siswa dalam membangun sikap yang jujur dan bertanggung jawab terhadap kejujuran?

6. Jelaskan peran motivasi dalam mendukung karakter kerja keras siswa dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi.

7. Bagaimana kerja keras dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis terkait dengan isu-isu korupsi?

8. Apa saja langkah konkret yang dapat diambil siswa untuk menunjukkan kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi?

9. Bagaimana peran dukungan dari guru dan orang tua dalam mendorong siswa untuk menunjukkan karakter kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi?

10. Jelaskan bagaimana karakter kerja keras dapat menjadi landasan yang kokoh bagi pembentukan pribadi yang jujur dan berintegritas di masa depan.

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

06

:

14

:

27

Klaim

6

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Dearta D

23 Maret 2024 03:29

Jawaban terverifikasi

Okay, saya bantu jawab ya kak. 1. Penting untuk memiliki karakter kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi karena memahami isu korupsi memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk memahami berbagai konsep yang kompleks dan dampaknya terhadap masyarakat. 2. Kerja keras dapat membantu siswa dalam memahami dampak negatif korupsi dalam masyarakat dengan cara memungkinkan mereka untuk menyelidiki kasus-kasus korupsi, menganalisis data, dan memahami konsekuensi sosial, ekonomi, dan politik dari tindakan korupsi. 3. Kerja keras dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengidentifikasi tindakan korupsi di sekitar mereka dengan cara melatih mereka untuk mengamati, menganalisis informasi, dan memahami pola-pola perilaku korup. 4. Konsistensi dalam belajar sangat penting dalam memahami konsep-konsep anti korupsi karena memungkinkan siswa untuk memperdalam pemahaman mereka dan mengaitkan konsep-konsep tersebut dengan contoh konkret dalam kehidupan nyata. 5. Kerja keras dapat membantu siswa dalam membangun sikap yang jujur dan bertanggung jawab terhadap kejujuran dengan cara menanamkan nilai-nilai integritas dan etika kerja yang kuat melalui proses pembelajaran yang berkelanjutan. 6. Motivasi memainkan peran penting dalam mendukung karakter kerja keras siswa dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi dengan cara memberikan dorongan dan tujuan yang jelas untuk belajar, serta menumbuhkan minat yang mendalam terhadap isu-isu korupsi. 7. Kerja keras dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis terkait dengan isu-isu korupsi dengan cara melatih mereka untuk menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan menyimpulkan kesimpulan yang rasional dan berdasarkan bukti. 8. Langkah konkret yang dapat diambil siswa untuk menunjukkan kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi meliputi membaca materi secara teratur, berpartisipasi aktif dalam diskusi, melakukan penelitian mandiri, dan mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. 9. Peran dukungan dari guru dan orang tua dalam mendorong siswa untuk menunjukkan karakter kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi meliputi memberikan pujian dan dorongan, memberikan bimbingan dan sumber daya, serta menjadi contoh teladan dalam integritas dan kerja keras. 10. Karakter kerja keras dapat menjadi landasan yang kokoh bagi pembentukan sikap dan perilaku anti korupsi yang kuat, serta mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berintegritas dalam menghadapi isu-isu korupsi di masyarakat.


Iklan

Nanda R

Community

23 Maret 2024 09:08

Jawaban terverifikasi

<ol><li>Pentingnya memiliki karakter kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi adalah agar siswa dapat memahami secara mendalam tentang korupsi, tantangannya, dan cara-cara mencegahnya. Dengan kerja keras, siswa akan memiliki motivasi dan ketekunan untuk mengeksplorasi topik tersebut dengan seksama, memahami nilai-nilai integritas, kejujuran, dan tanggung jawab, serta mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk bertindak secara etis.</li><li>Kerja keras dapat membantu siswa dalam memahami dampak negatif korupsi dalam masyarakat dengan memungkinkan mereka untuk menyerap informasi dengan baik, menganalisis berbagai kasus korupsi, dan memahami konsekuensi sosial, ekonomi, dan politik dari tindakan korupsi. Dengan cara ini, siswa dapat mengembangkan rasa empati dan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya memerangi korupsi.</li><li>Melalui kerja keras, siswa akan melatih diri mereka sendiri untuk menjadi observan terhadap tindakan korupsi di sekitar mereka. Dengan memperhatikan dengan seksama dan melakukan penelitian yang mendalam, mereka akan dapat mengidentifikasi tindakan korupsi, memahami faktor-faktor yang menyebabkannya, dan memikirkan cara-cara untuk mencegahnya atau melaporkannya kepada pihak yang berwenang.</li><li>Konsistensi dalam belajar sangat penting dalam memahami konsep-konsep anti korupsi karena memungkinkan siswa untuk membangun pemahaman yang kuat dan mendalam tentang masalah tersebut. Dengan terus menerus mempelajari materi, merenungkan dampak korupsi, dan mencari solusi, siswa akan menjadi lebih terampil dalam memahami kompleksitas korupsi dan menghasilkan strategi untuk melawannya.</li><li>Kerja keras dapat membantu siswa dalam membangun sikap yang jujur dan bertanggung jawab terhadap kejujuran dengan memberikan contoh nyata tentang pentingnya integritas dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dedikasi mereka dalam memahami dan menangani isu korupsi, siswa akan belajar untuk menjadi pribadi yang jujur, berintegritas, dan bertanggung jawab.</li><li>Motivasi memainkan peran penting dalam mendukung karakter kerja keras siswa dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi. Dengan memiliki motivasi yang kuat untuk memahami dan melawan korupsi, siswa akan memiliki dorongan yang lebih besar untuk belajar dengan tekun, mencari informasi lebih lanjut, dan berpartisipasi aktif dalam diskusi dan kegiatan terkait korupsi.</li><li>Melalui kerja keras, siswa akan terlatih untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis terkait dengan isu-isu korupsi. Mereka akan belajar untuk menilai informasi dengan kritis, menganalisis akar penyebab korupsi, mengidentifikasi solusi yang mungkin, dan menyimpulkan kesimpulan yang berbasis bukti. Ini akan memungkinkan mereka untuk mengembangkan pemikiran kritis yang kuat dan menjadi pembela integritas.</li><li>Langkah konkret yang dapat diambil siswa untuk menunjukkan kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi termasuk membaca buku, artikel, atau studi kasus tentang korupsi; berpartisipasi dalam diskusi kelas dan kegiatan kelompok terkait korupsi; melakukan penelitian independen tentang topik-topik korupsi tertentu; dan mengikuti pelatihan atau seminar yang berkaitan dengan anti korupsi.</li><li>Dukungan dari guru dan orang tua sangat penting dalam mendorong siswa untuk menunjukkan karakter kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi. Guru dapat memberikan bimbingan, sumber daya, dan umpan balik yang diperlukan, sementara orang tua dapat memberikan dukungan moral, dorongan, dan lingkungan belajar yang kondusif di rumah.</li><li>Karakter kerja keras dapat menjadi landasan yang kokoh bagi pembentukan pribadi yang jujur dan berintegritas di masa depan karena memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai integritas, kejujuran, dan tanggung jawab. Dengan bekerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi, siswa akan membawa nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan mereka sehari-hari dan menjadi agen perubahan yang berkomitmen dalam memerangi korupsi di masyarakat.</li></ol><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p><br>&nbsp;</p>

  1. Pentingnya memiliki karakter kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi adalah agar siswa dapat memahami secara mendalam tentang korupsi, tantangannya, dan cara-cara mencegahnya. Dengan kerja keras, siswa akan memiliki motivasi dan ketekunan untuk mengeksplorasi topik tersebut dengan seksama, memahami nilai-nilai integritas, kejujuran, dan tanggung jawab, serta mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk bertindak secara etis.
  2. Kerja keras dapat membantu siswa dalam memahami dampak negatif korupsi dalam masyarakat dengan memungkinkan mereka untuk menyerap informasi dengan baik, menganalisis berbagai kasus korupsi, dan memahami konsekuensi sosial, ekonomi, dan politik dari tindakan korupsi. Dengan cara ini, siswa dapat mengembangkan rasa empati dan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya memerangi korupsi.
  3. Melalui kerja keras, siswa akan melatih diri mereka sendiri untuk menjadi observan terhadap tindakan korupsi di sekitar mereka. Dengan memperhatikan dengan seksama dan melakukan penelitian yang mendalam, mereka akan dapat mengidentifikasi tindakan korupsi, memahami faktor-faktor yang menyebabkannya, dan memikirkan cara-cara untuk mencegahnya atau melaporkannya kepada pihak yang berwenang.
  4. Konsistensi dalam belajar sangat penting dalam memahami konsep-konsep anti korupsi karena memungkinkan siswa untuk membangun pemahaman yang kuat dan mendalam tentang masalah tersebut. Dengan terus menerus mempelajari materi, merenungkan dampak korupsi, dan mencari solusi, siswa akan menjadi lebih terampil dalam memahami kompleksitas korupsi dan menghasilkan strategi untuk melawannya.
  5. Kerja keras dapat membantu siswa dalam membangun sikap yang jujur dan bertanggung jawab terhadap kejujuran dengan memberikan contoh nyata tentang pentingnya integritas dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dedikasi mereka dalam memahami dan menangani isu korupsi, siswa akan belajar untuk menjadi pribadi yang jujur, berintegritas, dan bertanggung jawab.
  6. Motivasi memainkan peran penting dalam mendukung karakter kerja keras siswa dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi. Dengan memiliki motivasi yang kuat untuk memahami dan melawan korupsi, siswa akan memiliki dorongan yang lebih besar untuk belajar dengan tekun, mencari informasi lebih lanjut, dan berpartisipasi aktif dalam diskusi dan kegiatan terkait korupsi.
  7. Melalui kerja keras, siswa akan terlatih untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis terkait dengan isu-isu korupsi. Mereka akan belajar untuk menilai informasi dengan kritis, menganalisis akar penyebab korupsi, mengidentifikasi solusi yang mungkin, dan menyimpulkan kesimpulan yang berbasis bukti. Ini akan memungkinkan mereka untuk mengembangkan pemikiran kritis yang kuat dan menjadi pembela integritas.
  8. Langkah konkret yang dapat diambil siswa untuk menunjukkan kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi termasuk membaca buku, artikel, atau studi kasus tentang korupsi; berpartisipasi dalam diskusi kelas dan kegiatan kelompok terkait korupsi; melakukan penelitian independen tentang topik-topik korupsi tertentu; dan mengikuti pelatihan atau seminar yang berkaitan dengan anti korupsi.
  9. Dukungan dari guru dan orang tua sangat penting dalam mendorong siswa untuk menunjukkan karakter kerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi. Guru dapat memberikan bimbingan, sumber daya, dan umpan balik yang diperlukan, sementara orang tua dapat memberikan dukungan moral, dorongan, dan lingkungan belajar yang kondusif di rumah.
  10. Karakter kerja keras dapat menjadi landasan yang kokoh bagi pembentukan pribadi yang jujur dan berintegritas di masa depan karena memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai integritas, kejujuran, dan tanggung jawab. Dengan bekerja keras dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi, siswa akan membawa nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan mereka sehari-hari dan menjadi agen perubahan yang berkomitmen dalam memerangi korupsi di masyarakat.

 

 

 


 


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

1) Apa perbedaan antara minimal usia kerja dan maksimal usia kerja? Jelaskan! (Jika perlu) 2) Perhatikan kutipan berita berikut! Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan uji materiil UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2023. Hakim konstitusi menyatakan batas usia pelamar kerja tidak termasuk bentuk diskriminasi. "Menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya," ujar Ketua MK Suhartoyo saat membacakan putusan perkara Nomor 35/PUU-XXII/2024 di Gedung MK RI, Jakarta, Selasa (30/7). Permohonan itu menggugat Pasal 35 Ayat (1) yang menyatakan tiap pemberi kerja bisa merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan kerja. Pemohon mempersoalkan isu diskriminasi dalam mendapatkan pekerjaan. Hakim konstitusi Arief Hidayat menyatakan sesuai Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), tindakan diskriminatif apabila terjadi pembedaan yang didasarkan pada agama, suku, ras, etnis, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik. Karena itu, kata Arief, syarat seperti batasan usia, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan bukan merupakan tindakan diskriminatif. "Terlebih, pengaturan mengenai larangan diskriminasi bagi tenaga kerja telah tegas dinyatakan dalam Pasal 5 UU 13/2003 yang menyatakan, 'setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan'," katanya. Namun, satu hakim konstitusi yaitu M Guntur Hamzah punya pendapat berbeda atau dissenting opinion. Guntur berpendapat bahwa permohonan pemohon mestinya dikabulkan sebagian. Menurut dia, bunyi Pasal 35 Ayat (1) dapat diubah dan ditambahkan, sehingga pemberi kerja dilarang mengumumkan lowongan pekerjaan yang mensyaratkan usia, berpenampilan menarik, ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pandangan politik, kebangsaan atau asal usul keturunan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Guntur menyebut jika dilihat dari segi hukum (sense of legality), pasal yang diuji oleh pemohon secara umum memang sepertinya tidak memiliki persoalan konstitusionalitas. Namun, jika dilihat dari kacamata keadilan (sense of justice), Guntur melihat norma Pasal 35 Ayat (1) potensial disalahgunakan, sehingga membutuhkan penegasan karena sangat bias terkait dengan larangan diskriminasi in casu dalam persyaratan pada lowongan pekerjaan. Menurut dia, Pasal 35 Ayat (10) sangat jelas menimbulkan ketidakpastian hukum (legal uncertainty) bagi para pencari kerja. Khususnya, dalam frasa "merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan" yang diletakkan pada pertimbangan subjektif pemberi kerja. Guntur berpandangan persyaratan hendaknya diletakkan pada kualifikasi dan kompetensi, sehingga tak masalah berapapun usia calon pekerja, sepanjang telah memasuki usia kerja dan memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai formasi atau lowongan pekerjaan dimaksud. Berdasarkan kutipan diatas : • Apa saja penyebab sektor formal hanya dikhususkan anak pemuda usia 18-25 tahun? • Apakah hanya Negara Indonesia saja yang menerapkan batas usia 25 tahun? (Dibandingkan negara lain) Jelaskan situasi! (Jika perlu) • Mengapa batas usia bukan diskriminasi oleh MK dan mengapa batas usia di negara lain cenderung diskriminasi? Jelaskan perbandingannya! (Jika perlu) 3) Apa jadinya kalau batas usia kerja Indonesia dihapus sepenuhnya &amp; merekut tenaga kerja di semua umur? Jelaskan dampaknya!

4

5.0

Jawaban terverifikasi

Sahabat yang Tergadai Rina dan Maya telah bersahabat sejak kecil. Mereka tinggal di kompleks perumahan yang sama, duduk di bangku sekolah yang sama, bahkan berbagi mimpi untuk bisa terus bersama hingga dewasa. Setiap sore, Rina selalu datang ke rumah Maya untuk bermain atau sekadar mengerjakan PR bersama. Rumah Maya terasa hangat dan nyaman, penuh dengan canda tawa dan rasa kekeluargaan. Maya adalah teman yang selalu mendukung Rina dalam segala hal, tak peduli apa yang terjadi. Namun, suatu hari segalanya berubah. Ayah Maya, yang sebelumnya memiliki usaha sukses, mengalami kebangkrutan. Usahanya gulung tikar setelah dihadapkan pada masalah keuangan yang tak terduga. Keluarga Maya terpaksa menjual rumah mereka dan pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil di pinggiran kota. Maya tak lagi bisa mengenakan seragam baru yang biasa mereka beli bersama di awal tahun ajaran. Kini, pakaian Maya tampak kusam, dan sepatu yang dia kenakan mulai berlubang di ujungnya. Pada awalnya, Rina tetap berteman dengan Maya seperti biasa. Mereka masih bertemu di sekolah, dan Rina sesekali mengundang Maya ke rumahnya. Namun, Rina mulai mendengar bisik-bisik dari teman-teman lainnya. "Kenapa masih berteman dengan Maya? Keluarganya sudah jatuh miskin. Nanti kamu jadi terlihat seperti dia." Salah seorang teman di kelas berkata dengan nada mengejek. Bisikan-bisikan itu semakin keras, bahkan beberapa di antaranya terang-terangan menertawakan Maya di depan Rina. Rina merasa tersudut. Di satu sisi, dia merasa bersalah kepada Maya, sahabatnya sejak kecil, yang tidak pernah memintanya apa-apa kecuali persahabatan tulus. Namun di sisi lain, dia merasa takut dijauhi oleh teman-teman lain yang mulai memandang rendah Maya. Rina mulai menjaga jarak. Suatu sore, Maya mendatangi Rina. "Kenapa kamu menjauh? Aku merindukanmu, Rina," Maya bertanya dengan mata yang penuh harap, mencoba mencari jawaban atas perubahan sikap sahabatnya. Rina menghindari tatapan Maya, menunduk dan berpura-pura sibuk dengan bukunya. "Aku sibuk sekarang, banyak tugas. Maaf, Maya." Maya terdiam. Hatinya hancur. Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia berharap itu tidak benar. Namun, kenyataannya terlalu menyakitkan untuk diabaikan. Sejak itu Maya tak pernah lagi mengajak Rina berbicara. Mereka masih bertemu di sekolah, tetapi Maya belajar untuk menahan diri dari rasa sakit ditinggalkan. Waktu berlalu, dan pertemanan mereka tergerus oleh jarak yang diciptakan Rina. Suatu hari, sekolah mengadakan reuni kecil bagi siswa-siswa angkatan mereka. Maya, yang sekarang telah menemukan jalan hidupnya sendiri, datang dengan percaya diri. Dia tak lagi terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Rina melihat Maya dari jauh, merasa tertampar oleh keberadaan sahabatnya yang dulu. Maya telah tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan sukses, meski tanpa dirinya. Rina mendekat dengan perasaan bersalah. "Maya... maafkan aku." Maya menatapnya, senyumnya tenang. "Rina, aku sudah memaafkanmu sejak lama. Aku hanya belajar bahwa tidak semua hal bisa kita pertahankan, bahkan persahabatan. Kadang, orang berubah, dan itu tidak apa-apa. Yang penting, kita tetap berdiri dan melanjutkan hidup." Rina menahan air matanya. Pada saat itu, dia menyadari bahwa dia telah kehilangan lebih dari sekadar seorang sahabat. Dia telah kehilangan kesempatan untuk setia pada seseorang yang benar-benar berarti dalam hidupnya. Tapi, waktu tak bisa diputar kembali. Rina hanya bisa menerima kenyataan bahwa persahabatan mereka telah tergadai oleh ketakutan dan gengsi. Maya pun berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Rina dalam kesunyian yang menyesakkan. Ubahlah cerpen tersebut menjadi sebuah adegan 1, adegan 2, adegan 3, dan adegan 4

6

0.0

Jawaban terverifikasi