Dalam penginderaan jauh, terdapat empat jenis resolusi yang penting untuk menentukan kualitas dan detail data yang diperoleh dari sensor. Berikut adalah penjelasannya:
1. Resolusi Spasial:
Resolusi spasial mengacu pada ukuran terkecil objek di permukaan bumi yang dapat dibedakan oleh sensor dalam citra. Semakin kecil resolusi spasial (misalnya 10 meter dibandingkan 30 meter), semakin detail informasi yang dapat diperoleh. Resolusi spasial diukur dalam satuan panjang (biasanya meter). Misalnya, resolusi 10 meter berarti setiap piksel dalam citra mewakili area seluas 10x10 meter di permukaan bumi.
2. Resolusi Spektral:
Resolusi spektral mengacu pada kemampuan sensor untuk membedakan panjang gelombang tertentu dari spektrum elektromagnetik. Ini terkait dengan jumlah dan lebar pita spektral yang ditangkap oleh sensor. Semakin banyak dan semakin sempit pita spektralnya, semakin baik sensor dalam membedakan karakteristik objek yang berbeda berdasarkan spektrum cahayanya. Contohnya, citra multispektral dan hiperspektral memiliki resolusi spektral yang tinggi karena mencakup lebih banyak pita spektral.
3. Resolusi Radiometrik:
Resolusi radiometrik mengacu pada kemampuan sensor untuk mendeteksi perbedaan tingkat energi radiasi yang diterima. Ini terkait dengan jumlah bit yang digunakan untuk menyimpan informasi tentang intensitas cahaya. Semakin tinggi resolusi radiometriknya (misalnya, 8-bit atau 16-bit), semakin halus tingkat perbedaan kecerahan yang bisa direkam. Resolusi yang lebih tinggi memungkinkan pengukuran yang lebih akurat terhadap variasi energi yang dipantulkan oleh objek di permukaan bumi.
4. Resolusi Temporal:
Resolusi temporal mengacu pada frekuensi pengambilan gambar oleh sensor satelit pada lokasi yang sama. Ini menunjukkan seberapa sering wilayah tertentu dipindai oleh sensor dalam satu periode waktu. Resolusi temporal tinggi berarti satelit sering memotret lokasi yang sama (misalnya, setiap 1 hari atau 3 hari), sehingga sangat berguna untuk pemantauan perubahan dinamis seperti pertumbuhan vegetasi, kebakaran hutan, atau urbanisasi.
Keempat resolusi ini bekerja bersama untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kondisi atau perubahan yang terjadi di permukaan bumi.
2. Berikut langkah-langkah rinci proses tersebut:
1. Pengumpulan Data oleh Satelit
Satelit Pengorbit: Satelit yang mengorbit Bumi, seperti Landsat, Sentinel, atau MODIS, dilengkapi dengan sensor penginderaan jauh yang mampu menangkap citra dari permukaan bumi secara berkala. Satelit ini biasanya memiliki sensor optik atau radar untuk mengukur pantulan cahaya di berbagai panjang gelombang, termasuk cahaya tampak dan inframerah.
Pengambilan Citra: Ketika satelit melintasi wilayah tertentu, sensor akan memotret wilayah tersebut dalam berbagai spektrum (multispektral, hiperspektral). Citra ini merekam informasi spasial, spektral, dan radiometrik tentang kondisi permukaan.
2. Pemrosesan Data Satelit
Koreksi Geometrik dan Radiometrik: Setelah citra satelit diambil, langkah pertama adalah melakukan koreksi geometrik (untuk menghilangkan distorsi posisi akibat gerakan satelit) dan koreksi radiometrik (untuk mengoreksi variasi pencahayaan dan sudut pandang sensor).
Mosaik Citra: Jika diperlukan, beberapa citra dapat digabungkan untuk membuat peta area yang lebih besar, yang dikenal sebagai mosaik citra.
3. Klasifikasi Citra
Klasifikasi Tutupan Lahan: Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi jenis tutupan lahan, seperti hutan, pertanian, air, atau daerah perkotaan, berdasarkan karakteristik spektral yang terdeteksi oleh sensor. Klasifikasi ini dapat dilakukan secara manual atau menggunakan algoritma klasifikasi otomatis seperti K-Nearest Neighbors (KNN), Support Vector Machines (SVM), atau metode deep learning.
Indeks Vegetasi: Untuk memantau perubahan vegetasi, analisis indeks vegetasi, seperti Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), digunakan untuk mengukur kepadatan dan kesehatan vegetasi dari pantulan cahaya inframerah dekat.
4. Analisis Perubahan (Change Detection)
Bandingkan Citra Multi-Temporal: Untuk memantau perubahan tutupan lahan, citra dari waktu yang berbeda dibandingkan. Teknik change detection digunakan untuk mendeteksi perbedaan antara dua atau lebih citra dari tanggal yang berbeda, misalnya citra dari tahun 2000 dibandingkan dengan citra dari tahun 2020. Perubahan dalam tutupan lahan, seperti deforestasi, urbanisasi, atau degradasi lahan, dapat terlihat sebagai perbedaan warna atau intensitas piksel.
Analisis Time-Series: Data citra satelit dalam periode waktu yang lama (time-series) dapat dianalisis untuk mengidentifikasi pola perubahan, misalnya pertumbuhan kota atau perubahan pola tanam di lahan pertanian.
5. Validasi dan Verifikasi Data
Ground Truthing: Untuk memastikan keakuratan hasil klasifikasi dan deteksi perubahan, validasi lapangan (ground truthing) sering dilakukan. Ini melibatkan pengumpulan data lapangan secara langsung di lokasi yang dipantau untuk membandingkannya dengan hasil citra satelit.
Peningkatan Klasifikasi: Berdasarkan hasil verifikasi lapangan, klasifikasi citra atau analisis perubahan dapat disempurnakan.
6. Penggunaan Data untuk Pengambilan Keputusan
Setelah data dianalisis, hasilnya dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti pemantauan deforestasi, urbanisasi, perubahan tutupan hutan, atau perencanaan tata ruang. Laporan ini dapat membantu pemerintah, pengelola lahan, atau organisasi lingkungan dalam membuat keputusan terkait pengelolaan lahan.
7. Pemutakhiran Berkala
Satelit dengan resolusi temporal tinggi memungkinkan pemantauan secara berkala. Data ini memungkinkan deteksi perubahan tutupan lahan dalam waktu nyata, misalnya untuk memantau kebakaran hutan, banjir, atau perubahan cepat akibat aktivitas manusia.
Kesimpulan:
Proses penginderaan jauh oleh satelit untuk memantau perubahan tutupan lahan dimulai dengan pengambilan citra secara berkala, dilanjutkan dengan pemrosesan dan klasifikasi citra untuk mengidentifikasi jenis tutupan lahan, kemudian dilakukan analisis perubahan berdasarkan citra dari waktu yang berbeda. Hasil akhir digunakan untuk pemantauan lingkungan dan pengambilan keputusan berbasis data.
3. Citra multispektral adalah gambar yang dihasilkan dari sensor penginderaan jauh yang mampu menangkap informasi dari beberapa pita spektral berbeda, baik dalam spektrum cahaya tampak (merah, hijau, biru) maupun spektrum yang tidak tampak oleh mata manusia, seperti inframerah dekat dan inframerah tengah.
Penggunaan Citra Multispektral dalam Penginderaan Jauh:
1. Pemetaan Tutupan Lahan: Citra multispektral sering digunakan untuk mengklasifikasikan jenis tutupan lahan seperti hutan, lahan pertanian, perairan, dan daerah perkotaan. Setiap objek di permukaan bumi memantulkan cahaya secara berbeda di berbagai pita spektral, sehingga dapat dikenali berdasarkan karakteristik spektral tersebut.
2. Analisis Kesehatan Vegetasi: Dengan menggunakan inframerah dekat (NIR), citra multispektral dapat membantu mengidentifikasi kesehatan tanaman. Indeks seperti NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) digunakan untuk mengukur tingkat kehijauan dan kepadatan vegetasi, yang berguna untuk pemantauan pertanian dan kehutanan.
3. Deteksi Perubahan Lingkungan: Citra multispektral memungkinkan pemantauan perubahan lingkungan, seperti deforestasi, perubahan pola tutupan lahan, atau degradasi lahan. Perbandingan citra multispektral dari waktu yang berbeda membantu mengidentifikasi area yang berubah.
4. Pengelolaan Sumber Daya Air: Dengan bantuan pita spektral tertentu (seperti inframerah dan pita biru), citra multispektral dapat digunakan untuk memetakan badan air, mendeteksi kualitas air, dan memantau banjir.
5. Studi Geologi dan Tanah: Citra multispektral dapat digunakan untuk memetakan formasi geologi dan mendeteksi jenis tanah. Setiap jenis batuan dan tanah memiliki tanda spektral yang unik di pita tertentu.
Citra multispektral memiliki keunggulan karena bisa memberikan lebih banyak informasi tentang objek di permukaan bumi dibandingkan citra yang hanya menangkap cahaya tampak. Ini membuatnya sangat penting dalam banyak aplikasi seperti pemantauan lingkungan, pertanian presisi, serta pengelolaan sumber daya alam.