Venant I

Ditanya sehari yang lalu

Iklan

Venant I

Ditanya sehari yang lalu

Pertanyaan

Tuliskan pendapat kalian mengenai apakah Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) mengancam kebebasan berpendapat masyarakat atau membatasi kebebasan berpendapat? (Tuliskan dalam bentuk esai minimal 4 paragraf)!

Tuliskan pendapat kalian mengenai apakah
Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi
Elektronik) mengancam kebebasan
berpendapat masyarakat atau membatasi
kebebasan berpendapat? (Tuliskan dalam
bentuk esai minimal 4 paragraf)!

8 dari 10 siswa nilainya naik

dengan paket belajar pilihan

Habis dalam

02

:

09

:

48

:

29

Klaim

0

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

S. Agita

Mahasiswa/Alumni Politeknik Negeri Jember

Dijawab sehari yang lalu

Jawaban terverifikasi

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) merupakan perangkat hukum di Indonesia yang bertujuan untuk mengatur aktivitas masyarakat di ranah digital, termasuk komunikasi dan transaksi elektronik. UU ITE lahir dengan harapan dapat menjaga ketertiban dan keamanan di dunia maya, mengingat perkembangan teknologi yang pesat membawa tantangan baru dalam penegakan hukum. Namun, sejak disahkannya UU ITE pada tahun 2008 dan direvisi pada 2016, muncul berbagai pandangan dari masyarakat bahwa UU ini justru mengancam kebebasan berpendapat. Kasus-kasus pelaporan terkait pencemaran nama baik, penghinaan, atau penyebaran berita bohong sering kali dianggap sebagai alat untuk membungkam kritik atau opini yang berbeda di masyarakat. Salah satu pasal yang sering dipermasalahkan dalam UU ITE adalah Pasal 27 ayat (3) yang mengatur tentang pencemaran nama baik. Pasal ini dianggap terlalu luas dan tidak memiliki definisi yang jelas, sehingga membuka peluang bagi siapa saja untuk melaporkan seseorang yang menyatakan pendapat yang tidak disukai. Sebagai contoh, banyak tokoh masyarakat, aktivis, atau jurnalis yang dilaporkan karena mengkritik kebijakan publik atau tindakan oknum tertentu, meskipun pendapat mereka didasarkan pada fakta. Hal ini menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat, karena berpendapat atau menyampaikan kritik secara terbuka dapat berisiko dilaporkan ke pihak berwenang, meskipun pendapat tersebut disampaikan secara konstruktif. Di sisi lain, pemerintah berdalih bahwa UU ITE diperlukan untuk menjaga agar kebebasan berpendapat tetap dilakukan secara bertanggung jawab. Dalam beberapa kasus, UU ITE juga digunakan untuk menindak pelaku penyebaran hoaks, ujaran kebencian, atau tindakan yang dapat merusak persatuan. Namun, masalah muncul ketika aturan ini diterapkan secara selektif atau disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu. Banyak masyarakat yang merasa bahwa UU ITE seakan lebih tajam untuk mengawasi kritik terhadap pemerintah atau institusi tertentu, sementara ujaran kebencian di media sosial justru tidak ditindak secara konsisten. Ketidakjelasan dalam implementasi hukum ini mengakibatkan UU ITE menjadi momok bagi sebagian masyarakat yang ingin menyuarakan pendapat mereka secara jujur. Dengan adanya kendala ini, UU ITE memang memiliki potensi untuk membatasi kebebasan berpendapat masyarakat apabila tidak disertai dengan pembatasan dan implementasi yang adil serta transparan. Agar UU ITE tidak menjadi alat yang mengancam kebebasan berpendapat, revisi terhadap pasal-pasal yang kontroversial perlu dilakukan untuk memperjelas definisi dan lingkup yang diatur. Penegakan hukum juga harus dilakukan dengan tegas terhadap pelaku hoaks dan ujaran kebencian tanpa memandang siapa pelakunya. Di era digital yang penuh dengan kebebasan informasi ini, aturan yang ketat memang dibutuhkan untuk menjaga ketertiban, tetapi aturan tersebut harus seimbang agar kebebasan berpendapat tetap terjamin bagi masyarakat.


Iklan

Tyrannosaurus T

Dijawab sehari yang lalu

<p><strong>Apakah Undang-Undang ITE Mengancam Kebebasan Berpendapat?</strong></p><p>&nbsp;</p><p>Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) di Indonesia disahkan pada tahun 2008 dan telah mengalami beberapa perubahan. UU ITE bertujuan untuk memberikan landasan hukum terhadap berbagai aktivitas di ranah digital, termasuk transaksi elektronik, pelindungan data, dan penegakan hukum atas konten yang dianggap melanggar norma atau hukum yang berlaku. Namun, sejak diberlakukan, undang-undang ini kerap menjadi kontroversi, terutama karena dianggap dapat membatasi kebebasan berpendapat masyarakat di dunia maya. Banyak yang berpendapat bahwa beberapa pasal di dalam UU ITE terlalu multitafsir sehingga berpotensi digunakan untuk mengekang kebebasan berpendapat.</p><p>&nbsp;</p><p>Salah satu pasal yang paling kontroversial adalah pasal mengenai penghinaan dan pencemaran nama baik, yang sering kali dianggap berpotensi untuk mengkriminalisasi kritik. Pasal ini tidak hanya menyasar tindakan yang secara jelas merugikan orang lain, tetapi juga bisa digunakan untuk menindak seseorang yang sekadar mengungkapkan pendapatnya terhadap figur publik atau lembaga pemerintah. Akibatnya, pasal ini rentan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melaporkan kritikus atau masyarakat yang menyuarakan pandangan berbeda. Fenomena ini tentu menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya secara bebas di media sosial.</p><p>&nbsp;</p><p>Selain itu, ketidakjelasan dalam definisi dan batasan pada beberapa pasal UU ITE semakin memperkuat persepsi bahwa undang-undang ini membatasi kebebasan berpendapat. Kata-kata seperti "penghinaan" atau "pencemaran nama baik" dalam UU ITE dapat diinterpretasikan secara subjektif, sehingga penegakan hukumnya sering kali dipengaruhi oleh perspektif masing-masing pihak. Kondisi ini menimbulkan ketidakpastian hukum bagi masyarakat dan menciptakan efek jera bagi mereka yang ingin menyampaikan kritik atau pendapat yang mungkin kontroversial. Pada akhirnya, kebebasan berpendapat yang seharusnya dijamin oleh konstitusi justru terasa terbatasi dengan adanya UU ITE.</p><p>&nbsp;</p><p>Di sisi lain, perlu juga diakui bahwa UU ITE memiliki sisi positif, yaitu menjaga ketertiban di ruang digital dan melindungi individu dari tindakan cyberbullying, penyebaran hoaks, dan konten negatif lainnya. Regulasi terhadap aktivitas digital memang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang sehat di internet, terutama dengan semakin meningkatnya penggunaan media sosial di Indonesia. Namun, UU ITE seharusnya diterapkan secara proporsional dan tidak digunakan sebagai alat untuk membungkam kritik yang konstruktif. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan revisi pada pasal-pasal tertentu agar masyarakat merasa aman untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa takut terkena jeratan hukum.</p><p>&nbsp;</p><p>Secara keseluruhan, UU ITE memiliki tujuan yang baik, tetapi implementasinya perlu lebih bijaksana agar tidak mengekang hak dasar masyarakat untuk berpendapat. Revisi dan pengawasan yang lebih ketat terhadap penegakan UU ITE dapat menjadi solusi agar undang-undang ini dapat tetap melindungi masyarakat tanpa merugikan kebebasan berpendapat. Dalam era demokrasi dan keterbukaan informasi, kebebasan berpendapat merupakan pilar penting yang harus dilindungi, bahkan di ruang digital. Dengan perubahan yang tepat, UU ITE bisa menjadi instrumen yang seimbang dalam menjaga keamanan dan kebebasan di ranah digital.</p><p>&nbsp;</p>

Apakah Undang-Undang ITE Mengancam Kebebasan Berpendapat?

 

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) di Indonesia disahkan pada tahun 2008 dan telah mengalami beberapa perubahan. UU ITE bertujuan untuk memberikan landasan hukum terhadap berbagai aktivitas di ranah digital, termasuk transaksi elektronik, pelindungan data, dan penegakan hukum atas konten yang dianggap melanggar norma atau hukum yang berlaku. Namun, sejak diberlakukan, undang-undang ini kerap menjadi kontroversi, terutama karena dianggap dapat membatasi kebebasan berpendapat masyarakat di dunia maya. Banyak yang berpendapat bahwa beberapa pasal di dalam UU ITE terlalu multitafsir sehingga berpotensi digunakan untuk mengekang kebebasan berpendapat.

 

Salah satu pasal yang paling kontroversial adalah pasal mengenai penghinaan dan pencemaran nama baik, yang sering kali dianggap berpotensi untuk mengkriminalisasi kritik. Pasal ini tidak hanya menyasar tindakan yang secara jelas merugikan orang lain, tetapi juga bisa digunakan untuk menindak seseorang yang sekadar mengungkapkan pendapatnya terhadap figur publik atau lembaga pemerintah. Akibatnya, pasal ini rentan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melaporkan kritikus atau masyarakat yang menyuarakan pandangan berbeda. Fenomena ini tentu menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya secara bebas di media sosial.

 

Selain itu, ketidakjelasan dalam definisi dan batasan pada beberapa pasal UU ITE semakin memperkuat persepsi bahwa undang-undang ini membatasi kebebasan berpendapat. Kata-kata seperti "penghinaan" atau "pencemaran nama baik" dalam UU ITE dapat diinterpretasikan secara subjektif, sehingga penegakan hukumnya sering kali dipengaruhi oleh perspektif masing-masing pihak. Kondisi ini menimbulkan ketidakpastian hukum bagi masyarakat dan menciptakan efek jera bagi mereka yang ingin menyampaikan kritik atau pendapat yang mungkin kontroversial. Pada akhirnya, kebebasan berpendapat yang seharusnya dijamin oleh konstitusi justru terasa terbatasi dengan adanya UU ITE.

 

Di sisi lain, perlu juga diakui bahwa UU ITE memiliki sisi positif, yaitu menjaga ketertiban di ruang digital dan melindungi individu dari tindakan cyberbullying, penyebaran hoaks, dan konten negatif lainnya. Regulasi terhadap aktivitas digital memang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang sehat di internet, terutama dengan semakin meningkatnya penggunaan media sosial di Indonesia. Namun, UU ITE seharusnya diterapkan secara proporsional dan tidak digunakan sebagai alat untuk membungkam kritik yang konstruktif. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan revisi pada pasal-pasal tertentu agar masyarakat merasa aman untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa takut terkena jeratan hukum.

 

Secara keseluruhan, UU ITE memiliki tujuan yang baik, tetapi implementasinya perlu lebih bijaksana agar tidak mengekang hak dasar masyarakat untuk berpendapat. Revisi dan pengawasan yang lebih ketat terhadap penegakan UU ITE dapat menjadi solusi agar undang-undang ini dapat tetap melindungi masyarakat tanpa merugikan kebebasan berpendapat. Dalam era demokrasi dan keterbukaan informasi, kebebasan berpendapat merupakan pilar penting yang harus dilindungi, bahkan di ruang digital. Dengan perubahan yang tepat, UU ITE bisa menjadi instrumen yang seimbang dalam menjaga keamanan dan kebebasan di ranah digital.

 


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

kondisi masyarakat adat Besipae, NTT. mereka hidup dibawah pohon sebagai bentuk protes atau sikap pemerintah yang menggusur hutan adat pubabu. dimana dalam pengakuan mereka, hutan adat tersebut memiliki manfaat bukan hanya untuk berlangsung hidup, melainkan sebagai simbol akan keberadaan para leluhur dan nenek moyang mereka karena itu untuk alasan apapun, mereka menolak penggusuran hutan adat . pertanyaan: 1) menurut pendapat kalian, bagaimana sikap dan tindakan tepat yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam merespon atau menanggapi penolakan tersebut?

8

0.0

Jawaban terverifikasi

Kondisi kehidupan bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan belum stabil. Dibawah ini adalah penyabab ketidakstabilan kehidupan politik pada masa awal kemerdekaan, kecuali... A. Pertentangan antar partai B. Gangguan dari Belanda yang ingin berkuasa kembali C. Munculnya kesulitan ekonomi dan keuangan D. Terjadinya bentrokan antar etnis E. Munculnya gangguan keamanan dalam negeri 2. Pada tanggal 3 November 1945 diterbitkan maklumat pemerintah mengenai pendirian partai partai politik. Sebelum adanya maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945, Indonesia merencanakan satu partai tunggal yaitu... A. Masyumi D. PNI B. PKI E. NU C. PSI 3. Terbentuknya Kabinet Sjahrir tanggal 14 November 1945 merupakan suatu bentuk penyelewengan pertama pemerintah RI terhadap UUD 1945. Sejak tanggal 14 November 1945 Indonesia menganut sistem pemerintahan... A. Presidensial B. Liberalisme C. Parlementer D. Terpimpin E. Aristokrasi 4. Berdirinya partai partai politik telah mendorong Sutan Sjahrir yang berasal dari partai Sosialis untuk menghidupkan bentuk pemerintahan dengan cabinet parlementer. Hal ini dilakukan dengan alasan... A. agar perjuangan bangsa Indonesia mendapat dukungan dari negara negara barat B. mengikuti arus perpolitikan Indonesia yang mulai berkembang C. sesuai dengan perkembangan ideology di Indonesia D. sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 E. permintaan dari Presiden Soekarno. 5. Pada masa awal kemerdekaan, system pemerintahan berubah dari presidensial menjadi parlementer. Salah satu alasan dan pertimbangan perubahan system pemerintahan dari presidensial ke parlementer pada awal kemerdekaan adalah... A. Demokrasi bisa segera ditegakkan secara benar B. Parlementer sangat cocok untuk bangsa Indonesia C. Presidensial tidak sesuai dengan Indonesia yang multi etnis. D. Presidensial terlalu sulit untuk diterapkan dalam pemerintahan E. Mempermudah perundingan dengan Belanda 6. Sampai dengan awal tahun 1946, keadaan ibu kota Jakarta semakin kacau. Pemerintah terus didesak dan diteror oleh pemerintah asing.Pada saat ibukota dipindahkan ke Yogyakarta, Perdana Menteri Sjahrir masih berkedudukan di Jakarta untuk... A. menghadapi terror Belanda B. menjalankan roda pemerintahan dari pusat C. menghimpun kekuatan menghadapi Belanda D. menciptakan pemerintahan tandingan E. mengadakan hubungan dengan luar negeri 7. Kondisi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia pada awal kemerdekaan tidak stabil. Keadaan ekonomi pada awal kemerdekaan mengalami kekacauan, salah satu factor penyebab antara lain... A. Adanya Blokade ekonomi oleh Belanda B. Rakyat Indonesia hanya mengandalkan pendapatan dalam pertanian . C. Banyaknya investor asing yang mengintervensi perekonomian Indonesia D. Rendahnya sumber daya manusia Indonesia dalam perekonomian E. Sering terjadi konflik horizontal dalam negeri Indonesia 8. Kondisi kehidupan ekonomi pada masa awal kemerdekaan tidak stabil karena terjadi inflasi. Terjadinya inflasi pada masa awal kemerdekaan disebabkan oleh... A. Indonesia belum memiliki mata uang yang sah B. Tentara Jepang masih menguasai sebagian besar sector ekonomi C. Terjadinya pertempuran pertempuran diberbagai daerah. D. Peredaran mata uang Jepang yang belum terkendali E. Munculnya perusahaan perusahaan asing milik Belanda 9. Indonesia harus dapat mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi pada masa awal kemerdekaan. Salah satu upaya bangsa Indonesia dalam melakukan perbaikan ekonomi pada awal kemerdekaan dilakukan dengan cara ... A. Menaikkan pajak dan bea Cukai B. Meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan untuk diekspor C. Mengeluarkan mata uang sendiri (ORI) D. Mengisi kas pemerintah yang kosong E. Mengedarkan uang secara besar besaran. 10. Salah satu penyebab kacaunya kondisi perekonomian Indonesia pada masa awal kemerdekaan karena kas negara kosong. Upaya pemerintah Republik Indonesia mengisi kas negara yang kosong pada awal Kemerdekaan adalah ... A. Menasionalisasi De Javasche Bank B. Membuat kebijakan Gunting Syafruddin C. Mendevaluasi mata uang rupiah D. Sistim ekonomi Gerakan Benteng E. Menyelenggarakan pinjaman Nasional

83

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

1. Pembukaan UUD 1945 menegaskan bahwa penjajahan diatas dunia harus di hapuskan karena... 2. Makna UUD NRI... 3. Amandemen memiliki pengertian... 4. Amandemen terhadap UUD 1945 tidaklah dilakukan tanpa kesepakatan dasar mengenai batasan-batasan perundang-undangan. Yang termasuk batasan tersebut adalah... 5. Kewajiban pelajar terhadap UUD 1945 adalah... 6. Usaha yang paling tepat untuk dilakukan oleh setuap warga negara dalam menyebarkan perulaku positif terhadap UUD 1945 adalah... 7. Perwujudan sikap setia terhadap UUD 1945 yang disahkan oleh para pendiri negara adalah 8. Sebutkan sistematika UUD 1945 saat ini! 9. Sebutkan dan jelaskan 2 sifat UUD 1945 10. Sebutkan dan tuliskan isi pasal dalam UUD 1945 yang mengatur tentang A. Pendidikan B. Agama C. Kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat 11. Dalam perjuangan bahasa indonesia pendiri bangsa memasukan tujuan bangsa indonesia. Dasarnegara dan cita-cita bangsa indonesia, dasar negara dan cita-cita bangsa indonesia yang termuat dalam... 12. Pancasila merupakan dasar negara indonesia, hal itu termuat dalam UUD negara indonesia tahun 1945 alinea ke... 13. Pembukaan UUD dasar NRI tahun 1945 dan proklamasi kemerdekaan merupakab satu kesatuan yang dibuat karena... 14. Tujuan bangsa indonesia adalah... 15. Aturan-aturan dasar yang dipakai sebagai landasan dasar dan sumber berlakunya seluruh hukum atau perundang-undangan dan penyelenggaraan pemerintah negara pada suatu wilayah disebut... 16. UUD NRI 1945 merupakan bentuk peraturan tertinggi dan yang menjadi dasar dan sumber bagi perturang yang lebih rendah merupakan kedudukan UUD sebagai... 17. UUD NRI bersifat singkat artinya... 18. Melalui sidang MPR, telah melakukan amandemen terhadap UUD NRI 1945 sebanyak... 19. Amandemen kedua dilakukan dan ditetapkan dalam sidang tahunan MPR pada tahun... 20. Dampak jika tidak ada UUD NRI ? Mohon tolong bantu dijawab ya

28

0.0

Jawaban terverifikasi